BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan masa kini, masyarakat Jawa khususnya memiliki berbagai khasanah budaya yang tidak ternilai harganya. Wujud warisan budaya yang ada di masyarakat Jawa diantaranya terdapat dalam bentuk tulisan yang berupa naskah. Naskah adalah suatu hasil karya dari nenek moyang yang tertuang dalam beraneka ragam media menulis, diantaranya tertuang dalam kertas gendhong, daluwang, dan kertas yang didatangkan dari Eropa.
Di dalam suatu naskah tersimpan banyak aspek kehidupan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa semua aspek kehidupan masa lampau terkandung di dalam naskah (Chamamah-Soeratno, 1997: 9). Di dalam naskah Jawa tersimpan banyak aspek diantaranya aspek ajaran agama, sejarah, politik, ekonomi, hukum, astronomi, piwulang atau pendidikan, ajaran moral dan aspek lain yang memiliki keterkaitan hubungan dengan kehidupan pada masa sekarang.
Berbagai nilai kehidupan pada masa sekarang ini pada hakikatnya merupakan wujud keselarasan dari nilai-nilai yang terkandung pada masa lampau yang tertuang di dalam naskah. Perkembangan masyarakat Jawa pada masa kini dapat dipahami dan dikembangkan dengan memperhatikan latar historisnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa naskah merupakan warisan nilai-nilai budaya lama yang sarat dengan ajaran hidup yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini.
Seperti hal.nya naskah serat Ambiya I di dalam serat Ambiya I menceritakan tentang Allah SWT sebagai sang pencipta yang mana telah menciptakan bumi, langit, surga, serta neraka. Dalam serat Ambiya I menyebutkan secara rinci mengenai kebesaran Allah yang maha Pencipta dan mengetahui. Yang di dalam serat Ambiya I juga menyebutkan mengenai petunjuk Al-Quran yang di dalam serat Ambiya I bentuknya berupa kitab Al-Quran. Serta menjelaskan terjadinya Malaikat di bumi dan penerus nabi yakni khalifah.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembatasan masalah dapat difokuskan pada “Kajian Filologis dalam Serat Ambiya I dan interpretasi nilai religius”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut ini.
1. Bagaimana kajian filologis dalam Serat Ambiya 1?
2. Nilai religius apa sajakah yang terdapat dalam Serat Ambiya 1?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diungkapkan di atas maka tujuan
penelitian ini.
1. Mengungkap kajian filologis Serat Ambiya I sehingga dapat dibaca dan dinikmati masyarakat saat ini.
2. Mengungkap nilai moral dalam Serat AmbiyaI sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah secara teoretis dapat menjadi masukan bagi teori filologi dalam memberikan informasi mengenai isi Serat Ambiya I terutama nilai religius yang terdapat di dalamnya. Adapun manfaat secara praktis diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Alllah SWT.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Filologi
Filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari philos yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘pembicaraan’ atau ‘ilmu’. Dalam bahasa Yunani philologia berarti ‘senang berbicara’ yang kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, ‘senang kepada ilmu’, senang kepada tulisan-tulisan dan kemudian senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’ seperti karya-karya sastra (Baried, 1994:3). Selain itu filologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas dua kata philos dan logos. Philos artinya cinta dan logos artinya kata. Jadi, filologi itu secara harfiah berarti cinta pada kata-kata (Djamaris, 1977:21). Filologi adalah ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa (KBBI, 1997: 227).
Pengertian filologi yang berarti cinta kepada kata-kata kemudian berkembang menjadi cinta pada ilmu. Filologi tidak sibuk pada kritik teks, serta komentar penjelasannya, tetapi juga ilmu yang menyelidiki kebudayaan suatu bangsa berdasarkan naskah. Sasaran kerjanya adalah naskah dan teks. Dari penelitian fiologi, dapat diketahui latarbelakang kebudayaan yang menghasilkan karya sastra itu, seperti kepercayaan, adat istiadat, dan pandangan hidup suatu bangsa.
Sedangkan filologi menurut Kamus Istilah Filologi (1977:27), didefinisikan sebagai “Ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya”. Djamaris (1977:20) memberikan pengertian yang lebih sepesifik mengenai filologi. Filologi diartikan sebagai suatu ilmu yang objek penelitiannya adalah manuskrip-manuskrip kuno.
Berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian filologi secara luas, adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang meliputi bahasa, sastra, seni, dll. Perkembangan tersebut dipelajari melalui hasil budaya manusia pada masa lampau berupa manuskrip-manuskrip kuno yang kemudian ditelliti., ditelaah, difahami dan dtafsirkan. Pengertian-pengertian filologi di atas, menggambarkan keluasan jangkauan analisis filologi.
2. Objek Penelitian Filologi
Sasaran kerja penelitian filologi adalah naskah, sedangkan objek kerjanya adalah teks (Baried, 1994:6).
a. Naskah
Naskah merupakan objek kajia filologi berbentuk riil, yang merupakan media penyimpanan teks. Baried (1994:55), berpendapat bahwa naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Naskah juga dapat diberi pengertian sebagai semua penggalan tertulis nenek moyang kita pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan (Djamaris, 1977:20).
