Kamis, 24 Desember 2009

Trading Valas Tanpa Harus Modal

Perdagangan forex (foreign exchance) secara online merupakan generasi milenium yang lebih ngetren seiringdengan perkembangan zaman.
Dengan seperangkat komputer lengkap dengan koneksi internet maka anda dapat melakukan perdagangan valuta asing.
Banyak perusahaan pialang telah membuka situs untuk melayani investor, dengan online di komputer anda bisa melakukan deal dan jual beli valas secara online 24 jam sehari dan 5 hari seminggu.

Salah satu web forex online yang terbukti membayar investornya adalah marketiva,untuk melihat websitenya klik disini.

Mengapa harus di Marketiva?
Marketiva adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang transaksi mata uang (foreign exchance) dan memiliki domisili di Switserlad. Marketiva memberikan banyak sekali kemudahan bagi kita yang baru saja mulai belajar menjadi pilang. Di marketiva kita tidak perlu mengeluarkan modal besar untuk menjadi seorang pialang Valas. Dengan join di Marketiva kita diberi $5 gratis dan bisa dipakai trading (ini uang asli lho dan bisa ditarik kalo kita sudah memperoleh hasil dari investasi dengan modal gratis ini, karena minimum withdraw awalnya cuma $7) dan juga ada suport bahasa indonesia, jadi kalo ada masalah bisa langsung ditanya dan langsung direspon (via live chat).
Di Marketiva transaksi untuk withdraw & deposit cukup menggunakan libertyreserve yang gratis dan sangat gampang prosesnya.

Keuntungan-keuntungan lain yang diperoleh di Marketiva:
1. Membuka Account Gratis. Daftar Disini!
2. Mendapat $5 Gratis (uang beneran).
3. Hanya dengan $1 sudah bisa bertrading.
4. Keamanan yang cukup bagus.
5. Memperoleh Software untuk bertrading secara real time.
6. Tersedia support berbahasa melayu.
7. Mendapatkan uang virtual, untuk latihan trading


Tapi ada yang perlu diperhatikan di Marketiva!!
Satu komputer hanya dapat digunakan untuk login 1 acount. Jangan coba buka 2 accaount karena akan dibanned.


Bagaimana ???
Anda tertarik untuk menjadi PIALANG yang berpenghasilan dalam bentuk DOLLAR tiap harinya?
Silahkan coba DISINI!!


NB: kurang jelas hubungi pendekarjawa@yahoo.com (YM/FB)

Minggu, 13 Desember 2009

Kajian Filologi Serat Cebolek

KAJIAN FILOLOGI SERAT CEBOLEK

Oleh : Dhidhik Setiabudi, Dkk


ABSTRAK

Naskah Serat Cebolek berisi tentang pertentangan ajaran Islam “ortodok” dengan Islam “heterodoks” (menyimpang). Islam ortodoks diwakili oleh ketib Anom, ahli agama dari Kudus, sementara Islam heterodoks diwakili Kiai Mutamakin dari desa Cebolek, Tuban.
Untuk menggali, mengungkapkan dan memaknai pertentangan ajaran Islam “ortodoks” dengan Islam “heterodoks” (menyimpang), hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat ahli tulis dan menganalisis moral dalam Sserat Cebolek. Alih tulis berupa trasliterasi ortografi, setelah itu diparafrasekan serta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, pembacaan itu lakukan dengan metode heuristik dan dilanjutkan dengan metode hermeneutik. Sehingga dapat dipahami isi dari naskah itu.
Hasil dari pembahasan bentuk dan isi dalam Serat Cebolek halaman 1- 27 meliputi: (1) deskripsi naskah Serat Cebolek halaman 1-27, (2) bentuk fisiknya yaitu tulisan tangan, (3) alih tulis, etimologi, parafrase, dan terjemahan naskah Serat Cebolek halaman 1-27 (4) isi teks Serat Cebolek halaman 1-27 tentang pertentangan ajaran Islam “ortodoks” dengan Islam “heterodoks” (menyimpang).


Kata kunci: Serat Cebolek.







BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah manifestasi kehidupan bangsa dan akan menjadi peninggalan kebudayaan yang sangat tinggi nilainya. Menurut Teeuw karya sastra juga sebagai pancaran pribadi manusia secara jasmani dan rohani, merupakan ekspresi yang meliputi tingkat-tingkat pengalaman,biologi,sosial,intelektual dan religius (1984:7). Karya sastra lahir tidak hanya untuk dinikmati dan dihayati tetapi juga dapat membentuk dan mempengaruhi pembacanya (Teeuw,1983:7).
Di Indonesia banyak terdapat karya sastra lama yang berupa naskah lama dan ditulis dalam bahasa dan aksara daerah. Isinya sangat beragam dan meliputi berbagai bidang antara lain : bidang agama,sejarah, sastra,mitologi,legenda,adat-istiadat dan sebagainya. Karya sastra lama tersebut secara keseluruhan dapat memberikan gambaran mengenai kebudayaan Indonesia pada umumnya. Naskah atau karya sastra lama merupakan peninggalan budaya yang menyimpan segi kehidupan bangsa pada masa lalu . Karya sastra lama mengandung berbagai warisan rohani bangsa Indonesia, perbendaharaan pikiran dan cita-cita luhur nenek moyang kita (Soebadio,1973:7). Sastra daerah di Indonesia mengandung berbagai nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan, salah satunya adalah sastra Jawa yang tercermin dalam naskah-naskah Jawa.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu daerah yang masih menganut sistem pemerintahan yang berpusat pada kerajaan. Selain itu, pemerintah kerajaan banyak menghasilkan peninggalan- peninggalan bersejarah yang bersifat monumnetal, baik yang berupa bangunan- bangunan yang usianya sudah berabad- abad, seperti candi, masjid, kraton Yogyakarta,dan lain sebagainya. Peninggalan yang berupa karya- karya sastra yang ditulis oleh para pujangga pada masa itu. Dari karya- karya itu bisa mengetahui berbagai macam aspek kehidupan masyarakat pada masa lampau (Riyadi, 2002: 3- 4).
Bangsa Indonesia terbagi menjadi beberapa pulau, yang masing- masing memiliki kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti budaya Jawa yang juga terbagi dalam bentuk budaya fisik dan non fisik. Budaya fisik adalah budaya yang berupa hasil budaya yangtampak, misalnya sperti candi- candi,naskah, gamelan,dan lainnya. Budaya non fisik berupa hasil budaya yang tidakdapat nampak, misalnya kepercayaan, upacara adat. Seperti naskah atau manuskrip merupakan salah satu hasil budaya Jawa fisik dalam bentuk tulisan.
Manuskrip atau naskah adalah tulisan tangan yang ditulis pada masa lampau. Manuskrip yang idtulis dengan aksara Jawa hhingga kini masih ada yang dapat dibaca dan tidak dapat dibaca. Ketidakterbacaan naskah itu karena lamanya waktu pembuatan naskah sehingga lapuk dan rusak. Naskah yang dapat dibaca itu dimungkinkan adanya penyelamatan naskah melalui penyalinan naskah dan penyimpanan di tempat yang tepat seperti perpustakan dan museum.
Setiap naskah memiliki isi tertentu,antara lain piwulang, sejarah berdirinya kerajaan, peristiwa bersejarah, silsilah keturunan raja, dan lain- lain. Salah satu naskah yang akan dikaji dalam makalah ini yaitu Serat Cebolek yang disimpan di museum Taman Siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi naskah Serat Cebolek ?
2. Bagaimana alih tulis Serat Cebolek halaman 1-27?
3. Bagaimana runutan dan arti (etimologi) kata dalam Serat Cebolek halaman 1-27?
4. Bagaimana parafrase Serat Cebolek halaman 1-27?
5. Bagaimana terjemahan Serat Cebolek halaman 1-27?
6. Bagaimana isi teks Serat Cebolek halaman 1-27 ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mendeskripsikan naskah Serat Cebolek .
2. Untuk mengetahui alih tulis Serat Cebolek halaman 1-27?
3. Untuk mengetahui runutan dan arti (etimologi) kata dalam Serat Cebolek halaman 1-27?
4. Untuk mengetahui parafrase Serat Cebolek halaman 1-27?
5. Untuk mengetahui terjemahan Serat Cebolek halaman 1-27?
6. Untuk mengetahui isi teks Serat Cebolek halaman 1-27 ?


D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang naskah Jawa khususnya Serat Cebolek halaman 1-27.
2. Mengetahui isi teks dalam Serat Cebolek halaman 1-27.
3. Memberikan referensi bagi pengkajian yang relevan.












BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Filologi
Pengertian Filologi menurut beberapa pakar, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: 1988). Sementara itu dalam Leksikon Sastra (Suhendra Yusuf: 1995) dikatakan bahwa dalam cakupan yang luas filologi berarti seperti tersebut di atas, sedangkan dalam cakupan yang lebih sempit, filologi merupakan telaah naskah kuno untuk menentukan keaslian, bentuk autentik, dan makna yang terkandung di dalam naskah itu.Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain) (J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain: 1994) menekankan bahwa filologi meneliti dan membahas naskah-naskah lama sebagai hasil karya sastra untuk mengetahui bahasa, sastra, dan budaya bangsa melalui tulisan dalam naskah itu.W.J.S. Poerwadarminta (1982) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia lebih menekankan bahwa filologi mempelajari kebudayaan manusia terutama dengan menelaah karya sastra atau sumber-sumber tertulis.
Menurut Kamus Istilah Filologi (Baroroh Baried, R. Amin Soedoro, R. Suhardi, Sawu, M. Syakir, Siti Chamamah Suratno: 1977), filologi merupakan ilmu yang menyelidiki perkembangan kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraan-nya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: 1988). Sementara itu dalam Leksikon Sastra (Suhendra Yusuf: 1995) dikatakan bahwa dalam cakupan yang luas filologi berarti seperti tersebut di atas, sedangkan dalam cakupan yang lebih sempit, filologi merupakan telaah naskah kuno untuk menentukan keaslian, bentuk autentik, dan makna yang terkandung di dalam naskah itu.
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain) (J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain: 1994) menekankan bahwa filologi meneliti dan membahas naskah-naskah lama sebagai hasil karya sastra untuk mengetahui bahasa, sastra, dan budaya bangsa melalui tulisan dalam naskah itu.
W.J.S. Poerwadarminta (1982) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia lebih menekankan bahwa filologi mempelajari kebudayaan manusia terutama dengan menelaah karya sastra atau sumber-sumber tertulis.
Koentjaraningrat, dkk. (1984) dalam Kamus Istilah Antropologi mengungkapkan filologi sebagai ilmu yang mempelajari bahasa kesusastraan dan sejarah moral dan intelektual dengan menggunakan naskah kuno sebagai sumber.


B. Pengertian Naskah dan Teks
  • Naskah merupakan objek kajian filologi berbentuk riil, yang merupakan media penyimpanan teks. (2003:10)
  • Danusuprapto (dalam surono 1983:1) naskah sering disamakan dengan teks yang berasal dari bahasa latin tertua yang berarti ‘Tulisan yang mengandung isi tertentu’.(2003:10-11)
  • (Djamaris, 1977:20) naskah merupakan sebagai semua peninggalan tertulis nenek moyang kita pada kertas, lonyar, kulit kayu dan rotan. (2003:11).
  • Onions (dalam Danusuprapto, 1984:1) naskah dapat di anggap sebagai padanan kata manuskrip. (2003:11).
  • (Danusuprapto dalam Damayanti, 2000: 7-8) Naskah atau manuskrip Jawa adalah karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun salinannya yang menggunakan bahasa Jawa, baik bahasa kuna, Jawa pertengahan, maupun Jawa Baru, yang ditulis dengan aksara Jawa, Arab Pegon, atau Arab Gondit, Latin pada bahan lontar, daluwang dan kertas pada umumya.(2003:11)
  • Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan (KBBI, 1997:684). (2003:10).
  • Naskah Jawa adalah naskah yang menggunakan bahasa Jawa sebagai mediummya. (2003:11).
  • Naskah merupakan karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun salinannya( Poewardaminta, 1954: 447).
  • Naskah adalah semua bahan tulisan tangan, dari bahasa latin code, jamkny codies Baroroh, Baried 1994:55).
  • Naskah merupakan karangan yang masih di tulis dengan tangan (KBBI, 1977:684)
  • Naskah Jawa adalah naskah yang yang menggunakan bahasa Jawa sehingga mediumnya . Ada 3 macam penggolongan naskah Jawa berdasarkan bahasa yang di gunakan dalam naskah tersebut, yaitu bahasa Jawa Kuna, bahasa Jawa pertengahan dan baru.

C. Tinjauan Teks
  • Teks adalah rentetan kata-kata yang merupakan bacaan yang mengandung isi tertentu. (2002:12). Analisis kesalahan membaca bersuara teks bertuliskan aksara Jawa Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY TA 2000/01
  • Teks adalah rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu (onions, 1974:913). (2002:12).
  • Teks merupakan kajian filologi, yaitu informasi yang terkandung dalam naskah yang sering juga disebut muatan naskah. Teks dalam filologi menunjukkan suatu abstrak yang hanya dapat di bayangkan saja. Teks sendiri atas isi dan bentuk. Isi yaitu ide-ide/ amanat yang hendak di sampaikan pengarang kepada pembaca. Bentuk yaitu cerita dalam teks yang dapat di baca/ di pelajari menurut berbagai pendekatan.
  • Teks merupakan objek penelitian filologi selain naskah adalah teks Baroroh, Baried (1985:56) menyatakan bahwa, teks merupakan kandungan/ muatan naskah. Teks berisi tentang ide-ide/ amanat yang ingin di sampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Selain terdiri atas isi, teks juga terdiri bentuk. Bentuk adalah cerita dalam teks yang dapat di baca dan di pelajari berdasar berbagai pendekatan misalnya alur, perwatakan dan gaya bahasa
Sebuah naskah atau teks adalah sebuah hasil karya yang penyambutannya ditafsirkan, dihayati, disampaikan sesuai dengan keperluan dan minat pembaca,serta manfaat teks itu sendiri (Teuw,1984:122). Dalam mencapai penafsiran yang baik terhadap karya sastra lama perlu pendekatan yang tepat yaitu teori filologi. Teori filologi yaitu teori yang berguna untuk melakukan deskripsi naskah, transliterasi naskah, dan terjemahan naskah, serta sejauh mana isi naskah tersebut yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk memilih naskah yang baik untuk dapat dianalisis lebih lanjut (Djamaris,1977:25). Dengan kata lain bahwa penelitian filologi harus dilakukan terhadap karya sastra lama dengan menggunakan langkah kerja filologi. Djamaris (1977:23) memaparkan enam langkah kerja filologi yaitu: Inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, singkatan naskah atau garis besar isi naskah dan transilterasi naskah.


D. Inventarisasi Naskah
Sebagai langkah paling awal dalam penelitihan dengan jalan mendata naskah yang tersimpan diberbagai tempat, perpustakaan-perpustakaan, museum, ataupun naskah yang disimpan secara pribadi sebagai koleksi naskah pribadi oleh para kolektor maupun oleh para pewaris naskah.

E. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah merupakan uraian atau gambaran tiap naskah secara terperinci, misalnya tempat penyimpanan naskah, judul naskah berkaitan dengan keterangan dalam teks oleh penulis pertama atau berdasarkan keterangan yang diberikan bukan oleh penulis pertama dan letak judul, pengantar, penutup yang berisi uraian pada bagian akhir diluar teks, tempat dan waktu menyelesaikan penulisan serta nama penulis, ukuran naskah, ukuran teks, lengkap tidaknya isi naskah,golongan jenis naskah, bentuk tulisan, bahan teks yang digunakan. Secara terperinci dapat dilakukan setelah memperoleh naskah. Langkah berikutnya dengan membuat garis besar isi naskah atau singkatan naskah. Garis besar isi naskah membantu memudakan pengenaanl isi naskah.

F. Alih Tulis Naskah
Transkripsi teks dilakukan untuk mempermudah pemahaman isi teks, transkripsi berbeda dengan transliterasi yang aktivitasnya adalah penggantian atau pengalihan huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Sedangkan transkripsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain ( Djamaris, 1977:29).
Transliterasi naskah ada dua macam yaitu transliterasi diplomatik dan transliterasi ortografi. Transliterasi diplomatik merupakan pengalihan huruf dari huruf Jawa ke huruf Latin dengan tetap berpedoman pada sistem aksara Jawa dan tanpa mengadakan perubahan apapun. Sedangkan translietrasi ortografi adalah pengalihan huruf dari huruf Jawa ke huruf Latin dengan berpedoman pada sistem tulisan Latin.