Onions (dalam Darasuprapta, 1984: 1), menyatakan bahwa naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan, baik yang asli maupun salinannya. Jadi, naskah Jawa adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan, baik yang asli maupun salinannya yang disajikan degan menggunakan bahasa Jawa, yakni bahasa Jawa Kuno, bahasa Jawa Pertengahan, dan bahasa Jawa Baru sehingga ada naskah Jawa Kuno, naskah Jawa Pertengahan, dan naskah Jawa Baru. (Darusuprapta dalam Hesti Mulyani, 2009:3).
Berdasarkan definisi naskah pada umumnya dan definisi naskah Jawa pada khususnya, dapat disimpulkan bahwa Serat Ambiya 1 merupakan naskah Jawa. Hal ini dikarenakan teks Serat Ambiya 1 ditulis dengan tulisan tangan pada bahan kertas, menggunakan aksara dan bahasa Jawa sebagai media penyampaian berbagai ungkapan dan pikiran yang merupakan cerminan hasil budaya masa lampau. Naskah Serat Ambiya 1 yang diteliti merupakan koleksi dari Perpustakaan Taman Siswa, Yogyakarta.
b. Teks
Onions (dalam Darusuprapta, 1984:1), mendefinisikan teks sebagai rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu. Soeratno (1990:4), menyebutkan bahwa teks merupakan informasi yang terkandung dalam naskah, yang sering juga disebut muatan naskah. Ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk teks disebut tekstologi, yang antara lain meneliti penjelmaan dan penurunan teks sebuah karya sastra, penafsiran dan pemahamannya. Secara garis besar dapat disebutkan adanya tiga macam teks dalam penjelmaan dan penurunannya, yaitu: (1) teks lisan (tidak tertulis); (2) teks naskah (tulisan tangan); (3) teks cetakan (Baried, 1994:58). Teks Serat Ambiya 1 yang menjadi sumber dalam penelitian ini, termasuk dalam teks naskah tulisan tangan berdasarkan hasil infentarisasi di Perpustakaan Taman Siswa, Yogyakarta.
Pengertian teks dan naskah di atas dapat memberikan kesimpulan mengenai perbedaan naskah dan teks. Naskah merupakan suatu yang konkret, sedangkan teks menunjukan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak. Teks merupakan kandungan atau muatan naskah, sedangkan naskah sendiri merupakan alat penyimpanannya.
c. Tempat Penyimpanan Naskah
Naskah biasanya disimpan pada berbagai perpustakaan dan museum yang terdapat di berbagai negara. Naskah-naskah teks Nusantara pada saat ini sebagian tersimpan di museum-museum di 28 negara, yaitu Afrika Selatan, Australia, Austria, Belanda, Belgia, Ceko, Denmark, India, Indonesia, Inggris, Irlandia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Malaysia, Norwegia, Polandia, Portugal, Prancis, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Spayol, Swedia, Swiss, Thailand, dan Vatikan (Chambert-Loir 1999:203-243). Sebagian naskah lainnya masih tersimpan dalam koleksi perseorangan.
3. Pengertian dan Teori Berkaitan dengan Cara Kerja Penelitian Filologi
a. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah adalah pemaparan atau pengembangan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci keadaan naskah. Darusuprapta (1990:1), menyatakan bahwa uraian atau deskripsi naskah berisi keteranagn tentang :
· tempat penyimpanan naskah dan nomor kodeks
· judul: berdasarkan keterangan dalam teks oleh penulis pertama atau berdasarkan keterangan yang diberikan bukan oleh penulis pertama,
· pengantar, uraian pada bagian awal diluar isi teks: waktu, alasan, tujuan, nama, harapan penulis, pujaan kepada Dewa pelindung atau tuhan, pujian kepada penguasa atau nabi-nabi (manggala atau kolofon depan),
· penutup atau uraian pada bagian akhir di luar isi teks: waktu penyelesaian, tempat, nama diri, alasan, tujuan, dan harapan penulis (kolofon belakang),
· tarikh (ditentukan berdasarkan apa), tempat, tujuan, nama da pemprakarsa penyalinan,
· keadaan, jenis, bahan, tebal, ukuran naskah,
· ukuran teks (panjang x lebar), jumlah halaman teks,
· kelengkapan teks (lengkap atau kurang, terputus atau hanya fragmen), jenis (piwulang, sejarah, dsb) dan sampul naskah (warna, bentuk, keadaan, bahan, hiasan, jilidan),
· isi : satu atau kumpulan dari berbagai teks,
· penomoran halaman, pembagian halaman naskah secara keseluruhan, letak dan jumlah halaman teks yang menjadi subjek penelitian jika merupakan kodeks,
· tanda air atau cap air naskah,
· hiasan atau gambar naskah (deskripsi warna, bentuk, goresan tinta, letak, dll),
· penulisan judul teks dalam naskah,
· jumlah baris setiap halaman teks, bentuk teks (puisi atau prosa),
· jenis huruf (Jawa, Latin, dll), goresan (tebal, tipis), ukuran (besar, kecil, sedang), sikap (tegak, miring ke kanan atau ke kiri),
· bentuk huruf yang digunakan dalam teks. Bentuk huruf Jawa terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) bata serimbag: bentuk aksara menyerupai rimbag “cetakan bata merah”, berbentuk persegi; (2) ngetumbar: bentuk aksara yang pada sudut-sudutnya tidak lagi berbentuk sudut siku atau sudut lain. Stilisasi begitu kuat sampai-sampai pada bentuk sudut berubah menjadi bentuk setengah bulat menyerupai biji ketumbar; (3) mucuk eri: bentuk aksara yang pada bagian tertentu berbentuk sudut lancip seperti duri; (4) kombinasi: campuran ketiga aksara tersebut (Ismaun dalam Venny (2003: 19-20)),
· warna tinta, goresan tinta (jelas, tidak jelas, dll),
· bahasa teks (Jawa Baru, Kawi, Sansekerta).
Penelitian teks Serat Ambiya 1 menggunakan langkah kerja deskripsi naskah, sebagai langkah awal penelitian.
b. Alih Tulis
Pengalih-tulisan naskah itu merupakan usaha untuk menyajikan apa yang dimaksud oleh penulis naskah dari aksara Jawa ke aksara Latin. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pembaca masa kini dapat mengetahui semua isi dari kandungan teks. Selain itu, pengalih-tulisan naskah tersebut dimaksudkan sebagai visualisasi naskah variable atau naskah yang dialih tuliskan yang terdapat di dalam suatu naskah (Mulyani, 2009:7).
Alih tulis itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu transkripsi dan transliterasi.
1. Transliterasi
Translitrasi menurut Onions (dalam Darusuprapta, 1984:2), adalah suntingan yang disajikan dengan jenis tulisan lain. Baried (1994:63) berpendapat bahwa translitrasi adalah pengganti jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad yang lain. Translitrasi dalam Kamus Istilah Filologi (1977:90), didefinisikan sebagai “pengubahan teks dari satu tulisan ke tulisan yang lain atau dapat disebut alih huruf/ alih aksara, misalnya huruf Jawa ke huruf Latin, dsb.
Salah satu tugas peneliti filologi dalam transliterasi adalah menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya dengan penulisan kata menurut Ejaan Yang Disempurnakan supaya data mengenai bahasa lama dalam naskah tidak hilang (Djamaris, 1991: 4-5).
Nurhayati (2000: 20-21) menyebutkan bahwa translitrasi ada dua macam, yaitu :
a. Translitrasi diplomatik, yaitu penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dan abjad yang satu ke abjad yang lain apa adanya.
b. Translitrasi ortografis atau translitrasi kritik bahkan sering disebut juga translitrasi standar, yaitu alih aksara dalam hal ini dari huruf Jawa ke Latin yang disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. Transkripsi
Dalam Mulyani (2009: 7) disebutkan bahwa transkripsi adalah alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disalin, misalnya dari tulisan Jawa ke tulisan Jawa, dari tulisan Latin ke tulisan Latin. Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (dalam Baried, 1985: 65) transkripsi adalah memberikan batasan pengubahan teks dari satu ejaan ke dalam ejaan yang lain (alih ejaan) dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsure bahasa yang bersangkutan. Transkripsi ada dua macam, yaitu:
a. Transkripsi diplomatik, yaitu alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disalin sesuai dengan apa adanya.
b. Transkripsi ortografi, yaitu alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disalin, disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
c. Terjemahan
Terjemahan adalah pemindahan arti dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Catforad (dalam Darusuprapta, 1990: 4), menyatakan bahwa translation “terjemah” adalah penggantian bahasa teks dengan bahasa teks yang sedrajat dalam bahasa lain. Bahasa sumber dalam penelitiaan ini adalah bahasa Jawa dan bahasa sasarannya adalah bahasa Indonesia. Pembagian terjemahan menurut Surono (1983 : 15-16) adalah :
a. Terjemahan lurus, yaitu terjemahan kata demi kata yang dekat dengan aslinya atau terjemahan antar baris.
b. Terjemahan isi atau maknanya, yaitu menerjemahkan kata-kata atau ungkapan dalam bahasa sumber diimbangi denagn bahasa sasaran yang sepadan.
c. Terjemahan bebas, yaitu menerjemahkan keseluruhan teks bahasa sumber dialihkan ke dalam bahasa sasaran secara bebas, sesuai dengan konteks kalimat.
Terjemahan teks dalam penelitiaan ini menggunakan terjemahan bebas, karena teks bahasa sumber yaitu bahasa Jawa dialihkan ke bahasa sasaran bahasa Indonesia secara bebas.
d. Etimologi
Pada umumnya penulisan teks Jawa, baik yang digubah dalam bentuk prosa maupun puisi menggunakan kata-kata yang arkais (kuna), sehingga untuk mengartikannya diperlukan beberapa kamus. Artinya, kata-kata yang digunakan bukan merupakan kata-kata sehari-hari. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk menulis teks perlu dicari etimologinya secara kontekstual (Mulyani, 2009: 8).
e. Singkatan Teks
Membuat singkatan naskah secara terperinci dapat dikatakan sebagai salah satu langkah penelitian filologi. Salah satu tujuannya, ialah untuk memudahkan pengenalan isi naskah. Naskah-naskah yang akan dibuat singkatannya itu hndaklah dipilih naskah yang terbaik dari naskah yang ada. Dalam menyusun singkatan naskah itu hendaklah dicantumkan halaman-halaman naskah secara cermat, sehingga dengan mudah dapat diketahui dari halaman berapa sampai halaman berapa suatu episode atau bagian cerita itu dimulai dan selesai diikhtisarkan.