G. Terjemahan Teks
Terjemahan adalah penggantian bahasa dari bahasa satu ke bahasa yang lain, merupakan pemindahan makna dari bahasa bersumber ke sasaran. Jenis terjemahan ada tiga. 1. Terjemahan Lurus merupakan terjemahan kata demi kata dekat dengan artinya berguna untuk membandingkan segi ketatabahasanya secara bebas. 2. Terjemahan isi atau makna adalah kata-kata yang digunakan dalam bahasa sumber diimbangai salinanya dengan kata-kata bahasa sasaran yang sepadan. 3. Terjemahan bebas adalah menerjemahkan dengan cara mengganti dari keseluruhan teks dengan bahasa sasaran secara bebas.









BAB III
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Serat Cebolek

1. Tempat penyimpanan Taman Siswa
2. Judul Serat Cebolek, judul ditulis dibagian tengah atas, tidak diketahui siapa pengarangnya, kapan dan dimana ditulis.
3. Jenis bahan naskah dari kertas hvs yang berwarna putih sudah kekuning-kuningan dan kusam.
4. Jumlah baris tiap halaman 27
5. Ukuran tebal buku kurang lebih 1 cm (kurang lebih 130 halaman).
6. Warna sampulnya coklat, kertas putih agak kusam.
7. Ukuran 3 cm dari kiri, 3,5 cm dari kanan, 4 cm dari atas dan 4 cm dari bawah
8. Panjang naskah : 25,5 cm dan Lebar : 14,5 cm
9. Enam lembar dari belakang kosong dan dua lembar bergaris dari belakang kosong.
10. Jarak antar baris : 1 cm
11. Bentuk tembang.
12. Jarak antara angka dengan garis dalam 2,2 cm. Jarak antara angka dengan garis luar 1,8 cm.
13. Goresan huruf tebal.
14. Tinta hitam, kurang jelas, pada bagian belakang
15. Warna huruf hitam.
16. Huruf Jawa dengan ragam tulisan mucuk eri dengan posisi miring ke kanan
17. Pembacaan kurang jelas.
18. Bahasa yang digunakan dalam isi naskah Bahasa Jawa Kuna, Bahasa Jawa kuna dan Jawa baru dengan ragam krama dan ngoko.
19. 1 baris kurang lebih ada 19- 21 huruf.




B. Alih Tulis

1. Transkripsi

..........................................
..........................................
..........................................