Singkatan naskah secara terperinci dapat pula dianggap sebagai usaha pertama memperkenalkan hasil-hasil sastra lama yang masih berupa tulisan tangan dan kebanyakan ditulis dengan aksara Jawa, Arab Pegon, agar dengan mudah dapat dibaca dan diketahui garis besar jalan ceritanya.
f. Nilai Religius (Agama)
1. Pengertian Nilai
Menurut Poerwodarminto (2003:801) nilai diartikan sebagai berikut:
(1) harga dalam arti takaran, misalnya nilai intan; (2) harga sesuatu, misalnya uang; (3) angka kepandaian; (4) kadar; mutu; (5) sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, misalnya nilai-nilai agama.
Nilai merupakan sesuatu yang seseorang alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi. Nilai dilaksanakan untuk mendorong seseorang bertindak. Nilai mengarahkan perhatian minat seseorang dan menarik seseorang keluar dari dirinya sendiri ke arah apa yang bernilai. Nilai menuju kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan seseorang (Suyitno dalam Soegito 2003:75).
Nilai tidak hanya tampak sebagai nilai bagi seorang saja, melainkan segala umat manusia. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patut dikerjakan dan dilaksanakan oleh semua orang. Oleh karena itu, nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Moedjanto dalam Soegito 2003:76).
Menurut Soegito (2003:76) adanya nilai ditentukan oleh subjek dan objek yang menilai. Sebelum ada subjek yang menilai maka benda atau barang itu tidak bernilai. Inilah aliran yang menggabungkan antara subjektivisme dan objektivisme. Aliran subjektivisme adanya nilai tergantung pada subjek yang menilai. Benda itu bernilai karena subjek mempunyai selera, minat, dan keinginan terhadap objek sehingga objek tersebut mengandung nilai. Sebaliknya aliran objektivisme menyatakan adanya nilai tidak tergantung pada subjek yang menilai tetapi terletak pada objek itu sendiri. Jadi, tanpa ada subjek yang menilai, subjek tersebut sudah bernilai.
2. Nilai Religius (Agama)
Nilai, moral, dan norma merujuk kepada kesepakatan dari suatu masyarakat. Karena itu, nilai, moral, dan norma akan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat (relatif). Agama dipandang sebagai sumber nilai karena agama berbicara baik dan buruk, benar, dan salah. Demikian pula, agama Islam memuat ajaran normatif yang berbicara tentang kebaikan yang seyogianya dilakukan manusia dan keburukan yang harus dihindarkannya. Islam memandang manusia sebagai subjek yang paling penting di muka bumi sebagaimana diungkapkan Alquran (Q.S. 45:13) bahwa Allah menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk manusia. Sedangkan ketinggian kedudukan manusia terletak pada ketakwaannya, yakni aktivitas yang konsisten kepada nilai-nilai Ilahiah yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial.
Dilihat dari asal datangnya nilai, dalam perspektif Islam terdapat dua sumber nilai, yakni Tuhan dan manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah ajaran-ajaran tentang kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Nilai yang merupakan firman Tuhan bersifat mutlak, tetapi implementasinya dalam bentuk perilaku merupakan penafsiran terhadap firman tersebut bersifat relatif.
Menelusuri makna nilai dalam perspektif Islam dapat dikemukakan konsep-konsep tentang kebaikan yang ditemukan dalam Alquran. Beberapa istilah dalam Alquran yang berkaitan dengan kebaikan, yaitu alhaq dan al-ma'ruf serta lawan kebaikan yang diungkapkan dalam istilah albathil, dan almunkar. Haq atau alhaq menurut pengertian bahasa adalah truth; reality; rightness, correctness; certainty, certitude dan real, true; authentic, genuine; right, correct, just, fair; sound, valid.
Alhaq diulang dalam Alquran sebanyak 109 kali. Alhaq mengandung arti kebenaran yang datang dari Allah, sesuatu yang pasti seperti datangnya hari akhir, dan lawan dari kebatilan. Alhaq dalam Alquran dikaitkan dengan Alquran sebagai bentuk sumber dan Muhammad sebagai pembawa yang menyampaikannya kepada manusia. Haq adalah kebenaran yang bersifat mutlak dan datang dari Tuhan melalui wahyu. Manusia diminta untuk menerima dengan tidak ragu-ragu mengenai kebenaran nilai tersebut (Q.S. 2:147). Haq bersifat normatif, global, dan abstrak sehingga memerlukan penjabaran sehingga dapat dilaksanakan secara operasional oleh manusia.
3. Nilai-Nilai Religius
Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Ada beberapa macam nilai religious, diantaranya:
a. Nilai Keimanan
Arti Iman secara harafiah dalam Islam adalah bererti percaya kepada Allah. Dengan itu orang yang beriman adalah ditakrifkan sebagai orang yang percaya (mukmin). Siapa yang percaya maka dia dikatakan beriman. Sehingga dapat diartikan bahwa Iman ialah membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lisan, dan melakukan dengan anggota badan. Secara ringkas orang yang beriman ialah orang yang percaya, mengaku dan beramal. Tanpa tiga syarat ini, seseorang itu belumlah dikatakan beriman yang sempurna. Ketiadaan satu saja dari yang tiga itu, sudah lain nama yang diberikan Islam pada seseorang itu, yiaitu fasik, munafik atau kafir.
b. Nilai Ibadah
Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah.