2. Transliterasi

a. Transliterasi Diplomatik
// Manutokenhingtepapalupi / meksawinatumamengpustaka/hingkangjinijer kancane/ kartasura rumuhun/ wonten kojahkangdadyawarti/ ngulamatanah Jawa/ duk ing Jawanipun/ Jeng Sunan Pakubuwana/ Purwadady rerasan ambabayani/ Sang gya para ngulama//
// Saliringansarasaningngelmi/ sangkingtaklukmringkodratngaradat/ kang dadya witpartutane/ srukasurakkasuwur/ tanpawekastekadbinangkit/ temahcacad canacad/ hajuwethacucut/ pasisirwetanoteran/ tanahTubanKajiAmad Mutamangkin/ nadyalawaningkathah//
// SorasarusarengatingNabi/dhusunCebolekbawah ing tuban//kang dadya lok lelakune/bineregginamurung/dining parangalim pasisir/ajahingrusak sanak/durakahingratu/Srinarpatiwenangniksa/jerminongka badalmiyakaning bumi/bebayanihubaya//
// NangingsiraKajiMutamangkin/datankeguhbakuhgagahpanggah/tansuminggah pakewuhe/waningurebikukum/kehkangngungkihkukuh tankongkih/akeh ngulama prapta/manrapipitutur/malahhanginusnang nala/kilesiyangenghingnihingkang sawiji/ingngarananDulKahar//
//Ingkangcaturkikikcilikcilik/pangarapekikikkangsatunggal/punlamarodina mane/kalangkungkumalangkung/KajiAmadKimutamangkin/wusriyenpra ngulama/mesthikaturipun/mring kangJengSriNaranata/panwuskatontankenaden pituturi/mejananinagara//
//Sanungwategngulamapasisir/dhinginakeniberiberlayang/mrin parangulama kabeh/Pajang MentaramKedhu/ingBagelenmoncanegari/sarta kang panunggilan/ingpanganggepipun/tekadekang ingandheman/KiCebolekngaku mukamat kakiki/wanipraptengprakara//
// Duk emanaoterkeh nagari/kontranwategngulamasadya/kakeriganhing praptani/bangwetankyaibungsu/kuwusanahingsurawesthi/lawanmasida sarma/myangtibanomkudus /pangiritparangulama/inpasisir praptaKartasurasami /derengkongsibisara//
// Pankesarugerahnyasangaji /Prabumangkuratingngrikuseda /ingkangsumilh putrane /DyanmasPrabayeksawus /julukkanjengpangramipati /mangkyajumeneng nata /kasusrasinebut /JengSunansedanglawiyan /dukjumenenganyaduneken prakawis /katuringSriNarendra//
// Keriksagungngulamapasisir /datan anahingkangkaliwatan /PajangMentaram Pagelan /moncanagaraKedhu /sipatbisalapalsakedhik /tankenasuminggaha/ dhawuhkinenngumpul /neng dalem Kadanurejan /nulyakonjukmarangKanjeng SriBupati /mupakatprapangarsa//
// Ing pasisirlanmoncanagari /tuwinwadanahingKartasura /sampundadya panggusthine /sedhengetibengkukum /pra ngulamasanggyawusprapti /kayugung neng geladag /dukhatumpuktumpuk /ngrengajembanganjunjunan /mehbinasmi KajiAmatMutamangkin /ingnalikasemana//
// Wadanajrokang mramugareni /ingkangnamadyanDemangNgurawan /kaprenah ipe sang rajeng /kang bok ayu pinundhut /Radenajeng Supiyah dadi /Kanjeng RatuKencana /dyanDemang puniku /milakandelkinasiyan /mring sang nata emanangandikanmanjing /purapraptengngarsendra//
//AngandikaKajeng ri Bupati /hehNurawanikukayaparan /cihuwapatihhature /apa wus abiyantu /abipraya wateg ngulami /radyan Demang Nurawan/wot sekar umatur /inggihwuspraptasedaya /malahsampunpinanggihakenlanaris /rarase kangrerasan //
// Estu ngelmi kang dipunraosi /Abdidalemngulamasedaya /kangkinerig pamanggihe /satuskawandhasa mung /langkungirainggih kakalih /punika pepiliyan /densaneskensampun /ingkanghaserkalihduman /kangsadumanpunika ingkangpinilih /kawandasasekawan//
// Kawandasapanpinilihmalih /angsalkalihlikurpiniliyan /kangpinilihpethinganne /mungsawelaspukulun /gangsalingkangsakingpasisir /ngulamatanahtengah /caturantukipun /moncanagarisatunggal /ingPagelenpunikahingkangsatunggil /majasemlanPajang//
// PenggingkemasanhingkedhungSrenggi /denengulamamoncaNegara /panamungpranaragine /pagelenNgadilangu/ingpasisirlanmoncainggih/kekalih Surabaya /garesik sajuru /DemakKudusingkangtiga /kangpinilihbinektapanepen gusti /sakawan Bupatinya//
// GangsalpunWadanujadipati/ing pasisirkekalihwadan/DipatiJayaningrate/citra soma pukulun/abdidalemBupatinagri/inggihpundiraguna/ lan priyonggaulun/ Sawusnyangngabarakensebda/wawaketé ngélmutékadkangpiningit / Kanging nganggêpjati.
// Kangsêsangasampunmupakatti /namungkêkalihgustikangnandhang / inggilkénminggahtekadde / wontenkulangulamajang / sajugakêlayu / kêdhunggêdhépaméngakkantadhahkukumtumuturki mutamangkin / tyantushekapraya //
// Samingakênmukamatkakiki / milanipunpunwadanurrêja / atursumonggasaparangréh / karsa dalêmsinuwun / mésêmnabdaSriNarapati / ngêndigurunébapang / cabolékpuniku / wanisangkêm mringhantaka / radéndêmangngurawanmaturwotsari / dukwahuwontênmarga //
// Abdidalêmgandhonkangnimbali / pun gêthonghumoblanrogapita / punkajiAmatsamadya cabolék / wusrumahostyassimin / badhêtampidêdukahaji / ngingtannêdyasuminggah / éklasrila têrus / ngandikamalihsangNata / kayapriyé rêrsasannéduknan margi / umaturadéndêmang //
//Sukasokurbégj kukumpati / kinakubursagungprangulama / néngngabyantarasangrajéngngadhêp néngngalunhalun / kinurmattanhurubhinggên i/ léksagungwuwukirran / kumantarmurubtrus / kumêplas prapténg ngarbiyah / saking nuhu wawêjangé guru nadi / gojeni nangriyahman //
// MésêmngandikaSriNarapati / priyêbapanglamu anéngwisma / simungatamangkinkaryanora déndêmanghumatur / kicabolékyénwontênpanti / wusbakdasêbayang / tannéndrasêndalurêrêpén sumawicitra / kanwanahyalampah / êsangbimasuci / dukgêbyarhingsamodra //
// Têrkadhangsêkarnyadhénlintoni / madurêtnalampahkalihwêlas / tuwinbêmarasêkarésakêdhik rangikidhung, / dénéjimpênsastrasatunggil / kombanglampahsawêlas / namungyénlinuntu bawonta lampah pat bêlas / langkung ngayang séngkéksu prandéné ugi / pun cabolék hamêksa
// srugumujên jêngSriNarapati / angandikabapangkayaparan / ingwongmicarangélmuné / têka angriblaku / ingkabudansangBimaSuci / apanérakêsasar / rapénhingpamésu / maturnêmbahraden demang / kadibotenyenkasikupantoghingwit / surasanéngélmukakya //
// Mungminongkasamêndhêttingtamsil, / kadibotentinarusnéngtekat / namungngalapéhing dheondho / parawaliyulahu / kéhkabuka sikangupaming / bimagêbyarsamodra / maréntahhing guru / pandhitahingsokalima / angunangungsuronggakarébén ati / ciptasangmangunjaya //
// Yéntanhangsalkawruhhingkangsidik / têkantêlêngnging amodralaya / kalémbaktrunagêng kang wêliwrangênjoringpupu / wêrkudarasatêngahmati / kêpanggihdewabajanggêngirasakkupu / mawatéjatrusingwiyat / langkungkagyatkusumayudadukmyarsi / sabdanédéwabajang //
Kinénlumêbêtguwagarbaning / maganirasangkingkarnakiwa / wêrkudara nglêgtyasé, kamangkarayénsaslun / kadidatan sedhên jajêndhik, / kratasén pinêksa / gyamragalbéngngriku / praptaingjagatwalikan / panpunikakajiAmatpamitmutamangkin / kangminongkawiriddan //
// MésémngandikaSriNarapati / bapangaturésiwadanurja / lanparapunggaw gunge / rêmbuganulingukum / marangkajisimutamangkin / néngngalunhalunningwang / mungsijinéhiku / durungdadikarsaningwang / anuruttihaturéwadanatuwinlawanparangulama //
// Kranaapakajimutamangkin / ingngélmunédéganggopriyongga / tanngajakhajakwonghakéh, / ngélmumangkonohiku / lamunnoranêlukênjalmi / datanaprungsa sarak / kanggodhéwéhiku / hingsukpantêshangapura / lamunkajimutamangkinbabarngélmi / mamrihtinurutkathah //
// Sartakato kéhkangmanjingmurid / ikusêdhêngtompahukumhing / widyandêmangnembahhaturé / lêrêskarsasapukulun / angandikamalihsangngaji / wisngurawanmêtuwa / dhawuhnapréntahsun / dudukamringpranayaka / pêpakkênaanéngkêpatiyanhinjing / nêmbahdemangngurawan//
// Wêdalirasangkingbyantarahaji / animbalikalihpunakawan / ingkangdinutparingwroh / mring kapatiyanlamun / bénjangngénjangpêpakna sami / wadinajolanjaba / lanngulamasagung / pukulsangapraptaningwang / néngdanurjanhangêmbandhawuhsangngaji / dutaddiwinêmbah méntar //
// Praptakapatiyanaturuning / réhnangdinutamringradéndêmang // rahadyandipati agé / paréntah angungumpul / parawatégmanggalatuwin / sagungparangulama / lastritanwinuwus / yatahénjing sami prapta / prawadanakalawanparangulami / pêndhapakepatiyan //
// sagalanilénmajêngmangétan / parawadanalênggaha / anéngwétansêdarum / dénékanyjengradéndipati / anéngténgah // //Sawataramegung/mangileningtajengira/tangurmatidhumatengparatulami/cumungklingpukulsanga// //Rawuhiraradendemangmundhi/dhawuhdalemsapangngedhaklira/niyakawulanakateh/ dyandipatitagupuh/ ngancaranilenggahpendapi/wussiratatasangbya/palenggahanipun/raadyandemangngurawansapangdhodhokkelawanradendipatisoringsingguppandawa// //Andhawuhakentimbalanipatisirarahadendemangngurawanpanwarwitadiknetrane/sagungekangkarungu/prawahagaparangulami/kumepyurmanahira/telasekangdhawuh/radihangapyukdeduka/sawusesiradedukanenribupati/dipatimanupaja// //Aturirasandhikaanuli/lenggahnglenggergegettunsedenesemunya/prabupatipucetkabeh/lungguhiratumungkulwengbendhu/kiCeboleklayapklayap/niringcahyayayahdaluwangwinawing/lirwusmangkadsekarat// //Tawuwussamadketiptarunni/solahnyalimenjanganketawan/mipitmipitwalikotnetrasumyakkadulu/wingwinawingngamurupmawerdi/lirwantahangrakrura/maambekgugulagulkumyasswanitasudrisa/tawiraganalihnganannolehngering/kabyattumungkulsamya// //Mastibanombangunnalihnalih/mimbasudirannirengwardaya/amurganiwiramanonetepakensurbanipun/jubahirawiningkiswingkis/mingsetmajurongjengkang/ketibanomkudus/wusmoncessakingngakantrah/solahkanggaswiji/lekangsatdataris/karyacingakingkathah// //Punanomanuwundukakamipurunanyelani/ingdedukasrinarendra/kangcumawuhdyandipati/radikalintukedik/saknalikadukangrungu/kagyatratadendemang/ngurawanmegungtalinggih/ngajengakenmastibanomkangmicara// //Astaniramalangkadahmangkoronliswanengrandankangjajarmanguntarnguntarmangulaulatliragni/kumerketmajugatik/menggahmenggahngunjungbatu/geterekangmulat/punggawakangsamdyamasapwimastibanommulatdyandemangngurawan// //Kangsamyawawanwicara/danguangoksilihungkih/animpunangaduyasa/kaprwiramrihtitih/titikaningngakrami/ingpanwikaramangundangan/makendramapangeran/yenmenggahaningngajurit/ramedederdikederhideran// //Tahorkangwarangulama/pandhengkulepadatangi/tuwihkangparawadana/bangunkagyatdukmiyarsi/mringkanglumawarangling/masketibbanonglingkudus/klawanradendemangngurawanngandikawengis/sakingngendisiranarkokaluputan// //Dudukanesrinarendrakangdumawuhmringmapatih/mastibanomaturirainggihgamungkirangwit/wiwindihingprakawis/wiladyandipatimatur/witsakingprangulama/ingkangdarbeatursami/wussantosapanggusthipadhegulama//
//Upamine tunuruta/ purwane ingkang prakawis dudu kadalem narendra/ dhumateng para ngulami/ rahaden adipati/ sates tumut-tumut/ tegese atur kula sadaya para ngulami/ ingkang tampi dudukane sri narendra// //Gumujengrahadendemamgngurawanangentrokwentis/nebdalenggaingtyassingwangolehmungsuhkaumlanji/wantirwanitohpati/tambarekbisakaluruk/sawanganesembada/yenjanengwawiringkuning/mubalputihtambarekpindhogaruda// //Lahiyaingsunkewala/kangdadyawakilsangaji/adudukamarangsira/yapageneprangulami/tawehruwetnagari/guwururangoningratu/ujarduringsembadamaturmarangtuwapatih/tapaamrihduduneparaulama// //Gawetontonanningpraja/ngepamidalajadrumi/rampungdukanenarendra/ketibanommaturaris/langkungnuwunkapundhi/dukadalemkangcumawuh/dhumatengprangulama/nangingtakingdasihsami/langkungsakingtebihniyatkangmangkono// //Ngrunubedimringnarendra/lamunklepassanasamilahirbatinsrurumeksa/sasagetsagettingalit/kuwajibaningurip/samirumeksaingratu/karaharjaningpraja/angimanitanahjawi/mangkawontenpratingkahsarukatingal// //Sakupamikelajengandatanwandemprepeki/agempilderajatingprajatamarentekdenulari/pinanggihdatankenging/anganggepribadenipunabdidalemsadaya/yenmiyarsagampilkangnebihaken/sakingsundatulsumungah// //Dherekallansamiratap/kelayunesifatkuping/adipatijayaningrat/amesemsarwi/anjawilmarangkiaryanoruh/metoniikamantumu/wanidederwicara/tekadatanuwasuning/lanradeDêmang ngurawan.
//Yenmanungsajamaklumeh/ mesthitanbisacumuwit/ pinandênglanradendemang/ sasatkalalenmurti/winulatgégirissinadyan/dadyanmralayakusumahikumésém muwushiriban/Astatumawangliangri / nadyankulasanaktursamiwadana//
// Supradênêkêrataban / tyashambalamunkepanggih / kadihungingahingmacan/ Sênadyaning Ponconiti/ yênnujusénénkemis/ ngaglarpunggawagungngagung/ yên kakanghemasliwat/ tuwinminggahponyuleniti/ sipapsamnyatagnanapurundya wara//
// Pikirêsamiwas-uwas/ lirangngemannawangalirik/ dênêtabotenkéjamak/ Delajate ngaluluwihi/ kakangmasmangkubumi/ dukwonténingpurwalulut/ nambutkarya jropura/ bubuhanedénparani/ pinariksamringkangmasdêmangngurawan//
// Sakêdapsêbariliwat/ labeteanggégétiri/ manahteksihterataban/ kangmasbrata mangkubumi/ lajen maranimami/ angandiktutur-tutur/ marasesadêrêngcal/ Keketebmekasihkétawis/ sumar-sumarangandikapegat-pegat//
// Kulangaturipoyokan / mringkakangmasmangkubumi/ padukakadikawula/ mring rayidyandêmangajrih/ mongsawontenaugi/ andhendhamringkadangsêpuh/ ngandikakakangemas/ lahdênêpepadonyayi/ sintenwongngekangwanimringyayi dêmang//
// Adhimasmlayakusuma/ datanyanawakbumi/ punadhilurahmariksa/ marang penggaweyanbumi/ sundatandarbegetih/ ayanalamundênsêndhu/ tujunêadhi lurah/ mungliwatbaringesemi/ Bungahsasatbakalatomapaganjaran//
// Turpunikukadangtuwa/ kakangmasmangkubumi/ dênêentanalangsaran/ sentana pameranyekti/ prandênêlangkungngajrih/ mringkangmasdemangpuniku/ dênê kaliwat-liwat/dlajatebangngaluluwihi/ mungwongkuduskan wanilawandicara//
// Mangkêyênbotenkadukan/ ketibanomyataluwih/ sakinggunasranabisa/ Jayaningratadipati/ nebtaabisik-bisik/ SiAmatinggihtiyangpuniku/ yenlagyantuk ganjaran/kanugrahaningHyangWidi/ sampuningkangkadidyandêmangngurawan//
// Sarwa-sarwibasembadya/ sumbagapratamengkudi/ dhasarwahyaingNarendra/ senandyantiyangtik-utik/ lamunlabimangaletik/ ksrambahansihingratu/ kawula namungdarma/mongkotuladaningngabdi/ dipunsamyamarsudingerehkautaman//
// Supayadipunangêp/ kaparekaingNerpati/ kasiramgengngingprabawa/ wau takangwawanangling/ dangpuasilihunggih/ adêdêrdinêdêrmrihtanbuk/ nimpuningaduyasa/ ketibanomdatankalih/ sinegranganmraridyandêmang ngurawan//
// Ketibanomaturirira/ anggerpadukamanawi/ anetahparaulama/ bilihdatan mituturi/ mringkajimudamangken/ munikapadukadangu/ samiaprangwadana/ kawulakêmamdhatengi/ apituturyegah/ saruningpratingkah//
// Nêdhadikasumatura/ kajiAmatsamatmutamangkin/ mumpungnengngarsa bentara/ punikigonentoh pati/kiCeboleknauri/ layab-layabangangalentuk/ inggih yektospunanak// andhatengimituturi/ nangingkulatekengbilaitanesalak//
// Sakingbodhonepunpaman/ mungwulanggurukaesti/ ingsunkumayabikewalat/ tansagetmrihsuratmalih / manahkêdahnêtêpi/ ketibanomanglingsedhu/ lahikupikir tapa/ anyeyengitsipayakit/ norapisanangurusraras/ ingsarak//
// Anggersergalanjuga/ ingngaranpunkamaroden/ kanganggernamapunkatar/ gumerkangsam/ miyarsi/ radendêmangannuli/ ngentonwintissarwiguguk/ ketibanommaneb/denkinikuboyobesik/dementemendadiguguyonnagara//
// Wongkuduamulangsarak/ ambêkketangluluwihi/ ajaangguringpratingkah/ bêdholangunungmerapi/ elihtengarangsumbing/ sundaratumpangngalawu/ tidhar sangganentangan/ sebarangpenggaweiki/ ngakaliwat-liwati/pangsakingsarak//
// Ayengngelsawenang-wenang/asunepinadhajalmi/ lawanpanguluingTuban/ dulkoharasunemalih/ pigadhajenengketib/ sikamarodinpuniku/ duduwongtêmên sira/ nerasakratu ngngelis/ sejatinepangertimungudubilah//
// Anggerpramilakawula/ purunmaturmarangpatih/ konjukSriNaradibya/ supados ngentarngawarti/ ingkangngaruskapiyasi/ inggihanamanningratu/ lamunnêbihana/ marangsarak/ kejengNabi/ kasaksaraicalsuraosingsastra//
// Anggerkanggokocapingkitab/ inggihSiAmatamirulsalatin/ ngrenggahingNara Nata/ teteppepangkuning bumi/ badal dakiling widi/ wenang ganjar lawan ngukum/ mila lamun wontena/ Ratu nimpang sre
//Ngurangurukanglampahnarpatitanpamemanisangrerusmarangprawandadya mesumtanprakanang/tamngupumanglabumi/tumukpratanmawelu/tanpotekomirbac ramya/samirumeksatirbumi/sejatinenarpatikatinejagat//
//Samilanatinetaranya / punikakangsakpuweni/ sayogyanorangagesang / pumeksa tadanmungtali/pramilaugi/wajibrumeksaingratu/mobahmosinglijagat pakaryaning karapati obah ira ing badan//
// Kalepataningnarendrasinanandangingwongsabumi/ jengratupanwamingjagat manahrusak/ badansarikyentanenggal/ nelutuhneluhmringraturadhandemang wurawansiwakepsarwiselehtrisa/ natdahmarangradendipatidhanurja//
// Mapatikulakansaren/ punkudusbodsantalannibisa amrepbasa/sabetedepasttitis/ salindapurruniki/daradalemkedhumawah/inggihdhatengsunuwa/punkudusingkangnageni/nanggulungpramngajerlelayudaludan//
//Wonggagahmbotengiyabah/wongtrampildatanngaruwil/waningamukboten mamak/tekatkulaaningali/paspatiapatiten/gitikserute/mbotensaru/sudihyaingngalaga/Asasikituwiatin/ datannengwetandadoskunsulupingat//
// Ikusiwong tina raja/sawitistursolahemarakati/datankengingtinaraja/tankeron den kanankerin/rinuwakmaremaken/ ingngomberanbindursamabur/ gawatkaliwat liwat/ amungsuhwongkudus iki/ sajekderengnatekasurang//