Ibadah merupakan penyerahan diri seorang hamba pada Allah SWT. ibadah yang dilakukan secara benar sesuai dengan syar'i’at Islam merupakan implementasi secara langsung dari sebuah penghambaan diri pada Allah SWT. Manusia merasa bahwa ia diciptakan di dunia ini hanya untuk menghamba kepada-Nya .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ilmiah guna menemukan, menguak kebenaran ilmu pengetahuan sehingga dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 1989 : 3). Menurut Surakhmad,(1980 : 121) “metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Menurut Muhadjir,(1990 : 10) “ metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya”. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ilmiah guna meguji suatu kebenaran serta memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian metode deskripsi dan metode filologi. Metode deskripsi disini dilakukan untuk mencari dan menemukan sebanyak mungkin pengetahuan isi dari naskah teks yang kita kaji. Secara garis besar, langkah-langkah metode deskriptif dalam penelitian ini meliputi deskripsi kondisi fisik naskah, unsur instrinsik naskah (unsur nonfisik), transliterasi (diplomatis, orthografi terbatas), dan terjemahan teks. Metode filologis dipergunakan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan subjek penelitian yang berupa naskah. Metode penelitian filologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian naskah tunggal dengan edisi standar. Edisi standar adalah usaha perbaikan dan meluruskan teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penulisan. Tujuannya ialah untuk menghasilkan suatu edisi yang baru dan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat.
B. Sumber Data Penelitian
Sumber penelitian ini adalah berupa 37 halaman, yaitu naskah Ambiya halaman 75 sampai halaman 111 merupakan koleksi perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta. Naskah Ambiya yang kami kaji ini hanya terdapat 162 pupuh. Naskah tersebut ditulis dengan huruf Jawa yang berbentuk tembang macapat. Keterangan lain mengenai Serat Ambiya 1 yaitu disebutkan bahwa penyalinan naskah jilid pertama dilakukan pada tanggal hari Kamis Pon, bulan Jumadiawal, tahun alip 1867.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dapat diartikan membaca naskah yang berhubungan dengan penelitian ini. Membaca dan memahami Naskah Serat Ambiya 1 halaman 75-111, kemudian memilih bagian-bagian yang relevan dengan penelitian. Bagian-bagian yang relevan dengan penelitian ini baru dapat ditentukan sebagai data penelitian setelah ditelaah dan dianalisis terlebih dahulu. Data tersebut diperoleh dari pembacaan inetensif yang bertujuan untuk menemukan kutipan dari isi naskah teks Naskah Serat Ambiya 1 yang berkaitan dengan ajaran hidup manusia di dunia dan pencatatan baik fisik naskah ataupun nonfisik naskah.
D. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini ialah peneliti dengan pengetahuan tentang Filologi dan naskah Jawa, Data dalam penelitian ini berupa 37 halaman. Sebagai alat bantu dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data tersebut digunakan untuk mencatat data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pembacaa, yaitu data-data yang berhubungan dengan sumber penelitian. Kartu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Kartu data yang digunakan untuk mencatat deskripsi naskah Ambiya 1
No. | Identifikasi | Keterangan |
1. | Tempat Penyimpanan naskah | |
2. | Judul Naskah | |
3. | Pengantar | |
4. | Penulis | |
5. | No. Kodeks | |
6. | Tempat penulisan naskah | |
7. | Tujuan penulisan naskah | |
8. | Ukuran naskah | |
9. | Tebal naskah | |
10 | Jumlah halaman | |
11. | Huruf | |
12. | Bahan kertas naskah | |
13. | Keadaan Kertas | |
14. | Ukuran Teks | |
15. | Isi naskah | |
16. | Hiasan gambar | |
17. | Jenis naskah | |
18. | Tulisan | |
19. | Bahasa | |
20. | Keadaan Naskah | |
D. Langkah Kerja Penelitian
Langkah kerja penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis data sebagai berikut.
1. Mencari dan menentukan naskah yang akan dijadikan penelitian ini di Katalog Perpustakaan Dewantara Kirti Griya (Taman Siswa)
2. Menemukan Naskah Serat Ambiya 1
3. Membuat deskripsi naskah, berupa data fisik naskah.
4. Membaca Naskah Serat Ambiya 1 berulang-ulang dan cermat.
5. Analisis data, berupa :
a. Deskripsi Naskah, yaitu memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas keadaan naskah.
b. Membuat transkripsi diplomatik, yaitu alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disalin sesuai apa adanya. Dalam penelitian ini alih tulis dari tulisan Jawa ke tulisan Jawa
c. Membuat tanskripsi ortografi, yaitu alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disesuaikan dengan penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan atau ejaan yang berlaku pada saat ini.
d. Membuat transliterasi diplomatik, yaitu alih tulis naskah dengan menggati jenis tulisan naskah yang disalin sesuai dengan apa adanya seperti yang ada pada teks. Dalam penelitian ini dari tulisan Jawa ke tulisan latin
e. Membuat transliterasi ortografi, yaitu alih tulis naskah dengan menggati jenis tulisan naskah yang disalin (tulisan Jawa ke latin)sesuai dengan dengan tata tulis aksara latin, sesuai dengan EYD (untuk mengertahui isi naskah) sekaligus digunakan untuk mengutip teks
f. Merunut dan mengartikan kata (Etimologi)
g. Terjemahan bebas, yaitu seluruh bahsa sumber pada teks diganti dengan bahasa sasaran.