// Radenwalayakasuma/ matursarwiawotsari / kangmaspadhutasok sokan / pikowontulakangnapi / duklecultandhingngupit / temahkangmasden sepuluh /gumujengprawadhana / luwaransakingprihatin / prangulamakrejetkrejetdarbe bingar//
// Raadyandemangpurawan / angandikasarwonolih / adimasmlayakusuma / destun kulatotengngimpi / praptonemupenggali / ngendherekmulihngendhurukuwopatih kawulo / matursrinarapati /pansadayainggibsamingentosono//
Kinanthi// kinanthisakkondhuripunsakingdalemkypatih / sarahadyandemang ngurawan / kasusradutanarpatih / supanadatankawarna/ sapraptaningrajapuni//
// Ingngubyantarasangprabu / rahadyandemangwotsari/ umaturrehing dinuta / mowitimalahngikasi / langkunganuwunpunuwa / wontennanggulangtohtati //
//Punketipbanomingkudus/kangsagetapudikawis/sebarangpangngrehkawula/
kasorran praboto prayogi/atrang ginas baten ganggas/patitih datan ketwes//
// Satunggalsanggultinipunkalangkungdeningprayogiamradinisandanara/ sangnata ngandikaaris/ payoendiaturpranna/ dyandemangmaturwotsari//
//Patihngalingipukulun / mringpunkajimutamangkinwuntenmangbileng mragagah/ punetdanirakumiter/ netrapratoposangsura/ kekeslawulanengngali//
// Tembungipunlajengsepadukageranawajani/ solahnakatenpunika/ gihpunkaji mutamangkin / lamunemtumektenna / tansandrenngisakannagri \\
// MongkowajibeAmiru/rumeksasarakingNabi/ nyudamanisSirwadana/mesum cahyaningnagari//
// Saremahgandanearus / yennarendratanpamanis /kucemnetranepunggawasamya nisthakangwadyalit/ risakpurasuraosingsastro/ kehprobawatinaritner//
//Derengdumugiumatur/selakgumujengsangngaji/anglingyenmangkono/bapang/payopadhaanglakoni / ingsunmiyossijumenggah/ dawuhnamringsiwapatih//
// Nataalihngandikaruhehbangsunwiwitelingsabanjureingsunprambag / bapansira sunkandhani / nulianaingkangcrita / nengpurwalulutsunlinggih //
//Sijayaningngratumatur/abrol/aneng ngasamami/samepayandalempunika/inggih ngarsakakengusti/langenpaosingkawiryan/ lengensuralangengandhing//
// Langgenringgitlangengambuh/sedenelangenturanggi/ langenabenabensat/puyuh ngerkututkemiri/tursarwa sarwiprayogo/Gustimungkirangsatunggal//
// Taprabangtiyangpukulun/ ingsungumuyutanyaras / jayaningratapaana/ ta prabangdencararinggit/ sunwataraorakaprah//Ature siadipati
// Inggihabdidalemkudus/ punaryamantunyasantri/ punkalitbanomnaman/ ngadega kenmerkang jalmi/ ikukamangkayanyata/ tementurasispati//
// Maturadatangumuyu/ kangaranketibmaruni,/dadidalangngirasmayang/ malah-malahasringdadi/ wongmenakpepakuningrat/ wongegungsurayangbumi//
// Nuliarsaingsunpundhut/ sicakroningngratmambengi/ aturesampun akarya/tarang kelangenangusti/ ingtrataningrasullah/ sayektiambucaltaklim//
//panabdidalemrumuhun/ punbapakdipunawisi/ taretanglampahtanmenak/ ing madurabotenkenging/ Muhammatlawanmursad/ sapingiasmarasupi//
//Punikalelempahanipun/ taretangmaduragusti/ namungwinaoskangserat/ kewalatandenawisi/ denadidalempunbapak/wasiyatsakingmantawis//
ikuwurungesunpundhut/ mengkosikatibtiruni/pikirememetturbablas/ dyan demangmaturwotsari/ inggihpikirnyrenggarawa/ baracaturmaedoni//
// Sangnatangandikaarum/ simencalmoncolingnuwih/ laningsunwanimrakara/ ukaranemikarani/ mawahkaringringnganit/ kalabuwongsatussiji//
// Apadhapureabagus/ dyandemamaturwotsari/ sembadabagusturgagah/dede gaprakasaprayogi/upamilamunringgita/ aryasetasenapati//
// Yensampunadadoskatum/ pantesaprawiraingjurit/ tetagulingngadilaga/ pamundahingsatrusekti/ menggahingngelmiwirasat/punikukanganjangkepapi//
// adipragalbagul-bagul/ ladaklairtrusingbatin/ byangkumoketakmanah/ atan tepurunprangrai/ pontasingkangamengkuwatyuaririnekeris//
//Gelardurukapunangpun/miwahtrajatikoswalungit/sartamangkacacandrasa, miwahgelaragapati/ wangunmakatenpunika,setarangbyuamannesasi//
// Srinarpangandikaanum/ yasiAmatmutamakin/ wangunewongkayangapa/ dyandemangumaturaris/ puncatolekdonguniro/kadicantrikakrisikris//
// Totenkelebetingcatur/ dhapuripunukururip/ inggihkongsawarnirucah/ anyingkrukkelamunlinggih/ pasamuaningakalah/ lirtiyangdensepatani//
// Sinungajangkepingrukun/ taslamwrinastananabi/ nayakadipanijagat/ yen sanpunadadoskaji/ tiyangmakatenpunika/pantesnamungsadepitik//
// SangNatagumujengguguk/ ikubapangwuspinasthi/ tinitahdhapureala/ asinungan pikirsuci/ dadipunggawaningsuksma/ landadimardikaaji//
// Dyandemangnembahumatur/pramilamekatengusti/ jamalhyang jalawangaja/wus tankengingdenwatceni/ dangunawawanwicara/ kajiAmatmutamakin//
// Tiyangasordhapuripun/ akepapipuntudingi/ dhatengpunketarundatantyaton sagedwangsuli/ kangdadyakanepsaniro/ inggihpunkatita runi//
// Ngantosmekakakenkangdhapur/ inggihkajimutamakin/ sangNataMesem ngandika/ ikubapangkarsamami/ sagungkangdadirerasan/ dhawuhanmring siwajatih//
//iyasunapuraiku/ajanadenrerasani/kangluputwussunaksam/kajiAmatmutamangki/yendenpindhaingpratingkah/ kangorakaprahingbumi//
//ingkonosedengsunukum/siCebolekmutangkin/sunkaryapangewanewan/anengalunalenmami/denemengkokarsaningwong,/Ceboleksunpundhut miji//
// Lawanmanehprentahingsun/ kawulajroningnagari/ sentanaparapunggawa, sedeneparaprajurit/praptengkawulwngsunsamya/denwarataundhangmami//
// Ajanangwongangguguru/ ngelmukakjroningnagari/ gugurujabaningrangkah/ ing konoingsunlilami/ sapakangnerakparentah/ kawasesaakummami//
// Sajronepepacuhingsun/ landhawuhnasiwapatih/ wupayahawongwulama/ bapang orasunwanggeni/antukkasepira-pira/nulidenpacakkasami//
// Panggonanjumungahipun/ tuwindenpanciyasami/ mongsabodhoasiuwo/ mematutbobotingbumi/ nyelawewewangeningwang/ pengarepekang prayogi//
// Sangisoreanelungjung/ ikudesaingkangbecik/ sakirakelarengngkat/ingjumungah ajalangit/ kedhubagelenmantaram/ ingpajangingsunwangeni//
// Ganepewongpatangpuluh/ dumunungdesakangmukin/ sakiwatengennagaraaja dohinggalaprapti//
TungguNengPanepening wang,ngulamanekang rayogi.
// Denetanaliyanipunkangadohlawannegari/ orakudupepeliyanmunganggereing ngrasanmri/wisbapangsirametua/rahadyandemangwotsari //
//1// SekarMijil// sijilirangabdyanmaraji/ radyandemanganjoningnelawannitih turonggane/ punjethayuwulujanjamkuming/ hitik-hitikalitsakingkedhungsidhur//
// Durungsowelluhurtinangkaki/ tuntutmaanggemyeng/ kudasruwakatemu wangngune/ derengmatuhlambepeingkendali/ meksihradinesih,nginggadhangan jujur//
Kengingkagemwatangangladosi/yatawiniraoskumepyarwongkanguningakabeh/ deneradendemangwira- wiri/ nyanaanakardi/ yatatindakipun//
// jraptakapatihantedhaksangking/ turanggasangganom/ manjingparegolanage- age/ kangpinarakananengingpendhapi/ mudhunsingpalinggih, dyandipati metuk//
// Ngacarani pinarak pendhapi/ nulitatamangnonsirepsanggyaingkanglenggah gunge/ jraptaniradutaningnarpati, dasarnyangajrihidyandemang puniku/
// Wongagungnorarehgegeteri/ gelarekaryerohkadyaaryabanjarsungukraden dursasanaremanungrabuntit/ ingngumbaranjrahmring/ kanankeringipun//
// Sariralirtembagasinangling/ netrandekmencorongyenkumapahngedapang asmanenorawiwidadya pramugari,talitina nuri/ wahdadyawongngagung//
// Sakderengnyadhumawuhsabdaji/ numeterkanganomnetraandikamindeng pamandenge/ dukdumawuhlirkilangwormanisuwoadipati/ tumbalahsangprabu//
// Sagungrerasankangkapiyardikangingnganontinonpansedyapinundhutsipape/ ingkanglepatagengalitsami/ antukanpamengsih/ wilasasangprabu//
// Sedenepunamatmutamangkinkelamunamindho/ muranglangarmaranging sarake/brurusuhimarangsrengatnabi/ wehrurungonbumi/deksuraingratu//
// Mesthitampiukumingnarpati, dadyapamyatingwong/ radyandemanganoleh lenggahe/ mringpanggonanesanggyangulami/ sendukangpanglirih/ polatanepagu//
// Samyagumeterparangulami/ nglesbayulirlolos/ temaharumingsebdawijile/ osagungekangparangulamilyanemutamangkintampiyakangdhawuh//
// Srinarendrasrunarimenggalih/gungpakaryaningwong/ denerumeksapari kramareh/ padharumeksakawonanbumi/ katempuhingbatinngulamasawegung//
// Denekanglirkajimutamangkinkalwbuaranwong/ angregonipanjenenganrajeng/ norangimankentataningnagri, tu angeikanyukmundhakbantingkedhwu//
// Ngingwusgumantungparikramengsih/ apurasangkatong/ prangulamasrunuwun ature/ kalinggamurdakapundhipundhi/ sihwilasagusti/ kangmringdasihipun//
// Nulitangradyandipari/ prangulamator/ sokuringywangkabulkamulyane/gume gumuruhingkangngameni/ kangpanguluntingadekdongasokur//
// Luwarsakangturidaprihatinarsayagungingwong/ sakendeledongakamulyane/ radendemangngurawaningmalih/ huwandipati/ dhawuhbasangprabu//
// Kinenkeryaterancang jromasjidyensamyarumojongmanjing/ jengandikatuwin prapanggedhe/ nataarsasembayangjromasjid/ ingdumunggahngarsi/ wiwit miyosipun//
// Dyandipatisareamiyasi/ wuwuhkangmangkono/ supeanengpasamuwane/ saking trusthasakareninggalih/ srenggruksengruknangis nadyandresingkang luh/
// Sigraandongasrukulilahi/ gumerehamintalirgunturagralirastarane/ kangpangulu ingngabanulyankisdonyagentigenti/ngulamasedarum//
// Pranayakakangtansahdenkiriktanlyankatibanomdenyangadegpanteswiramane/ sarungugiskembangtetulangking/ sabuksuratmilisbinanyumaspatut//
// Serbanbathoklanbarecikuning/ngartiyahtetironpepetcithakpangadummancange/ jubahsalmurbangunsanulmani/ radacekakedhikpemangkingingdhuwung//
// Klatangpipitmanarongkalacih/ trembalomencorotwangunbantestayumannedere pendokbalewehsuwasasirih/sangronadhamesi/ wernakencanabdur//
// Kladukmegospengadegkecikrespatiyentinontelapakanngajenglanwingkinge/ rongtebahkangkiwayanengersi/ turnorapinuruh/ supranenepatut//
// Prawanengkangsaminingalimesemamiraos/ dhasarbatetetibanomkuwe/ saksolah nyatakadukdiragisambatingwarni/ pideksaabagus//
// Ngadekdongangabatesolahnyalir/ Ritihisalulonmangsahkakengingprapradurita hedatemenlanakehngulami/ kangakehngadeglirdoyongtekunikruh//
// Sawusiradongalenggahsami/ mringkautamanggonratyandemangansarwinoleh/ adimlayapadenrasani/ wussuwesunlirikehngarundelipun//
// Ingkangrayingumanguwotsari/ tanpunpangomong/ awonnganggurlanwajane mratme/ radyandemangmeksatanyangungkih/ norabecikyayi/ dorakadangsepuh//
// Radyanmlayakusamawotsari/ mesemmaualonkangmasinggih- inggihsayekmose ketingbanomkangdipun namosi/pengadekingciri/ sukandomyawau//
// Saneslawansagungprangulami/ pengadeggamancolpantesdadyapunggawane rajongoweldadyangulamapasisir/ radyandemanganglingapansarwiguguk//
// Maturmarangradyanadipati/ yayimaskalewok/ orakrelukuwalikarane/ nung ngasanemunggawnapati/ mungkaliwulami/ laluhuranipun//
// Yayiemassirasuntuturi/ yenngulamakangwong/ ingkangsidikarungkawruhe/ iku mangkapunggawaywangwidi/ tinbangenpribadi/ Allahlawanrahi//
// Munglairebaekangngupati/ gedhecucuragrang/ ngularnatankewantarlaire/ ing batineluhuryayinglimsunnanderkurmati/ ngulamapunila//
// Panminongkapitutuhsayekti/ nenerinekatong/ ajakankanglirketibabomlewowus kasusra/ pratamaingngelmi/ nadyanamungsantri/ baenganggoakethu//
// Lawansiralemsihluhursantri/ derajangtingendarikuyayinungguhingngatine/ pra ngulamasadayamiyarsi/ dyandemangdennyangling/ srupangngungunipun//
// Anaingkangrerasanbibisiknoraanaingmang/ radendemangwuslepaskaliyomemet mutmuturpatitiswanguningpriyayi/ garethollemangkung//
// Watakanekayatanngedohi/ cethekagrobah/ dadiwongngagungkawonganduren jabarangngkhirinemedeni/ pinecahjroisi/ rasaneamumut//
// Luwihleginganggosemugurih/ lamudanemomot/ ngambarterusamuleggandane/ bayawussrawunganngulami/ necepngelmusuci/ keparengpamuwus//
// Yatadyandemangdhawuhkenmalih/ timbalansangkajong/ rehpaguronsajrone rangkahe/ lanadegingdumungahpinaring/ pepinthaningsabinpunikakang dhawuh//
// Matursandikaradyandipati/ jumrungkarsakatong/ kiCebolekyustampidhawuhe/ yen ngmangkedadyawongpinijinengdyandemangnenggih/ santikahatur//
// Sekarpocungwussampurnadhawuhprabu/radyantipat/ ngejepipanekar // mantri/ ngladosakenpupunjutanpasungatan//
// Praptaselorkonghambangankalihhatustannanabinedo/pangrematehamani/ anijeni binajengpranatannira//
// Sarengmajukerdongkalajengtinembung/ ririhjejawilanmungcalempungkang pinendi/ rebabgambangsulingswarapepuletan//
// Sarondemungnikatibatumalawung/ Gambangnamecalang/ glekenanunjangwira sisulingngeleng/ sumlenthirngedhasihmun//
// Kangcalempungpepancerranametandukwiletngetimang/ tibanongkinerenwanti/ gegambyaklanselaningkenongtuminbal//
// Angleslaputsabakangangkangtumandukngamleningtalingantekemangetertan miwilawenlarasdadyalempenglelembaran//
// Gumarumunggenderkalumakgumulung/ amegolsandalancemenakpanedya ranwintir/ kendhanganlanlaraserarawitlonan//
// Gonggemandultingengdhadhabimangguyu/ dendemangngurawantetadya marang rengari/ yayimrasakusumakugendingngapa//
// Kangsigangwumaturgendingrumarumyang/ ngliraadyagdemang/ asalakar apalami/ radyanmlayakusumamanembahaturna//
// Panpunikumilagendirkinabakuanggidukmantaran/ JengSultanaluringsuni/ nalikaneyasapanjianenglulang//
// Sarengipunkalalekasekargadhung/ mundursarayuda/ bemaralagumyangsinir/ menamenjunggalekanranumenggal//
// Kadinamungpunikasapanganipunngandikadyandemang/ bangetemeningSuniki/ orawelimringgendingsaturdaltungnalya//
// Nembahmaturdadyanyamlayakubumawinyumnyapramilapasuka/ totenpisan pamengendhir/ kangminarsanamungnendhirngudungilah//
// AsrugugukradyademanggujengipunDipatijaningrat/ sumambungtetan/ aris anggermlayakusumasintenpunika//
// Ingkangnatuhnaembangprayogikelaku/ Seresdanrebannya/sebenarnya mendengaritu/Bahwadia/radenMalayakusuma/
// Sereslanrebanya/Genderetulibengingsih/Rispumaturaadyan/Mlayakusuma//
// Gehmunikumengnambangniyana/Sepuhkangnamapungondu/Mangrekak nunamarawit/Jebugkarumpung/Kendheingkadipawyan//
// Mesemtatudyan/Jayaningratyen ardu/Selanenayahkan/Angketewak kasalastri/Dathengmondokngampil/Sengkambangpunkonda//
// Dimenmurukkangangabdipanambangulun/Punasuwonda/Kadosbadesaeugi/Pun parikelangengmeksingambetdesa/Sampunnglanduksepuhpunnandapunika/Eman lamunical//
// Wontenaingkangnulihti/MedunnadyanMalayakusuma/Maturprayanaanging midun/Dyandemangpamanpunika/Erahkitemenbarang/Panggaweanden openi/Nokgihsampunmuklis/Kenirasembahyang//
// MilungmiluyayimMalayakusuma/Demenepersetan/Gamellanturbias gendhing/Sarengsukagumejeng/Wongnganungtina//
// Dyanumaturkangmaspadukarumuhun/Darbenawingrangggah/Angsalduksaking remawis/Lamunparengkulasuwun/Dhamelrebab//
// Alonmaturdyan/Demangyayingemut/Mungkariseprapat/Ingkangakeh/Wusden diambil/Kangmastangkubumigehkinaryarebab//
// Kayacukuplamunbiasingkangbubut/Nenarimamonthang/Sesukparanan yayi/Maturnembahnuwun/DyanMalayakusuma//
// Nyatasampunlekasmbojokarmakembul/Adipatijayaningrat/Ngejepiabdine alit/Ngejekakenacartimunkikinlu//
// Sakingkuwulanwontentirahipun/Lorodansingpunsabenjamsedoso enjing/Praptaniraingpandukjayaningpratan//
//Kadangpukulsawelassakapraptaningsun/Sakparengina/Lorodandaharsangaji/Kangsapetanaymlurikkemilan//
// Sendenggepuktenjenganareng/Alemuksalawanacartisaosansingrawa/Wus den ajengakensami/Sarenglawanacrtimunpakalongan//
//Dyakandhuludyaremang/Ngandikamius/Ngrikisasmitanyapamandipatisurempel/Mestingenakisawitanlorodan//
//Mesemmuwusdyundipatingatanpupuh/Marangpunakawan/Ngaturakensapetanpitik/AwasmulatnadyanMalayakusuma//
//Sikramatumunnamakangmasapuniku/Mawisemesemmdya/Kalawanpadipati/Kula kangmasdhawungpildawuhpaduka//
//Semunipungawatingkangdipunpendhet/Mawikekejempan/Nunukdyandemangnglingaris/KayakucingyayiMalayakusuma//
// Wrohanirakangsamitanpitik/Dengemuksangsam/Lorodansaking jropuri/Gupohgupohdyananyanginglayongkusuma//
//Nyedakmaturmringkangrakannyadanglungguh/Noraserantagan/Wantiingkanganglameni/Tanampeniorodansapitlanayam//
//MerekmandurDarwimesemduwussipuk/Ikiiwakeco/Tapakastamalemaji/Dukramekanakangsamyakujaro//
// Caranipunpasisirandenya/Kembugingjronekangdhahar/Ulamapraptama salinsalin/Warnawarnisarwikangetsadayanya//
// Wantuwantukangwahartanduktumanduk/Wussirakapragan/Wariklangrengpara
mantra/Awatarangakapedaklanpunakawan//
// Trigumuruhplatarankangdaharkembul/Sagelangkungdunya/dyandipatiatur mati/Marangparangulamalanpradipatya//
Asmarandana
// Yayahasmaraniresinbeksireng/Pammudyannomangendahsinibonyanta/Sucipta amiwahangresamodyaninglelapunya/Wirantisengdalegawa//
// Susunggunedyandipatitinamutanbeda/Prawadanajabalanjero/Tuwinngulama
sakirna/Mewarassipurmadyawusanaterustharumarum/Praptanemarutananda//
// Bandyanyenyamikanmijil/Sinambilanomongomong/Ngandikamahadyan demang/Masketebbanomingkang/Winelingdeningsangprabu/
// Srinarendramundhutmijil/Kojahpasakananya/Kangpatutlawan lungguhe/Masketebbanomaturnya/Mundhutkojah/Jawitanepingarbiyu/Sasaged sagedsandika//
// Dyandemangngandikaaris/Iyopaman kojah/Jawaapakanaananya/Prakarakang kunakuna/Ngemaksajangmantaram/Wongkangpadarebutngelmu/Masketeb banom aturna/
// Pamirsakawulaalit/Wontenugimungnyapisan/Warniwarnikukummane/Ingnguni sehsitijenar/Kukumiraminedhang/Dumugidemakpunika/Lanmalih//

b. Transliterasi Ortografi
// Manutoken ing tepa palupi / meksa winatu mameng pustaka/ ingkang jinijer kancane/ kartasura rumuhun/ wonten kojah kang dadya warti/ ngulama tanah Jawa/ duk ing Jawanipun/ Jeng Sunan Pakubuwana/ Purwa dadya rerasan ambabayani/ Sang gya para ngulama//
// Saliringan sarasaning ngelmi/ sangking takluk mring kodrat ngaradat/ kang dadya wit partutane/ sruka surak kasuwur/ tanpa wekas tekad binangkit/ temah cacad canacad/ hajuwet acucut/ pasisir wetan oteran/ tanah Tuban Kaji Amad Mutamangkin/ nadya lawaning kathah//
// Sorasaru sarengating Nabi/dhusun Cebolek bawah ing tuban//kang dadya lok lelakune/binereg ginamurung/dining para ngalim pasisir/aja ingrusak sanak/duraka ing ratu/Sri narpati wenang niksa/jer minongka badal miyakaning bumi/bebayani ubaya//
// Nanging sira Kaji Mutamangkin/datan keguh bakuh gagah panggah/tan suminggah pakewuhe/wani ngurebi kukum/keh kang ngungkih kukuh tan kongkih/akeh ngulama prapta/manrapi pitutur/malah anginus nang nala/kilesiyangeng ing nil ingkang sawiji/ing ngaranan Dul Kahar//
//Ingkang catur kikik cilik cilik/pangarape kikik kangsa tunggal/pun lamaro dina mane/kalangkung kumalangkung/Kaji Amad Kimutamangkin/wus riyen pra ngulama/mesthi katuripun/mring kang Jeng Sri Naranata/pan wus katon tan kena den pituturi/mejanani nagara//
//Sanung wateg ngulama pasisir/dhinginaken iber iber layang/mring para ngulama kabeh/Pajang Mentaram Kedhu/ing Bagelen monca negari/sarta kang panunggilan/ing panganggepipun/tekade kang ingandheman/Ki Cebolek ngaku mukamat kakiki/wani prapteng prakara//
// Duk semana oterkeh nagari/kontran wateg ngulama sadya/kakerigan ing praptani/bang wetan kyai bungsu/kuwusana ing surawesthi/lawan masida sarma/myang tibanom kudus /pangirit para ngulama/ing pasisir prapta Kartasura sami /dereng kongsi bisara//
// Pan kesaru gerahnya sangaji /Prabu mangkurat ing ngriku seda /ingkang sumilh putrane /Dyanmas Prabayeksa wus /juluk kanjeng pangrami pati /mangkya jumeneng nata /kasusra sinebut /Jeng Sunan seda nglawiyan /duk jumeneng anyar duneken prakawis /katuring Sri Narendra//
// Kerik sagung ngulama pasisir /datan ana ingkang kaliwatan /Pajang Mentaram Pagelan /monca nagara Kedhu /sipat bisa lapal sakedhik /tan kena suminggaha/ dhawuh kinen ngumpul /neng dalem Kadanurejan /nulya konjuk marang Kanjeng Sri Bupati /mupakat prapangarsa//
// Ing pasisir lan monca nagari /tuwin wadana ing Kartasura /sampun dadya panggusthine /sedhenge tibeng kukum /pra ngulama sanggya wus prapti /kayugung neng geladag /duk atumpuk tumpuk /ngrenga jembangan junjunan /meh binasmi Kaji Amat Mutamangkin /ing nalika semana//
// Wadana jro kang mramugareni /ingkang nama dyan Demang Ngurawan /kaprenah ipe sang rajeng /kang bok ayu pinundhut /Radenajeng Supiyah dadi /Kanjeng Ratu Kencana /dyan Demang puniku /mila kandel kinasiyan /mring sang nata semana ngandikan manjing /pura prapteng ngarsendra//
//Angandika Kajeng Sri Bupati /heh Nurawan iku kaya paran /cihuwa patih ature /apa wus abiyantu /abipraya wateg ngulami /radyan Demang Nurawan/wot sekar umatur /inggih wus prapta sedaya /malah sampun pinanggihaken lan aris /rarase kang rerasan //
// Estu ngelmi kang dipunraosi /Abdi dalem gulama sedaya /kang kinerig pamanggihe /satus kawandhasa mung /langkungira inggih kakalih /punika pepiliyan /den sanes ken sampun /ingkang aser kalih duman /kang saduman punika ingkang pinilih /kawandasa sekawan//
// Kawandasa pan pinilih malih /angsal kalih likur piniliyan /kang inilih pethinganne /mung sawelas pukulun /gangsal ingkang saking pasisir /ngulama tanah tengah /catur antukipun /monca nagari satunggal /ing Pagelen punika ingkang satunggil /majasem lan Pajang//
// Pengging kemasan ing kedhung Srenggi /dene ngulama monca Negara /panamung pranaragine /pagelen Ngadilangu/ing pasisir lan monca inggih/kekalih Surabaya /garesik sajuru /Demak Kudus ingkang tiga /kang pinilih binekta panepen gusti /sakawan Bupatinya//
// Gangsal pun Wadanujadipati/ing pasisir kekalih wadan/Dipati Jayaningrate/citra soma pukulun/abdi dalem Bupati nagri/inggih pundira guna/ lan priyongga ulun/ Sawus nyang ngabaraken sebda/wawaketé ngélmu tékad kang piningit / Kang ing nganggêp jati.
// Kang sêsanga sampun mupakati / namung kekalih gusti kang nandhang / inggil kén minggah tekade / wonten kula ngulamajang / sajuga kêlayu / kêdhung gêdhé paméngakkan tadhah kukum tumutur ki mutamangkin / tyantus eka praya //
// Sami ngakên mukamat kakiki / milanipun punwa danurêja / atur sumongga saparangréh / kasa dalêm sinuwun / mésêm nabda Sri Narapati / ngêndi guruné bapang / cabolék puniku / wani sangkêm mring hantaka / radén dêmang ngurawan matur wot sari / duk wau wontên marga //
// Abdi dalêm gandhon kang nimbali / pun gêndhong umob lan rosa pita / pun kaji amat samadya cabolék / wus rumaos tyasimin / badhê tampi dêduka aji / nging tan nêdya suminggah / éklas rila têrus / ngandika malih sang nata / kaya priyé rêrasané duk nang margi / umatura dén dêmang //
Sukaso kurbégja kukum pati / kina kubur sagung prangulama / néng ngabyantara sang rajéng ngadhêp néng ngalun alun / kinurmatan urutbing gêni, lék sagung wuwukiran / kumantar murub trus / kumêplas prapténg ngarbiyah / saking nuhu wawêjangé guru nadi / gojeni nangriyahman //
// Mésêm ngandika Sri Narapati / priye bapang lamun anéng wismz / si mungatamangkin karya nora dén dêmang umatur / ki cabolék yén wontên panti / wus bakda sêbayang / tan néndra sêndalu rêrêpén suma wicitra / kang wanahya lampah / êsang bima suci / duk gêbyar ing samodra //
// Têrkadhang sêkar nyadhén lintoni / madurêtna lampah kalih wêlas / tuwin bêmara sêkaré sakêdhik rangi kidhung, / déné jimpên sastra satunggil / kombang lampah sawêlas / namung yén linuntu bawonta lampah pat bêlas / langkung ngayang séngkéksu prandéné ugi / pun cabolék hamêksa
// sru gumujêng jêng Sri Narapati / angandika bapang kaya paran / ing wong micara ngélmuné / têka angrib laku / ing kabudan sang Bima Suci / apané rakêsasar / rapén ing pamésu / matur nêmbah raden demang / kadi boten yen kasi kupantog ing wit / surasané ngélmu kakya //
// Mung minongka samêndhêting tamsil, / kadi boten tinarus néng tekat / namung ngalapé ing dheondho / para waliyulahu / kéh kabuka si kang upaming / bima gêbyar samodra, maréntah ing guru / pandhita ing sokalima / angunangung surongga karébén sati / cipta sang mangunjaya //
// Yén tan angsal kawruh ingkang sidik / têkan têlênging samodra laya / kalémbak truna gêng kang wêliwran gênjoring pupu / wêrkudara satêngah mati / kêpanggih dewa bajang, gêngi rasak kupu / mawa téja trusing wiyat / langkung kagyat kusumayuda duk myarsi / sabdané déwa bajang //
Kinén lumêbêt guwa garbaning / maganira sangking karna kiwa / wêrkudara anglêgtyasé, kamangkara yén saslun / kadi datan sedhêng jajêndhik, / krataséna pinêksa, gyamragalbéng ngriku / prapta ing jagat walikan / pan punika kaji amat pamit mutamangkin / kang minongka wiridan //
// Mésém ngandika Sri Narapati / bapang atué siwa danurja / lan para punggawa gunge / rêmbug anuli ngukum / marang kaji simutamangkin / néng naglun alun ningwang / mung sijiné iku / durung dadi karasa ningwang / anuruti aturé wadana tuwin lawan para ngulama //
// Krana apa kaji mutamangkin / ing ngélmu nédég anggo priyongga / tan ngajak ajak wong akéh, / ngélmu mangkono iku / lamun nora nêlukên jalmi / datan aprung sak sarak / kanggo dhéwé iku, ing suk pantês angapura / lamun kaji mutamangkin babar ngélmi / mamrih tinurut kathah //
// Sarta katon kéh kang manjing murid / iku sêdhêng tompa ukum ing / widyan dêmang nembah aturé / lêrês karsa sapukulun / angandika malih sang ngaji / wis ngurawan mêtuwa, dhawuhna préntah sun / duduka mring pranayaka / pêpakêna anéng kêpatiyan injing / nêmbah demang ngurawan//
// Wêdalira sangking byantara aji / animbali kalih punakawan / ingkang dinut paring wroh / mring kapatiyan lamun / bénjang ngénjang pêpakna sami / wadinajo lan jaba / lan ngulama sagung / pukul sanga prapta ningwang / néng danurjan angêmban dhawuh sang ngaji / dutadi winêmbah méntar //
// Prapta kapatiyan atur unin / réh nang dinuta mring radén dêmang // rahadyan dipati agé / paréntah angungumpul / para watég manggala tuwin / sagung para ngulama / lastri tan winuwuns / yata énjing sami prapta / prawadana kalawan para ngulami / pêndhapa kepatiyan //
// sagala nilén majêng mangétan / para wadana lênggaha / anéng wétan sêdarum, déné kanjeng radén dipati, anéng téngah //Sawatara megung/ mangilen ing tajengira/ tangur mati dhumateng para tulami/ cumungkling pukul sanga//
//Rawuhira raden demang mundhi/ dhawuh dalem sapang ngedhak lira/ niyaka wulana kateh/ dyan dipati tagupuh/ ngancarani lenggah pendapi/ wus sira tata sang bya/ palenggahanipun/ raadyan demang ngurawan sapang dhodhok kelawan raden dipati soring singgup pandawa//
/Andhawuhaken timbalani pati sira rahaden demang ngurawan pan warwita diknetrane/ sagunge kang karungu/ prawahaga parangu lami/ kumepyur manahira/ telase kang dhawuh/ radiha ngapyuk deduka/ sawuse sira dedukane nribupati/ dipati manupaja//
//Aturira sandhika anuli/ lenggah nglengger gegettun sedene semunya/ prabu pati pucet kabeh/ lungguhira tumungkul weng bendhu/ kicabole klayap-klayap/ niring cahya yayah dalu wangwinawing/ lir wus mangkad sekarat//
//Tawuwus samad ketip tarunni/ solah nyali menjangan ketawan/ mipit-mipit walikote/ netra sumyak kadulu/ wingwinawing ngamurup mawerdi/ lir wantah angrak rura/ maambek gugul agul kumyas swanita sudrisa/ tawira ganalih nganan noleh ngering/ kambyat tumungkul samya//
//Mastibanom bangun nalih-nalih/ mimba sudiran nireng wardaya/ amurgani wira mano netepaken surbanipun/ jubahira winingkis wingkis/ mingset maju rong jengkang/ ketibanom kudus/ wus monces saking ngakantrah/ solah kang gaswiji/ lekangsat dataries/ karya cingak ing kathah//
//Pun anom anuwun duka kamipurun anyelani/ ing deduka sri narendra/ kang cumawuh dyan dipati/ radika lintukedik/ saknalika duk angrungu/ kagyatrata den demang/ ngurawan megung talinggih/ ngajengaken mastibanom kang micara// //Astanira malangka dah mangkoron liswane ngrandan kang jajar manguntar-nguntar mangulat-ulat lir agni/ kumerket maju gatik/ menggah menggah ngunjung batu/ getere kang mulat/ [unggawa kang samdya masapwi mastibanom mulat dyan demang ngurawan//
//Kang samya wawan wicara/ dangu angok silih ungkih/ animpuna ngaduyasa/ kaprawira mrih titih/ titikaning ngakrami/ ing pan wikarama ngundangan/ maken drama pangeran/ yen menggahaning ngajurit/ ramededer dikeder hideran//
//Tahor kang warangulama/ pandhengkule pada tangi/ tuwih kang para wadana/ bangun kagyat dukmiyarsi/ mring kang lumawar angling/ masketib banongling kudus/ kelawan raden demang ngurawan ngandika wengis/ saking ngendi sira narko kaluputan//
//Dudukane sri narendra kang dumawuh mring mapatih/ mastibanom aturira inggih gramung kirang wit/ wiwindih ing prakawis/ wiladyan dipati matur/ wit saking prangulama/ ingkang darbe atur sami/ wus santosa panggusthi padheg ulama//
//Upamine tunuruta/ purwane ingkang prakawis dudu kadalem narendra/ dhumateng para ngulami/ rahaden adipati/ sates tumut-tumut/ tegese atur kula sadaya para ngulami/ ingkang tampi dudukane sri narendra//
//Gumujeng rahaden demnag ngurawan angentrok wentis/ nebdalengga ing tyas singw nag oleh mungsuh kaum lanji/ wantir wani tohpati/ tambarek bias kaluruk/ sawangane sembada/ yen janeng wa wiring kuning/ ,mubal putih tambarek pindho garuda//
//Lahiya ingsun kewala/ kang dadya wakil sangaji/ aduduka marang sira/ yapa gene prangulami/ taweh ruwet nagari/ guwurura ngoning ratu/ ujar during sembada matur marang tuwa patih/ tapa amrih dudune para ulama//
//Gawe tontonanning praja/ ngepami dalajad rumi/ rampung dukane narendra/ ketibanom matur aris/ langkung nuwun kapundhi/ duka dalem kang cumawuh/ dhumateng prangulama/ nanging taking dasih sami/ langkung saking tebih niyat kang mangkono//
//Ngrunu bedim ring narendra/ lamun klepas sanasami lahir batin srurumeksa/ sasaget-saget tingalit/ kuwajibaning urip/ sami rumeksa ing ratu/ karaharjaning praja/ angimani tanah jawi/ mangka wonten pratingkah saru katingal//
//Sakupami kelajengan datan wandem prepeki/ agempil derajating praja tamaren tekde nulari/ pinanggih datan kenging/ angangge pribadenipun abdi dalem sadaya/ yen miyarsa gampil kang nebihaken/ saking sundatul sumungah//
//Dherekal lan sami ratap/ kelayune sifat kuping/ adipati jayaningrat/ amesem sarwi/ anjawil marang ki arya noruh/ metoni ika mantumu/ wani deder wicara/ tekadatan uwas uning/ lan rade Dêmang ngurawan.//
//Yen manungsa jamak lumeh/ mesthi tan bisa cumuwit/ pinandêng lan raden demang/ sasat kalalen murti/ winulat gégirisi nadyan/dadyan mralaya kusuma iku mésém muwus iriban/Asta tumawang liangri / nadyan kula sanak tur sami wadana//
// Supradênê kêrataban / tyas amba lamun kepanggih / kadi unginga ing macan/ Sênadyaning Ponconiti/ yên nuju sénén kemis/ ngaglar punggawa gung ngagung/ yên kakang emas liwat/ tuwin minggah ponyule niti/ sipap samnya tagnana purundya wara//
// Pikirê sami was-uwas/ lirang ngeman nawanga lirik/ dênê taboten kéjamak/ Delajate ngaluluwihi/ kakang mas mangku bumi/ duk wontén ing purwa lulut/ nambut karya jropura/ bubuhane dén parani/ pinariksa mring kang mas dêmang ngurawan//
// Sakêdap sêbari liwat/ labete anggégétiri/ manah teksih terataban/ kang mas brata mangku bumi/ lajeng marani mami/ angandika tutur-tutur/ marase sadêrêng ical/ Keketeb mekasih kétawis/ sumar-sumar angandika pegat-pegat//
// Kula ngaturi poyokan / mring kakang mas mangku bumi/ paduka kadi kawula/ mring rayi dyan dêmang ajrih/ mongsa wontena ugi/ andhendha mring kadang sêpuh/ ngandika kakang emas/ lah dênê pepadon yayi/ sinten wong ngekang wani mring yayi dêmang//
// Adhi mas mlaya kusuma/ datanyan awak bumi/ pun adhi lurah mariksa/ marang peng gaweyan bumi/ sundatan darbe getih/ ayana lamun dên sêndhu/ tujunê adhi lurah/ mung liwat bari ngesemi/ Bungah sasat bakal atoma paganjaran//
// Tur puniku kadang tuwa/ kakang mas mangku bumi/ dênê sentana langsaran/ sentana pameran yekti/ prandênê langkung ngajrih/ mring kang mas demang puniku/ dênê kaliwat-liwat/dlajate bang ngaluluwihi/ mung wong kudus kang wani lawan dicara//
// Mangkê yên boten kadukan/ ketibanom yata luwih/ saking guna srana bisa/ Jayaningrat adipati/ nebta abisik-bisik/ Si Amat inggih tiyang puniku/ yen lagyantuk ganjaran/kanugrahaning Hyang Widi/ sampun ingkang kadidyan dêmang ngurawan//
// Sarwa-sarwi basembadya/ sumbaga prata mengkudi/ dhasar wahya ing Narendra/ senandyan tiyang tik-utik/ lamun labima ngaletik/ ksrambahan sih ing ratu/ kawula namung darma/mongko tuladaning ngabdi/ dipun samya marsudi ngereh kautaman//
// Supaya dipun angêp/ kapareka ing Nerpati/ kasiram gengnging prabawa/ wau takang wawan angling/ dangpu asilih unggih/ adêdêr dinêdêr mrih tanbuk/ nimpuningadu yasa/ ketibanom datan kalih/ sinegrangan mrari dyan dêmang ngurawan//
// Ketibanom aturi rira/ angger paduka manawi/ anetah para ulama/ bilih datan mituturi/ mring kaji mudamangken/ muni kapaduka dangu/ sami aprang wadana/ kawula kêmam dhatengi/ apitutur yegah/ saruning pratingkah//
// Nêdha dikasumatura/ kaji Amat samat mutamangkin/ mumpung neng ngarsa bentara/ puniki gonentoh pati/ki Cebolek nauri/ layab-layab anganga lentuk/ inggih yektos pun anak// andhatengi mituturi/ nanging kula tekeng bila itane salak//
// Saking bodhone pun paman/ mung wulang guru kaesti/ ingsun kumaya bike walat/ tan saget mrih surat malih / manah kêdah nêtêpi/ ketibanom angling sedhu/ lah iku pikir tapa/ anyeyengit sipayakit/ nora pisan angurus raras/ ing sarak//
// Angger sergalan juga/ ing ngaran pun kamaroden/ kangangger nama punkatar/ gumer kang sam/ miyarsi/ raden dêmang annuli/ ngenton wintis sarwi guguk/ ketibanom maneb/den kini kuboyo besik/demen temen dadi guguyon nagara//
// Wong kudu amulang sarak/ ambêk ket angluluwihi/ aja anggur ing pratingkah/ bêdholan gunung merapi/ elih tengarang sumbing/ sundara tumpang ngalawu/ tidhar sangganen tangan/ sebarang penggawe iki/ ngaka liwat-liwati/pang saking sarak//
// Ayengngel sawenang-wenang/ asune pina dhajalmi/ lawan pangulu ing Tuban/ dulkohar asune malih/ pigadha jeneng ketib/ sika marodin puniku/ dudu wong têmên sira/ nerasak ratu ing ngelis/ sejatine pangertimu ngudubilah//
// Angger pramila kawula/ purun matur marang patih/ konjuk Sri Nara dibya/ supados ngentar ngawarti/ ingkang ngarus kapiyasi/ inggih anaman ning ratu/ lamun nêbihana/ marang sarak/ kejeng Nabi/ kasaksaraical suraosing sastra//
// Angger kanggo kocaping kitab/ inggih Si Amat amirul salatin/ ngrenggah ing Nara Nata/ tetep pepangkuning bumi/ badal dakiling widi/ wenang ganjar lawan ngukum/ mila lamun wontena/ Ratu nimpang sreNguranguru kang lampah // //narpati tanpa memanis angrerus marang prawan dadya mesum tan prak anang/tamngupumang la bumi/tumuk pratan mawelu/tanpo teko mirbac ramya/sami rumek satir bumi/sejatine narpati katine jagat//
//Sami lan atine taranya / punika kang sakpuweni/ sayogya nora ngagesang / pumeksa tadan mungtali/pramila ugi/ wajib rumeksa ing ratu/mobah mosing lijagat pakaryaning karapati obah ira ing badan//
// Kalepataning narendra sinanandang ing wong sabumi/ jeng ratu panwaming jagat manah rusak/ badan sarik yen tan enggal/ nelutuh neluh mring ratu radhan demang wurawan siwakep sarwi seleh trisa/ natdah marang raden dipati dhan urja//
// Mapati kula kan saren/ pun kudus bodsan talanni bisa amrep basa/sabete depast titis/ salin dapur runiki/dara dalem kedhumawah/inggih dhateng sunuwa/pun kudus ingkangnageni/nang gulung pram ngajer lelayu daludan//
// Wong gagah mboten giyabah/wong trampil datan ngaruwil/wani ngamuk boten mamak/tekat kula aningali/paspati apatiten/gitik serute / mboten saru/ sudihya ing ngalaga/Asasi kituwi atin/ datan neng wetan dados kunsulupingat//
// Iku siwong tina raja/sawitis tur solahe marakati/datan kenging tina raja/tan keron den kanan kerin/rinuwak maremaken/ ing ngomberan bindur samabur/ gawat kaliwat liwat/ amungsuh wong kudus iki/ sajek dereng nate kasurang//