h. Membuat interprestasi nilai-nilai religius yang terkandug dalam Naskah Serat Ambiya 1
i. Menyimpulkan keseluruhan hasil analisis kajian filologis dalam Naskah Serat Ambiya 1
BAB IV
KAJIAN FILOLOGI
A. Deskripsi Naskah
No. | Identifikasi | Keterangan |
1. | Tempat Penyimpanan naskah | Perpustakaan Dewantara Kirti Griya (Taman Siswa) |
2. | Judul Naskah | Serat Ambiya 1 Penulis naskah ini : NN |
3. | Pengantar | - Pengantar di luar isi teks: Punika Serat Ambiya Ingkang jilid 1 Kawuryanan ing dinten Kemis pon Wulan Jumadilawal Tahun alip 1867 - Keterangan sampul depan: Boekhandel & Bibliotheek “WTG OSGENO” Ld. Ratmakan 72 Yogyakarta |
4. | Penulis | NN (No Name) |
5. | No. Kodeks | 786 |
6. | Tempat penulisan naskah | - |
7. | Tujuan penulisan naskah | - |
8. | Ukuran naskah | P x l 33, 6 cm x 21 cm - Sisi kertas bagian kanan: Top : 3, 5 cm Bottom : 2, 5 cm Righ: 3 cm Left : 4 cm - Sisi kertas bagian kiri: Top : 3, 5 cm Bottom : 2, 5 cm Righ : 4 cm Left : 3 cm |
9. | Tebal naskah | 1, 8 cm |
10 | Jumlah halaman | 148 halaman |
11. | Huruf | Huruf yang digunakan adalah huruf Jawa |
12. | Bahan kertas naskah | - Bagian sampul terbuat dari kulit kayu. - Kertas teks terbuat dari kertas sejenis kertas HVS - Ada 2 halaman kertas yang berjenis kertas payung. |
13. | Keadaan Kertas | terlihat baik meski warna kertas kecoklatan dan tampak lusuh dan ada sedikit lubang kecil di halaman tertentu. - Pada halaman depan naskah terdapat 1 lembar kertas paying yang kosong. - Kertas pada halaman 147 bersih tidak ada tinta yang luntur. - 1 lembar halaman kosong di bagian akhir naskah. |
14. | Ukuran Teks | - Panjang baris 14 cm - Jumlah huruf per baris 13-16 huruf - Jumlah baris 19 baris |
15. | Isi naskah | - Serat Ambiya I merupakan salah satu petunjuk dari Al-Quran tentang proses penciptaan bumi, langit, surge, neraka, dll. Oleh Allah SWT. - Menjelaskan bagaimana terjadiny Malaikat di bumi dan para penerus nabi yaitu sebagai khalifah. |
16. | Hiasan gambar | Tidak ditemukan hiasan gambar |
17. | Jenis naskah | Prosa (Nampak pada tampilan yang berupa paragraph). |
18. | Tulisan | - Ukuran huruf 0, 5 cm, termasuk kedalam ukuran sedang. Namun, disetiap halaman terdapat perbedaan ukuran huruf. - Termasuk tulisan tangan terlatih (tidak ditemukan banyak coretan) - Bentuk huruf campuran - Menggunakan tinta warna hitam - Letak teks rata kanan-kiri. - Tulisan condong ke kanan - Goresan tinta halus (tidak putus-putus). - Baris dalam setiap halamannya rapi/ teratur. - Terdapat pemandu baris dalam setiap barisnya. |
19. | Bahasa | Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Tengahan |
20. | Keadaan Naskah | - Bagian jilidan naskah sudah rapuh - Tinta tulisan disetiap halaman hampir sebagian besar sudah luntur, namun tulisan masih tetap terbaca meski kurang jelas. - Penulisan halaman pada setiap lembar naskah menggunakan aksara jawa. - Sampul terbuat dari kulit warna coklat ber embos - Pemandu baris pada tiap lembar menggunakan pensil - Pada halaman 13 terdapat cap : - Bertuliskan WICHJOSOEROTO, Yogyakarta; bentuk cap bulat berada di bagian ujung atas sebelah kiri. - Bertuliskan KARIOTAROENO FONDs, Djogyakarta; bentuk cap lonjong berada di bagian tengah naskah. - Pada halaman 147 tulisan masih terlihat bersih tinta tidak luntur. |
B. Alih Tulis
1. Transkripsi
Dalam Mulyani,(2009:7) disebutkan bahwa transkripsi adalah alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disalin, misalnya dari tulisan Jawa ke tulisan Jawa, dari tulisan Latin ke tulisan Latin. Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (dalam Baried, 1985: 65) transkripsi adalah memberikan batasan pengubahan teks dari satu ejaan ke dalam ejaan yang lain (alih ejaan) dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsur bahasa yang bersangkutan. Transkripsi ada dua macam, yaitu transkripsi diplomatik dan transkripsi ortografi.
a. Transkripsi Ortografi halaman 75-111
Transkripsi ortografi, yaitu alih tulis naskah tanpa mengganti jenis tulisan naskah yang disalin, disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Metode ini digunakan untuk mempermudah pembacaan dan penelitian lebih lanjut. Berikut ini transkripsi ortografi Serat Ambiya halaman 75-111.