// Raden walaya kasuma/matur sarwi awot sari/kang mas padhuta sok sokan/pikowon tulakang napi/duk lecul tandhing ngupit/temah kang mas den sepuluh/gumujeng prawadhana/luwaran saking prihatin/prangulama krejet krejet darbe bingar//
// Raadyan demang purawan/angandika sarwo nolih/adimas mlaya kusuma/destun kulato teng ngimpi/ prapto nemu penggali/ ngendherek mulih ngendhuruk uwopatih kawulo/matur srinarapati/pan sadaya inggib sami ngentosono//
Kinanthi// kinanthi sak kondhuripun saking dalem kypatih/sarahadyan demang ngurawan/ kasusradu ta narpatih/ supana datan kawarna/ sa praptaning rajapuni//
// Ing ngubyan tara sang prabu/rahadyan demang wotsari/ umatur rehing dinuta/mowiti malah ngikasi/ langkung anuwun pun uwa/wonten nang gulang toh tati//
// Pun ketip banom ing kudus/kang saget apudi kawis/sebarang pang ngrehkawula/kasorran praboto prayogi/atrang ginas baten ganggas/patitih datan ketwes//
// Satunggal sanggul tinipun kalangkung dening prayogi amradinisan danara/ sang nata ngandika aris/ payoendi atur pranna/ dyan demang matur wot sari//
// Patih ngalingi pukulun / mringpun kaji mutamangkin wunten mang bileng mragagah/ punet danira kumiter/ netra pratopo sang sura/kekes lawulaneng ngali//
// Tembungipun lajengse paduka geranawajani/ solah nakaten punika/gih pun kaji mutamangkin/lamun emtumek tenna/tan san drenngi sakan nagri\\
// Mongko wajibe Amiru/rumeksa saraking Nabi/ nyudamanis Sir wadana/mesum cahya ning nagari//
// Saremah gan dane arus/yen narendra tan pamanis/kucem netrane pung gawa samya nistha kang wadya lit/ risak pura suraosing sastro/ keh probawati naritner//
// Dereng dumugi umatur/selak gumujeng sang ngaji/angling yen mangkono/bapang/payo padha anglakoni / ing sun miyos si jumenggah/ dawuhna mring siwa patih//
// Nata malih ngandika ruheh bang sun wiwit eling sabanjure ingsun prambag/bapan sira sun kandhani/nuli ana ingkang crita/neng purwa lulut sun linggih//
// Sijayaningngrat umatur/abrol/aneng ngasamami/samepayan dalem punika/inggih ngarsakaken gusti/langen paosing kawiryan/ lengen sura langen gandhing//
// Langgen ringgit langen gambuh/sedene langen turanggi/ langen aben aben sat/puyuh ngerkutut kemiri/tur sarwa sarwi prayogo/Gusti mungkirang satunggal.
//Ta prabang tiyang pukulun/ ing sun gumuyu tanyaras / jayaningrat apa ana/ ta prabang den cara ringgit/ sun watara ora kaprah//Ature siadipati
// Inggih abdi dalem kudus/ pun arya mantu nyasantri/ pun kalit banom naman/ ngadega ken mer kang jalmi/ iku kamangka ya nyata/ tementura sispati//
// Matura datan gumuyu/ kang aran ketibmaruni,/dadi dalang ngiras mayang/ malah-malah asring dadi/ wong menak pepakuningrat/ wong egung surayang bumi//
// Nuliarsa ingsun pundhut/ sicakroning ngrat mambengi/ ature sampun akarya/tarang kelangenan gusti/ ing trataning rasullah/ sayekti ambucal taklim//
// pan abdi dalem rumuhun/ pun bapak dipun awisi/ taretang lampah tan menak/ ing madura boten kenging/ Muhammat lawan mursad/ sapingiasma ra supi//
// Punika lelempahanipun/ taretang madura gusti/ namung winaos kang serat/kewalatan den awisi/ dena didalem pun bapak/wasiyat saking mantawis//
iku wurunge sun pundhut/ mengko si katib tiruni/pikire memet tur bablas/ dyan demang matur wotsari/ inggih pikir nyrenggarawa/ bara catur maedoni//
// Sang nata ngandika arum/ simencal moncoling nuwih/lan ingsun wani mrakara/ ukarane mikarani/ mawah karingring nganit/ kalabu wong satus siji//
// Apa dhapure abagus/ dyan dema matur wot sari/ sembada bagus tur gagah/ dede gaprakasa prayogi/upami lamun ringgita/ arya seta sena pati//
// Yen sampuna dados katum/ pantesa prawira ing jurit/ tetaguling ngadilaga/ pamundahing satru sekti/ menggah ing ngelmi wirasat/puniku kang anjang ke papi//
// adi pragal bagul-bagul/ ladak lair trusing batin/ byangkumo ketakma nah/ atan tepurun prang rai/ pontas ingkang amengku watyu aririne keris//
// Gelar duruk apunang pun/miwah traja tikos walungit/ sarta mangkaca candrasa, miwah gelar aga pati/ wangun makaten punika, setarang byua man nesasi//
// Sri narpa ngandika anum/ ya si Amat mutamakin/ wangune wong kayangapa/ dyandemang umatur aris/ punca tolek dong uniro/kadicantrik akris ikris//
// Toten kelebeting catur/ dhapuripun ukur urip/ inggih kong sawarni rucah/ anyingkruk kelamun linggih/ pasamuaninga kalah/ lir tiyang den sepatani//
// Sinungajang keping rukun/ taslam wrin astana nabi/ nayaka dipani jagat/ yen sanpuna dados kaji/ tiyang makaten punika/pantes namung sade pitik//
// Sang Nata gumujeng guguk/ iku bapang wus pinasthi/ tinitah dhapure ala/ asinungan pikir suci/ dadi punggawaning suksma/ lan dadi mardika aji//
// Dyan demang nembah umatur/pramila mekaten gusti/ jamal hyang jalawangaja/wus tankenging den wat ceni/ dangu nawa wan wicara/ kaji Amat mutamakin//
// Tiyang asor dhapuripun/ akepapipun tudingi/ dhateng pun ketarun datan tyaton saged wangsuli/ kang dadya kanep saniro/ inggih pun katita runi//
// Ngantos mekakaken kang dhapur/ inggih kajimutamakin/ sang Nata Mesem ngandika/ iku bapang karsa mami/ sagung kang dadi rerasan/ dhawuhan mring siwajatih//
// iya sunapura iku/ aja naden rerasani/ kang luput wus sun aksam/kaji Amat mutamangki/yen den pindha ing pratingkah/ kang ora kaprah ing bumi//
// ing kono sedeng sun ukum/ si Cebolek mutangkin/ sun karya pangewanewan/anengaluna len mami/ dene mengko karsaning wong,/Cebolek sun pundhut miji//
// Lawan maneh prentahingsun/ kawula jroning nagari/ sentana para punggawa, sedene para prajurit/prapteng kawulwng sun samya/den warata undhang mami//
// Aja nang wong ang guguru/ ngelmu kakjroning nagari/ guguru jabaning rangkah/ ing kono ingsun lilami/ sapa kang nerak parentah/ kawasesa akum mami//
// Sajrone pepacuh ingsun/ lan dhawuhna siwa patih/ wupayaha wong wulama/ bapang ora sun wanggeni/antuk kase pira-pira/nuli den pacak kasami//
// Panggonan jumungahipun/ tuwin den panci yasami/ mongsa bodho asiuwo/ mematut boboting bumi/ nyelawe wewangening wang/ pengarepe kang prayogi//
// Sangisore anelungjung/ iku desa ingkang becik/ sakira kelare ngngkat/ ing jumungah aja langit/ kedhubagelen mantaram/ ing pajang ingsun wangeni//
// Ganepe wong patang puluh/ dumunung desa kang mukin/ sakiwa tengen nagara aja dohing gala prapti//
Tunggu Neng Panepening wang, ngulamane kang prayogi.
// Dene tanaliyanipun kang adoh lawan negari/ ora kudu pepeliyan mung anggere ing ngrasan mri/wis bapang sira metua/rahadyan demang wotsari //
//1// Sekar Mijil// siji lira ngabdyan maraji/ radyan demang anjon ing nelawan nitih turonggane/ punjetha yuwulu janjam kuming/ hitik- hitik alit saking kedhung sidhur//
// Durung sowel luhur tinang kaki/ tuntut maanggemyeng/kuda sruwaka temu wangngune/ dereng matuh lambe peing kendali/ meksih radi nesih,nginggadhangan jujur//
Kenging kagem watang angladosi/yata winiraos kumepyar wong kanguninga kabeh/ dene raden demang wira- wiri/ nyana ana kardi/ yata tindakipun//
// jraptaka patihan tedhak sangking/ turangga sangganom/ manjing paregolan age- age/ kang pinarakan aneng ing pendhapi/ mudhun sing palinggih, dyan dipati metuk//
// Ngacarani pinarak pendhapi/ nuli tata mangnon sirep sang gya ingkang lenggah gunge/ jrapta nira dutaning narpati, dasar nyangajrihi dyan demang puniku/
// Wong agung nora reh gegeteri/ gelare karyeroh kadya arya banjar sunguk raden dursasana remanung rabuntit/ ing ngumbar anjrah mring/ kanan keringipun//
// Sarira lir tembaga sinangling/ netran dek mencorong yen kumapah ngedap ang asmane nora wiwidadya pramugari, talitina nuri/ wahdadya wong ngagung//
// Sakdereng nyadhu mawuh sabdaji/ numeter kang anom netra andika mindeng pamandenge/ dukdumawuh lir kilang wor manis uwoadipati/ tumbalah sang prabu//
// Sagung rerasankang kapiyardi kang ing nganon tinon pansedya pinundhut sipape/ ingkang lepat ageng alit sami/ antukan pamengsih/ wila sasang prabu//
// Sedenepunamat mutamangkin kelamun amindho/ murang langar marang ing sarake/brurusuhi marang srengat nabi/ weh rurungon bumi/dek sura ing ratu//
// Mesthi tampi ukuming narpati, dadya pamyating wong/ radyan demang anoleh lenggahe/ mring panggonane sanggyangulami/ sendukang panglirih/ polatane pagu//
// Samya gumeter para ngulami/ ngles bayu lir lolos/ temah arum ing sebda wijile/ osagunge kang para ngulami lyane mutamangkin tam piya kang dhawuh//
// Sri narendra srunari menggalih/gung pakaryaning wong/ dene rumeksa pari kramareh/ padha rumeksa kawonan bumi/ katempuh ing batin ngulama sawegung//
// Dene kang lir kaji mutamangkin kalwbu aran wong/ angregoni panjenengan rajeng/ nora ngimanken tataning nagri, tur angeik anyuk mundhak banting kedhwu//
// Nging wus gumantung pari kramengsih/ apura sang katong/ prangulama srunuwun ature/ kalingga murda kapundhi pundhi/ sih wilasa gusti/ kang mring dasihipun//
// Nuli tang radyan dipari/ prangulamator/ sokuring ywang kabul kamulyane/gume gumuruh ing kang ngameni/ kang pangulunti ngadek donga sokur//
// Luwarsa kang turida prihatin arsaya gunging wong/ sakendele donga kamulyane/ raden demang ngurawan ing malih/ huwandipati/ dhawuh basang prabu//
// Kinen kerya terancang jromasjid yen samya rumojong manjing/ jengandika tuwin prapang gedhe/ nata arsa sembayang jro masjid/ ing dumunggah ngarsi/ wiwit miyosipun//
// Dyan dipati sare amiyasi/ wuwuh kang mangkono/ supe aneng pasamuwane/ saking trustha saka reninggalih/ srenggruk sengruk nangis nadyan dres ingkang luh/
// Sigra andonga srukulilahi/ gumereh aminta lir guntur agra lir astarane/ kang pangulu ing ngabanu lyankis donya genti genti/ngulama sedarum//
// Pranaya kakang tansah den kirik tan lyan katibanom denya ngadeg pantes wiramane/ sarung ugis kembang tetulangking/ sabuk surat milis binanyumas patut//
// Serban bathok lan bare cikuning/ngartiyah tetiron pepet cithak pangadum mancange/ jubah salmur bangun sanulmani/ rada cekake dhik pemangkinging dhuwung//
// Klatang pipit manarong kalacih/ trembalo mencorot wangun bantes tayuman nedere pendok baleweh suwasasirih/sangron adhamesi/ werna kencanabdur//
// Kladuk megospe ngadeg kecik respati yen tinon telapakan ngajeng lan wingkinge/ rong tebah kang kiwaya nengersi/ tur nora pinuruh/ suprane nepatut//
// Prawaneng kang sami ningali mesem amiraos/ dhasar batete tibanom kuwe/ saksolah nyata kaduk diragi sambat ing warni/ pideksa abagus//
// Ngadek donga ngabate solah nyalir/ Ritih isalulon mangsahkake nging prapradurita heda temen lan akeh ngulami/ kang akeh ngadeg lir doyong tekun ikruh//
// Sawusira donga lenggah sami/ mring kautamang gon ratyan demangan sarwi noleh/ adi mlayapaden rasani/ wus suwe sunlirikeh ngarundelipun//
// Ingkang rayi ngumanguwotsari/ tan pun pangomong/ awon nganggur lan wajane mratme/ radyan demang meksa tanyangungkih/ nora becik yayi/ dora kadang sepuh//
// Radyan mlayaku samawotsari/ mesem mau alon kangmas inggih- inggih sayekmose ketingbanom kang dipun namosi/ pengadeking ciri/ suk andomya wau//
// Sanes lawan sagung prangulami/ pengadeg gamancol pantes dadya punggawane rajong owel dadya ngulama pasisir/ radyan demang angling apan sarwi guguk//
// Matur marang radyan adipati/ yayi mas kalewok/ orak reluku walik arane/ nung ngasane mung gawan napati/ mungkali wulami/ laluhuranipun//
// Yayi emas sira sun tuturi/ yen ngulama kang wong/ ingkang sidi karung kawruhe/ iku mangka punggawa ywang widi/ tinbangen pribadi/ Allah lawan rahi//
// Mung laire baekang ngupati/ gedhe cucur agrang/ ngularna tan kewantar laire/ ing batine luhur yayi nglim sun nander kur mati/ ngulama punila//
// Pan minongka pitutuh sayekti/ nenerine katong/ aja kan kanglir ketibabo mlewo wus kasusra/ pratama ingngelmi/ nadyan amung santri/ bae nganggoake thu//
// Lawan sira lemsih luhur santri/ derajang tingendar iku yayi nungguh ing ngatine/ pra ngulama sadaya miyarsi/ dyan demang den nyangling/ srupang ngungunipun//
// Ana ingkang rerasan bibisik nora ana ingmang/ raden demang wus lepas kaliyo memet mutmutur patitis wanguning priyayi/ garethol lemangkung//
// Watakane kaya tan ngedohi/ cethek agrobah/ dadi wong ngagung kawongan duren jabarang ngkhiri nemedeni/ pinecah jro isi/ rasane amumut//
// Luwih legi nganggo semu gurih/ lamu dane momot/ ngambar terus amuleg gandane/ baya wus srawungan ngulami/ necep ngelmu suci/ kepareng pamuwus//
// Yata dyan demang dhawuh ken malih/ timbalan sang kajong/ reh paguron sajrone rangkahe/ lan adeging dumungah pinaring/ pepinthaning sabin punika kang dhawuh//
// Matur sandika radyan dipati/ jumrung karsa katong/ kicabole kyus tampi dhawuhe/ yen ing mangke dadya wong piniji neng dyan demang nenggih/ santika atur//
1// Sekar Pocung//
// Sekar pocung wus sampurna dhawuh prabu/radyan tipat/ ngejepi panekar // mantri/ ngladosaken pupunjutan pasungatan//
// Praptase lorkong ambangan kalih atus tan nanabinedo/ pangremate amani/ anijeni binajeng pranatan nira//
// Sareng maju kerdong kalajeng tinembung/ ririh jejawilan mung calempung kang pinendi/ rebab gambang suling swara pepuletan//
// Saron demung nikatiba tumalawung/ Gambang namecalang/ gleken anunjang wira sisuling ngeleng/ sumlenthir ngedhasih mun//
// Kang calempung pepancer ranametan duk wilet ngetimang/ tibanongkine renwanti/ gegambyak lan selaning kenong tuminbal//
// Angles laput sabak angangkang tumanduk ngamlening talingan tekeman geter tan miwil awen laras dadya lempeng lelembaran//
// Gumarumung gender kalumak gumulung/ amegol sandalan cemenak panedya ranwintir/ kendhangan lan larase rarawit lonan//
// Gong gemandul tingeng dhadhabi mangguyu/ den demang ngurawan tetadya marang rengari/ yayim rasa kusuma kugending ngapa//
// Kang sigang wuma tur gending rum arumyang/ nglira adyag demang/ asalakar apalami/ radyan mlaya kusuma manembah aturna//
// Pan puniku mila gendir kinabaku anggiduk mantaran/ Jeng Sultan alur ing suni/ nalikane yasapan jianeng lulang//
// Sarengipun kalale kasekar gadhung/ mundur sarayuda/ bemara lagu myang sinir/ menamenjung galekan ranumenggal//
// Kadinamung punika sapanganipun ngandika dyan demang/ bangete mening Sun iki/ ora weli mring gending saturdaltung nalya//
// Nembah matur dadya nyam layaku bumawi nyumnya pramila pasuka/ toten pisan pamen gendhir/ kang minarsana mung nendhir ngudungilah//
// Asru guguk radya demang gujengipun Dipati janingrat/ sumambung tetan/ aris angger mlaya kusuma sinten punika//
// Ingkang natuhna embang prayogi kelaku/ Seres dan rebannya/sebenarnya mendengar itu/Bahwa dia/raden Malaya kusuma/
// Seres lan rebanya/Gendere tuli bengingsih/Ris pumatura adyan/Mlaya kusuma//
// Geh muni kumengnambang niyana/Sepuh kang namapun gondu/Mangrekak nunama rawit/Jebug karumpung/Kendhe ing kadipawyan//
// Mesem tatudyan/Jayaningrat yen sardu/Selane nayahkan/Angketewak kasalastri/Datheng mondok ngampil/Seng kambangpun konda//
// Dimen muruk kanga ngabdi panambang ulun/Punasuwonda/Kados bade sae ugi/Pun parikel angeng meksi ngambet desa/Sampun nglanduk sepuh pun nanda punika/Eman lamun ical//
// Wontena ingkang nulihti/Medun nadyan Malaya kusuma/Matur prayana anging midun/Dyan demang paman punika/Erah kitemen barang/Panggawean den openi/Nokgih sampun muklis/Kenira sembahyang//
// Milung milu yayim Malaya kusuma/Demene persetan/Gamel lan tur bias gendhing/Sareng suka gumejeng/Wong nganung tina//
// Dyan umatur kangmas paduka rumuhun/Darbenawing rangggah/Angsal duk saking remawis/Lamun pareng kula suwun/Dhamel rebab//
// Alon matur dyan/Demang yayi ngemut/Mung kari seprapat/Ingkang akeh/Wus den diambil/Kang mastangkubumi geh kinarya rebab//
// Kaya cukup lamun bias ingkang bubut/Nenari mamonthang/Sesuk paranan yayi/Matur nembah nuwun/Dyan Malaya kusuma//
// Nyata sampun lekas mbojo karma kembul/Adipati jayaningrat/Ngejepi abdine alit/Ngejekaken acar timun kikinlu//
// Saking kuwulan wonten tirahipun/Lorodan singpun saben jam sedoso enjing/Praptanira ing panduk jayaning pratan//
// Kadang pukul sawelas saka praptaningsun/Sak parengina/Lorodan dahar sangaji/Kang sapetan aym lurik kemilan//
// Sendeng gepuk tenjengan areng/Alemuk salawan acarti saosan singrawa/Wus den ajengaken sami/Sareng lawan acr timun pakalongan//
// Dyakan dhulu dyar emang/Ngandika mius/Ngriki sasmitanya paman dipati surempel/Mesti ngenaki sawitan lorodan//
// Mesem muwus dyundipati ngatan pupuh/Marang punakawan/Ngaturaken sapetan pitik/Awas mulat nadyan Malaya kusuma//
// Sikrama tumun nama kang masa puniku/Mawi semesem mdya/Kalawan padipati/Kula kangmas dhawungpil dawuh paduka//
// Semunipun gawat ingkang dipun pendhet/Mawi kekejempan/Nunukdyan demang nglingaris/Kaya kucing yayi Malaya kusuma//
// Wrohanira kang samitan pitik/Den gemuk sangsam/Lorodan saking jropuri/Gupoh gupoh dyan anyanging layong kusuma//
// Nyedak matur mring kang rakannya dang lungguh/Nora serantagan/Wanti ingkang anglameni/Tanampeni lorodan sapit lan ayam//
// Merek mandur Darwi mesem duwus sipuk/Iki iwak eco/Tapak asta malem aji/Duk rame kana kang samya kujaro//
// Caranipun pasisiran denya/Kembug ing jrone kang dhahar/Ulama praptama salin salin/Warna warni sarwi kanget sadayanya//
// Wantu wantu kang wahartan duktumanduk/Wus sirakapragan/Warik langreng para mantra/Awatara ngakape daklan punakawan//
// Trigumuruh plataran kang dahar kembul/Sagelangkung dunya/dyandipati atur mati/Marang para ngulama lan pradipatya//
Asmarandana
// Yayah asmarani resin beksi reng/Pammudyan nomangendah sinibonyanta/Sucipta amiwaha ngresamodyaning lelapunya/Wiranti sengdalegawa//
// Susunggune dyan dipati tinamu tan beda/Prawadana jaba lan jero/Tuwin ngulama sakirna/Mewaras sipur madya wusana terus tharumarum/Praptane maruta nanda//
// Bandya nyenyamikan mijil/Sinambi lan omong omong/Ngandika mahadyan demang/Masketeb banom ingkang/Wineling dening sang prabu/
// Srinarendra mundhut mijil/Kojaho pasak ananya/Kang patut lawan lungguhe/Masketeb banom aturnya/Mundhut kojah/Jawitane pingar biyu/Sasaged saged sandika//
// Dyan demang ngandika aris/Iyo paman kojah/Jawa apa kana ananya/Prakara kang kuna kuna/Ngemak sajang mantaram/Wong kang pada rebut ngelmu/Masketeb banom aturna/
// Pamirsa kawula alit/Wonten ugi mung nyapisan/Warni warni kukumane/Ing nnguni she siti jenar/Kukumiraminedhang/Dumugi demak punika/Lan malih//