(transkripsinya hubungi kami di 085647800292)
2. Transliterasi
Translitrasi menurut Onions (dalam Darusuprapta, 1984:2), adalah suntingan yang disajikan dengan jenis tulisan lain. Baried (1994:63) berpendapat bahwa translitrasi adalah pengganti jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad yang lain. Translitrasi dalam Kamus Istilah Filologi (1977:90), didefinisikan sebagai “pengubahan teks dari satu tulisan ke tulisan yang lain atau dapat disebut alih huruf/ alih aksara, misalnya huruf Jawa ke huruf Latin, dsb.
Salah satu tugas peneliti filologi dalam transliterasi adalah menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya dengan penulisan kata menurut Ejaan Yang Disempurnakan supaya data mengenai bahasa lama dalam naskah tidak hilang (Djamaris, 1991: 4-5). Translitrasi ada dua macam, yaitu translitrasi diplomatik, dan transliterasi ortografis
a. Transliterasi Ortografi halaman 75-111
Translitrasi ortografi atau translitrasi kritik bahkan sering disebut juga translitrasi standar, yaitu alih aksara dalam hal ini dari huruf Jawa ke Latin yang disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Metode ini digunakan untuk mempermudah pembacaan dan penelitian lebih lanjut. Berikut ini adalah transliterasi ortografi Serat Ambiya 75-111.
(kelanjutannya hubungi kami di 085647800292)
C. Etimologi
- Merang I kn: 1 gaganging pari; 2 engg koelit gabah, II engg. Kn:mbatjok, namakaké lelendep; - i ak: nglawan, perang moengsoeh.....; ktj. Perang.
- Barèng engg. kn: bendé.
- Bareng n. sareng k: 1 [oet. bareng-bareng engg. (be-)barengan] toenggal wektoe enggoné toemindak (mlakoe, nandangi lsp); 2 ing nalikané, oep. – wes ketemoe karo sing doewé omah, akoe bandjoer takon; 3 samangsa wis, oep. loenga-loenga – arep digeboek; 4 balik, déné jèn, oep. aku mono isih lamban, - kowé rak wis brengga rowa; - sedina:mnoenggal sedina; di – i: ditoenggali (enggoné mlakoe, nggarap lsp); dikanṭèni (tmr, lajang, naboeh gamelan lsp); (be-)barengan: 1 bareng; 2 kang bareng enggoné mlakoe (meḍajoh lsp).
- Angin kn: lakoening hawa; olèh - : 1 bisa katampek ing angin (tmr. Lajangan, praoe); (oet, olèh – betjik) ént. Olèh oengoep-oengoep bakal tampa kabegdjan lsp; _ - _: 1 ngisis golèk hawa kang kapénak; 2 br. Ngroengok-ngroengokaké pawarta; di _ - _ aké engg: disis soepaja kena angin; _ - en ptj kemboeng (tmr. weteng); ktj. kanginan.
(kelanjutannya hubungi kami di 085647800292)
D. Terjemahan
Baginda Edris berkata bahwa beliau mengetahui keadaan surga. Beliau senang mengetahuinya. Beliau terlalu bahagia mengetahui surga itu. Tetapi semuanya itu dikembalikan ke langit.
Malaikat berkata dengan arif, sebaiknya Nabi Edris segera pulang. Kemudian Nabi Edris berkata bahwa dirinya mengalami sekarat dan akan meninggal. Serta menyeberangi neraka dan berhasil melewatinya.
(kelanjutannya hubungi kami di 085647800292)
E. Nilai-nilai Religi yang terkandung dalam Serat Ambiya 1
Kehidupan manusia tidak terlepas dari sisi religi. Manusia hidup tidak dapat terlepas dari agama. Di dalam Serat Ambiya 1 ini banyak terdapat nilai-nilai religi yang dapat diambil pelajaran dalam memperbaiki keimanan dan ketaqwaan. Nilai-nilai tersebut yaitu:
· Kutipan:
têtêpè dènya ngbêkti / asabar lila ing dunya / sêca legawa atinè / tur asih yèn kêdhatêngan/ miwah maring kasiyan/ bêtah maca kitab junun /mila sunjurung sakarsa
Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa dalam hidup harus berbakti kepada Allah, sabar dan ikhlas hidup di dunia, serta harus saling mengasihi terhadap sesama manusia. Perbanyak membaca kitab. Semua itu harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Sehingga dapat hidup dengan baik dan seimbang
Gambaran pokok manusia beragama adalah penyerahan diri, ia menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat (Tim Dosen PAI UNY, 2002:2). Selain hormat dan patuh kepada sang pencipta kita juga harus berbuat baik terhadap sesama. Seperti yang terdapat dalam kutipan pada serat Ambiya 1 dapat diambil pelajaran bahwa selain beriman kepada Allah kita juga harus dapat saling mengasihi kepada sesama manusia..
· Kutipan
dèn sami lan nabi èdris/ lah sami tuwan sêmbaha / agêng alit sarupané / iya padha mangèran / marang mas kang sarupa / mêsthi olèh wong puniku / ing barkatè kang sinêmbah
Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa semua harus menyembah kepada Tuhan baik itu orang besar maupun kecil, karena dalam menyembah tidak mengenal perbedaan antar individu yang dilihat adalah ketaqwaan mereka kepada Tuhan.
Manusia adalah makhluk terpilih sebagai khalifah di muka bumi ini dan diberikan kepercayaan melaksanakan amanat tersebut. Karena manusia telah diberikan kelebihan dibandingkan makhluk lain yaitu diberikan akal dan pikiran, maka sudah sepantasnya manusia bersyuku. Bentuk rasa syukur yaitu dengan menyembah kepada Tuhan yang telah memberikan kelebihan tersebut.
(kelanjutannya hubungi kami di 085647800292)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV mengenai analisis kajian filologis dalam Naskah Serat Ambiya 1 dan interpretasi nilai moral, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Naskah Serat Ambiya 1 merupakan salah satu koleksi yang terdapat di Perpustakaan Kirti Griya (Taman Siswa) yang ini berkode 786. Naskah ditulis dengan tulisan Jawa dan berbahasa Jawa. Naskah yang dikaji terdiri dari 37 halaman. Setiap halaman naskah memuat 19 baris tulisan.
Di dalam mentransliterasi Serat Ambiya halaman 75-111, penulis menggunakan huruf Jawa yang masih menggunakan ejaan lama, sehingga penelitian ini menggunakan transliterasi dan transkripsi ortografi untuk memudahkan pembacaaan teks naskah. Kemudian transliterasi dan transkripsi diplomatik dibuat untuk melestarikan naskah sebagai suatu aset budaya bangsa.
Serat Ambiya 1 merupakan sebuah naskah yang berisi tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Kebesaran dan kekuasaanya itu diceritakan melalui kisah-kisah para nabi. Nabi adalah makluk ciptaan Allah yang diberikan wahyu dan kepercayaan oleh Allah dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kepada umatnya.
Dalam serat Ambiya 1 (dibatasi antara halaman 75-111) menceritakan tentang kisah-kisah para nabi, seperti Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Hud, dan Nabi Saleh. Sebagian besar ceritanya menjelaskan mengenai kekuasaan Allah, terutama kekuasaan memberikan azab kepada orang-orang yang kafir.
Setiap cerita nabi yang dituliskan dalam serat Ambiya 1 ini mengandung nilai religious, diantaranya adalah nilai keimanan dan nilai ibadah. Dalam nilai keimanan dijelaskan mengenai kita harus percaya terhadap Allah, karena hanya Dia yang patut untuk di sembag. Allah adalah yang menciptakan alam semesta dan seisinya. Sehingga manusia dilarang untuk menyembah selain Allah, seperti berhala. Orang yang tidak menyembag Allah tergolong ke dalam orang kafir, yaitu orang yang akan mendapat laknat Allah seperti yang telah diceritakan dalam kisah-kisah nabi di Serat Ambiya 1 ini.
Sedangkan nilai ibadah merupakan implementasi dari nilai keimanan. Dengan ibadah kita dapat menunjukkan rasa percaya kita terhadapAllah. Ibadah tersebut aat dilakukan dengan menjalankkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Seperti halnya dengan menjalankan shalat lima waktu, puasa, berbuat baik kepada sesame, dll. Dengan kita menjalankan semua itu maka kita akan tergolong kepada orang-orang yang beriman kepada Allah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penilitian ini, penulis mencoba memberi saran sebagai berikut.
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan muncul usaha-usaha baru dalam penelitian filologi di masa yang akan datang sebagai wujud usaha pelestarian budaya bangsa, karena banyak terdapat nilai-nilai luhurt yang terkandung di dalam naskah-naskah khususnya naskah Jawa.
2. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat menerapkan nilai ajaran agama yang ada dalam Serat Ambiya 1 dalam kehidupan sehari-hari.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh. 1977. Kamus Istilah Filologi. Laporan Penelitian Yogyakarta. Fakultas Sastra dan Kebudayaan. UGM. Yogyakarta.
Baried, Siti Baroroh. 1994. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Damayanti. Eni Kusumastuti. 2000. Tinjauan Filologi Serat Candra Rini: Deskripsi, Perbandingan, dan Suntingan Teks. Skripsi S1. Yogyakarta: PBD. FBS. UNY.
Darusuprapta. 1984. Beberapa Masalah Kebahasaan dalam Penelitian Naskah. Widiyaparwa: 26. Hal. 1-7.
Djamaris, Edwar. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Filologi”. Majalah Bahasa dan Sastra. I. III. Hal. 20-33.
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Agama-Menghadapi-Perubahan-Nilai,1
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Indria, Venny. E. 2003. Tinjauan Filologi Naskah Suluk Ruwang. Skripsi S1. Yogyakarta: PBD. FBS. UNY. Yogyakarta.
Muhajir, Noeng. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.
Mulyani, Hesti. 2009. Diktat membaca Manuskrip. Yogyakarta: PBD. FBS. UNY. Yogyakarta.
Surakhmad, Winarno. 1980. Dasar dan Tekhnik Research. Bandung. Tarsito
Suratno. Siti Chamamah. 1990. Studi Filologi : Filologi Sebagai Suatu Disiplin Ilmu. Makalah Seminar. Yogyakarta: Fakultas Sastra. UGM Yogyakarta.
Tim Penyusun. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Warsidi. 2005. Tinjauan Filologi Serat Sangulara. Skripsi S1. Yogyakarta: PBD. FBS. UNY.Yogyakarta.