C. Merunut dan Mengartikan (Etimologi) Kata

A
Antaka : mati
Alap : njupuk
Arum : wangi
Aris : tanpa sulaya, laras, sareh,alon,manis.
Astana : kraton,kuburan.
Agel : andhel-andhel
Anom : enom
Anuwun : nyuwun, njaluk
Anyelani : nyela
Amrih : ngudi,
Apén : si Wahya : wetu, wedar, kelair
Angrak : nempuh
Amurgani : sebab
Awit : jalaran, wiwit
Angok : anguk, aluwung
Angrungu : mirengaken
Astanira : tangan

B
Bapang : jabatan
Bera : ora ditanduri lan ora digarap.
Bapang : blabag njepapang dsipaku ing cagak.
Bumi : djagat,lemah.
Bendu : deduka, nafsu
Bubuhane : gaweane
Bangun : tulak
Bingar : katon padang polatane
Barang : gawanan

C
Catur :canten,gunem,kandhang.
Cumawuh : wis tepung meneh
Clatu : guneman

D
Dyan : murni, nyata, pancen
Datan : ora
Dêmang : sesebutane sewenehing abdi dalem
Dyan : murni, nyata, pencen
Dadya : dadi
Darma : kewajiban
Dyar : Nuli,Banjur.
Dadya : dadi
Dalan : ora
Dek : tanpa sing aren
Dawuh : tiba
Dawuh : kongkonane
Dedukane : nesune
Dataris : ora
Duka : nesu
Deduka : nesu
Den : Tuan
Dah : sabawa nggetak
Dangu : sue
Darbe : apa-apa sing diduweni
Durung : isih kurang karo mangsane, kang dituju
Dhapuripun : rupanipun, wujupitun.
Deder : garan panah

E
Éndra : ratu
Enggal : sabendina.

G
Garba : weteng, sambungan
Gumer : gumuruh
Guntur : Jugrung, soking Banyu.
Getir : Rasa kaya dene rasa jeruk purut.
Gegetun : kuciwa
Gugul : nangis
Ganalih : kasar
Gatik : gatuk satitik
Getere :ketir-ketir atine
Gumujeng : ngarep
Gaswiji : uwoh

I
Inggih :yaiku
Ing : wonten
Ingsun : aku.
Ingsun : aku.koe

J
Jati : kodrat, sabenere
Jubahira : jubah
Jajak : lurus
Jengkang : jengkangan tangan

K
Kwajibaning : kwajiban kang kudu dilakokke
Kaluputan : kesalahan
Kang dumawuh : kang tepung meneh
Kagyat : kaget
Kaprawira : kendel
Kumerket : raket
Kang : ingkang
Kedik : satitik
Kang : yang
Kamipurun : gelem
Katah : kathah
Karya : pagawean
Kang : kang
Kicabole : sangisore pipi
Karungu : mirengaken
Kawis : karang
Kowan : ora oleh apa-apa
Kapah : Ngonceki kopil.
Kardi : Pagawean, gawe, nindakake.
Kadi : kaya, pada
Keket : ruket
Ketawis : katara
Kusuma : kembang
Kinén : kinon
Karna : kupng
Kiwa : ala
Katon : katingal
Kusuma : kembang
Kadi : saking
Kasi : nganti
Kina : tuwa
Kêdhung : lubuk
Kukum : putusan
Ketawan : ditawan musuh
Kudus : suci

L
Lumawar : nglawan, lumawan
Liswane : lingsen, pawadan
Lir : pinda, kaya dene
Lintu : salah
Lami : sue
La : wangsulane sing diundang.
Lampah : laku
Lindri : ciut nanging endah nengsemake.
Lamun : yen, samangsa.
Landak : angkuh,pambekan.
Lawan : mangsa,tandhing,karo lan uga.
Linggih : Lungguh.
Lirik : obahing mata mandeng nisih
Lirang : peranganing barang sing tetangkep
Lulut : tresna
Laya : mati, rusak, sirna
Lamun : yen, samangsa
Lêrês : bener, pener
Laya : mati
Lampah : laku
Layu : mati
Landak : angkuh,pambekan.
Lira : kaya dene

M
Mubal : pada mumbul
Marang : nradjang, parang
Marang : tumuju ing, mubnggah tumrap ing dening
Mangka : kang dadi
Mapatih : patih
Mring : marang
Mulat : ndeleng ngewaske, namatke
Manguntar-untar : murup mubyar
Malangka : sumeleh
Moncer : nglewer dawa
Mrih : amrih, murih
Mingset : mingser ngalih sathithik
Maju : maju
Mimba : metu
Manahira : atine
Megung : mandeg ora mili
Mangilen : ngulon
Mundhi : nampa
Manis : legi,bechik
Mesum : katon atjum,aras-arasen lesu
Mobah : obah
Mami : ku, aku, kami
Mathuh : matur
Murang : ngarang, ngimpang, oara manut.
Maweh : aweh
Musrid : utama uripe,suci.
Muwus : clatu, guneman
Mawang : nyawang, ndeleng, nganggo ngelingi kahanane
Maras : wedi
Maras : kuwatir
Mekas : wekas
Mring : ing
Murti : awak
Mawa : nggawa, ngemot
Mesu : ngetokake kekuwatane
Marga : dalan, laku, cara
Maken : pakem
Menggah : sabanjure
Maambek : karo, lan

N
Narko : ngira ala
Nandhang : menganggo,nemahi,jandang.
Narpati : ratu
Nuli : enggal, ora gojag-gajeg.
Nuli : banjur
Nadyan : senadyan
Niti : mriksa
Nawang : nyawang
Nata : masang
Nistha : remeh
Noleh : noleh
Netepaken : tetep

NG
Ngandhika : ngomong
Ngundangan : ngundang
Ngakantrah : kawruhan ing akeh
Ngakrami : sumurut, sumunar
Ngura : ngodar-adur
Ngapyuk : nyiramake
Ngulami : wong kang pinter agama
Nglengger : ora obah
Nganan : nengen
Nyali : nyali
Ngancarani : nonjok ing tombak
Ngedhak : ngrengkuh
Ngreh : ngereh
Ngereh : mrentah
Ngajengaken : ngarepe
Ngunjung : nemoni

P
Praja : niyat, karep
Padheg : tetep
Purwane : wiwitan kang dhisik
Prakawis : prakara
Prawadhaga : prajurit
Pan sarwita : ananging sarta
Pura : kedaton.
Patitis : terang.
Pumang : wong lanang
Pan : rak
Pan : Ananging
Pun : uwis
Panggawa : pambekta
Prabawa : kaluhuran
Pan : ananging
Prayogi : panglimbang kang becik, pantes.
Pasamoewan : pakehan,paklampuking wong- wong sawetara, pista mangan enak, kumpulan sarahsehan, gegolanang wong-wong kang tunggal agama
Prayogi : panglambang kang becik, pantes.
Pan : Ananging
Purwa : wiwitan, kang dhisik
Padon : padu
Poerwa : wiwitan
Prana : pangrasa ati
Pukulun : gusti, bendara,
Prapta : tekan, teka
Pan : ananging, wis
Pita : kuning
Paran : apa, kepriye
Punti : pisang
Piningit : dijaga
Pati : mati

R
Ruwet : buindet, kisruh, angel paniti priksane, prakara, bingung.
Rura : rusak
Rong : maju
Rong : loro
Radita : srengenge
Rumuhu : Dhisik,biyen
Ramededer : kaku, lan kenceng
Risak : rusak
Ruameksa : njaga
Radiha : rada
Rukessa : njaga

S
Sura : wani
Sati : setia
Sidik : nyata, sanyata
Raga : awak
Sarak : panggonan
Sabda : swara, gunem, tetembungan
Séna : prajurit, wadyabala
Sanggêm : siap
Sêkar : kembang
Suma : kembang
Samya : pada, sami
Sentana : sanak sedulur priyayi gede, pengiring brayate lurah desa
Sasat : kaya, meh pada karo, aja sing
Sembaga : sumbaga
Sembada : sarwo kacukupan, cocok, patut, pantes rada sugih, kacukupan
Sayekti : Nyata
Sayekti : Nyata
Sarwi : sarto
Sarik : wewelak
Sir : pangarah
Sun : aku
Sirep : Sareh, sidem, maripanas
Sanging : Digelapake emas.
Sastra : lajang.
Soring : ngisore
Singup : singup
Sira : dewek-dewek
Sagunge : sakabehane
Sawuse : saklebare
Sira : deweke
Sandhika : omongan
Sedene : lan, dene, uga
Wang : peranganing rai
Sekarat : detik-detik arep meh mati
Samad : sawab
Solah : pratingkahe
Sumyak : rame
Swanita : getih
Samya : sami, pada
Sudiran : kendel banget
Saking : saka
Solah : pratingkah
Silih : genti-genten
Saknalika : sakmenika
Saking : saka
Sira : kowe
Santosa : kukuh
Sembada : sarwa kacukupan, cocok, patut pantes rada sugih, kacukupan
Sasaged : saged, bisa
Sawangan : surgapaning kali ing segara
Sembada : sarwa kacukupan, cocok, patut, pantes, rada sugih, kacukupan
Surbanipun : surban kang dienggo
Sawatara : sauntara
Sapang : pangestu

T
Talinggih : lungguh
Telase : entekke
Tangi : digiugah supaya tangi, digegasah, digugah atine
Tuwin : lan uga, lan maneh
Titih : atos, padet, panggemblenge
Titikaning : tanda sing mratelakake, tetengger
Tagupuh : sarta kesuen
Timbalanipun : celukaning
Tingalit : cilik
Tan : ora
Tadhah : apa-apa sing dienggo nampani apa-apa
Taklim ; kanti,ormat. Ngajen.
Taklum : kanthi urmat,ngajeni
Tara : antara
Tan : ora
Temah : takdire lelakon
Trus : terus
Taklum : Kanthi Urmat, nagjeni
Tarangga : jaran
Tarunni : bocah wadon enom
Tawira : prajurit
Tutur : piwulang
Tan : ora
Tolek : endang,enggal
Tamsil : tuladha becik
Truna : enom jaka/prawan
Téja : cahya
Truna : tuwa

U
Ujar : gunem, wetureng tembung, niyat kang kawestu

W
Wisma : omah
Wicitra : éndah banget
Wanah : warêg
Watang : gentir, kayu prebatang, sodoh.
Wana : alas
Waskitha : weruh sakdurunge winarah
Wiyata : piwulang
Wirid : wejangan
Winulat : tuladha
Wadana : pengarep, panggede, pemimpin.
Wara : wara-wara
Winulat : nulat →tiru
Wra : sumrambah, wrata
Wawan : lawan, lelawanan, saning raja kaya
Wasiat : piwelinging wong sing adjal sing kudu padha diestokake, wewarah tunggalanepara leluhur.
Wurung : ora sido,ora dadi
Wadana : golongane prajurit.
Wadya : prajurit
Wangune : ajake,empere,kaya
Wot : gawa,momot,mot,momot,pring gluh.
Wantah : tanpa ana kecampuran apa-apa
Wikrama : ndanjah, kekendelan
Wus : uwis
Wardaya : ati
Wira : wong lanang, prajurit
Winingkis : dilingkis
Wawan : lawan
Wicara : omongan
Waju : banyu
Wadana : sangkem, rai, pangarep, pangarep (panggede) ning golongan priyayi.
Wengis : bengis, katon sumengit
Wiladyan : tetuwuhan
Wentis : pupu, kempol
Wonten : ana
Wakêd : watês

Y
Yudha : perang
Yata : banjur, nuli


D. Parafrase
Manut dening menapa ingkang dipun tuladhakaken kados ing buku. Karto sura ingkang rumiyin wonten cariyos ingkang dadon pawartos. Inggih menika ngulama ing tanah Jawa. Kenjeng Sunan Pakubuwana wiwitannipun dados rerasanan para ngulama ingkang bebayani.
Inggih menika bab ngelmi, babagan manut marang kodrat ngirodrat. Wonten pawartos ingkang damel pesisir wetan ontran, cacad-cancad. Ing tanah Tuban wonten Kaji Amad Mutamangkin kalawan tiyang kathah.
Nerak saringate nabi. Ing dhusun Cebolek wilayah tuban. Ndadosaken kawigatosan para ngalim ing pasisir. Sampun ngantos ngrusak saduluran lan duraka marang ratu ingkang wenang niksa. Upama boten manut tuntyunaning bumi. Saged mbebayani.
Nanging Kaji Mutamangkin datan keguh lan bakuh rumaos leres. Sanajan dipun arani nerak kukum. Para ngulama paring pitutur. Boten purun nyawiji ingkang nami Dul Kahar.
Pacelathon ingkang sakedhik. Nggadhahi pangajeng-ajeng ingkang satunggal. Inggih menika Lama lan Din naminipun. Nanging Kaji Amad Mutamangkin sampun langkung-kumalangkung ngrumiyini para ngulama. Panjenenganipun sampun boten saged dipuntuturi lan menjanani Negara.
Mekaten wau watek ngulama ingkang saking pasisir. Kirim laying dhateng para ngulama sedaya ing Pajang, Mataram, kedhu lan ing Bagelen monca Negara. Ki Cebolek ngaku Muhamad wanton ndadosaken prakara.
Nalika semana negari dados ontran saha para ngulama. Sedaya ngulama tindak dhateng wetan kyai bungsu dumugi surawesthi, lan masida sarmo tumuju ing Kudus ngiring para ngulama tumuju pesisir Kartasura.
Sang Aji malah gerah. Wonten papan menika Prabu amangkurat seda lajeng dipun gantos putranipun inggih menika Raden Mas Prabayeksa ingkang gadhah gelar Kanjeng Pangrami pati ing samangke dados Raja ingkang sinebat kasusra. Kanejng Sunan seda ing Nglawiyan. Nalika nembe madeg Raja angsa masalah lan ngandika.
Para ngula ing pasisir geger sedaya. Saking Pajang, Mataram, Pagelan lan Kedhu. Ndonga supados saged nebihaken prakawis. Dipundhawuhi supados kempal ing Kadanurejan, sigra ngendika dhateng Kanjeng Sri Buupatei. Para pangarsa sami mupakat.
Ing Pesisir lan manca Negara saha bangsawan ing Kartasura. Sedaya sampun dados pirembaganipun. Inggih menika Ki Cebolek sampun nerak kukum.
Wadana jero ingkang nama Raden Demang Ngurawan. Ingkang mbagekaken. Inggih menika ipenipun Raja saking Mbok Ayu Raden Ajeng Supiyah Kanjeng Ratu Kencana. Inggih menika Raden Demang ingkang kinasihan. Tumuli ngandika dhateng Raja ing Kraton.
Sri Narpati ngendika, raden demang ngurawan kados pundi. Aturipun patih apu wus biyantu ingkang dados ngilmu. Inggih sampun sedaya, malah sampun kepanggih.
Ngelmu ingkang dipun raosi abdi dalem ingkang pemanggihipun saking satus kawandasa menika pepilihan lan pinilih kawandasa sekawan.
Kawandasa ingkang pinilih menika pikantuk kalih likura lajeng dipilih angsal sewelas. Lajeng ingkang kapilih gangsal ngulama saking pasisir lan candakipun sekawan. Dene satunggal saking manca nagari.
Pengging kemasan ing kedhung srenggi wondene ngulamka manca Negara., pagelen ngadilangu wonten ing pesisir. Ingkang angka kaping kalih Surabaya lan Gresik , ingkang kaping tiga demak lan kudus. Dipunpilih sekawan bupati.
Gangsal saking bangsawan jadipati, kalih saking bangsawan pesisir. Dipati jayaningrate saha Citrasoa lan abdi dalem bupati inggih menika diraguna. Sedaya wau nyebaraken sabda.
Ngélmu ingkang sampun dipun mupakati kalih kêkalih gusti sangêt inggil tekadipun wonten ing ngulamajang ugi kêlayu wontên ing kêdhung gêdhê, pituturipun ki Mutamangkin
Ngakén mukamat kakiki kêrsanipun sinuwun sri narapati kanthi mésêm ngêndika wonten pundi guru ingkang wani nyêbarakên ajaran ing cabolék.
Abdi dalêm kang nimbali kaji amat saking cabolék ngendika kados pundi kaananipun, aturé dén dêmang.
Saenipun diukum pati wonten ing ngajêngipun raja ngadhêp ing alun-alun kados urubing gêni.
Sri narapati ngêndika kalih mésém bilih ki Mutamangkin wonten ing griyanipun cabolék, sakniki sampun wêkdalipun sêmbayang, katon éndah bangêt, kanthi lampah sang bima suci gêbyar ing samodra.
Madurêtno lampah kalih wêlas déné kombang lampah sawêlas, naming bawonta lampah pat bêlas.
Sri narapati gêmujêng sru lajeng ngandika , wontên tiyang micara ngélmunipun ing kabudan sang bima suci, menapa botên kesasar, radên dêmang nembah menika kalawau namanipun ngélmu kakya.
Minangkanipun mêndhêt saking ajaran ingkang suci, kados botên tinarus tekat, namung mendhêt saking ajaranipun para waliyullah kados gêbyar ing samodra, sang guru maréntah.
Mênawi pikantuk kawruh ingkang nyata, têkan samodra laya, wêrkudara ngantos sêtêngah mati kêpanggih déwa bajang, kados nggawa cahya piwulang, sabdanipun déwa bajang.
Mlêbêt wontên ing guwa garbaning karna, wêrkudara kaya ora sêdhêng têkan jagad, kaji amat pamit kaliyan Ki Mutamangkin kang nêbe wiridan
Sri Narapati ngêndika kalih mésém, para ngulama kaliyan para punggawa badhe ngrêmbug kados pundi ngukum Kaji mutamangkin wontên ing alun-alun, kuwi mau kersanipun sri narapati, ki mutamangin kang wis wani nlawan para ngulama.
Krana kaji Mutamangkin ngajak tiyang kathah ngagêm ilmu ingkan dipunsêbarakên kados mêkatên ingkang sampun nglawan para ngulama mênika botên pantês dipun apurani.
Sarta sedaya muridipun kêdah diukum, angandika malih sang ngaji ndawuhakên préntah inggih mênika pepakaana sêdaya kapreluan énjing ing kêpatiyan, nêmbah dêmang ngurawan.
Saking byantara, kalih nimbali punakawan, bênjang-énjang sêdaya dipun pêpaki, lan para ngulama agêng wontên ing danurjan ngêmban dhawuh Sang Ngaji.
Dugi kapatiyan, préntahipun dinut Radên dêmang, para prajurit tuwin para ngulama ugi saking bêngi têkan énjing ngumpul lan énjingipun sampun siap, para ngulama majêng mangétan, para wdêana lênggah wétan, déné radén dipati lênggah woten ing têngah.


Wonten ing antawisipun wektu banyu mboten ngalir ngalir mangilen seda dhateng para ulama tabuh pukul sanga
Rawuhipun raden demang perintahipun saking kuasa kados para ulama kaliyan dyan dipati saklajengipun lenggah saksampunipun lenggah sareng kaliyan sang bya wonten pasinggahanipun rahadyan demang ngurawan lajeng dhodhok kelawam raden dipati ngandap singup pandawa
Dawuhaken timbalaning pati rahaden demang ngurawan ananinging kaliyan para prajuritnya sedayanipun mirengaken prajurit mirengaken dangu manahipun kumepyur telasipun kang dados dawuh deduka ingkang ngapyuk toya saklajengipun deduka nribupati dipati manupaja
Ngadep supados atur lenggah nglengger getun lan kuciwa pasuryanipun pucet sedanten lungguh tumungkul lan para ulama miris kaliyan dedukanipun cahya wonten ing wayah ndalu kados sampun badhe sekarat
Ing salajengipun wanita badhe seda solahipun kados menjangan ketawan dados rame sanget cahyanipun murup wonten ing werdi kados mboten wonten campuranipun menapa-menapa lir wantah lan sudrisa para prajurit noleh nganan kaliyan tumungkul
Mastibanom lajeng bangun penggalih kang gagah lan wnatun netepaken surbanipun jubah kang dilingkis mingset kaleh jengkang ketibanom kudus kapingin ingkang kathah solah kang gaswiji mboten karya ingkang kathah
1. Saklajengipun tiyang nem nyela badhe deduka wonten dedukanipun sri narendra ingkang sampun dados setunggal kaliyan dyan dipati klintu sekedik saknalika mirengaken den demnag ngurawan banjur lungguh ngajengaken mastibanom kang micara
Astanipun wonten ing ngrandan kang jajar manguntar-nguntar mangulat-ulat kados agni kumerket wonten ngajeng dados satunggal menggah ngunjung watu sumerep ingkang dados kawedinan manahipun punggawa mastibanom ndelengaken dyan demnag ngurawan
Ingkang dados lawan wicara gantosan micara dangu ngangge kawanian ingkang ageng kaprawira amrih titih titikaning ngakrami ananging wontenipun carios pangeran menawi menggatting ngajurit kaku sanget
Nyiaraken kagem ulama pandhengkule sami-sami wungu lan uga para priyayi ngrasa kaget kaliyan lawan wicara masketib ngandaraken kasucian raden demang ngurawan banjur ngandikan bengis saking pundi panjengengan saged ngentra-entra menika luput
Dedukanipun narendra ingkang dumawuh kagem putih mastibanom ngaturi menapa ingkang dados kaluputan saking prakawis wiladyan dipati matur saking para ngulama ingkang dados paduwean sareng-sareng dipun matur ingkang sampun santosa panggusthi
Upamine dipun turuti ingkang dados prakara utama mboten saking narendra dhumateng para ngulami rahaden adipati sareng tumut sedanten menika dados ucapanipun kagem para ulama ingkang dipun tampi saking dedukane narendra
Rahaden demang ngurawan gumujeng angentrok wentis angsal mungsuk saking kaum lanji kawanen tohpati/ dayanipun ical katingal sembada/ kadosipun katingal cekap menawi kuning malih dados pethak kados kaleh manuk garuda
Lahiya ingsun ingsun dados wakilipun sang aji dedukane kagem sira Nanagari ingkang kahannanipun sampun ruwet kados ingkang dados niyat dereng dipun cariyosaken kagem patih tapa supados dados para ulama
Ingkang dados tontonanipun niyat ingkang dados pungkasaning dedukaning narendra ketibanom ngadep dhateng aris sakderengipun nyuwun dating pundhi dedukane ingkang ageng sanget kagem para ulama ananging sedanipun wanita/ ingkang dados bedanipun saking niyat sakderengipun
Kados menika kagem ratu nanging klepas saking lahir batosipun srurumeksa sasagetipun ketingal ingkang dados kwajibanipun urip sami kagem narendra ingkang dados niyat kagem tanah jawi mangka wonten pratingkah saru ingkang ketingal
Pratingkah ingkang mboten sae dipun tilar upaminipun sampun kebacut pratingkahanipun mboten sae lajeng banjur medhun derajatipun lan mboten saged kapethuk kaliyan kasaean lan badhe dipun angge kaliyan awak piyambak lajeng saged tebih saking sunnah rasul
Sami mboten sae (risak) Kelayune saking sifat Adipati jayaningrat mesem lan jawil kaliyan ki arya medhal supados saged nyarioswani
Yen akeh wong ora peduli mesthi ora bisa bengok lan periksane raden demang kaya kelalen awak senadyan tiru gegirisi dadi mati kembang kuwi mesemi gunemane nyawang tangan senadyan kula sedulur pada pemimpin
Andene ketiban samangsa kepanggih macan senadyaning Ponconiti mula tekan dina senin kemis nyelenggarakake raja sing agung nalika kakang mas liwat saha minggah gantos ratu saha ngabaraken dhateng prajurit
Pikiranipun sami kuwantos kaliyan sedaya tiyang ingkang ngelirik derajatipun ngaluwihi kang mas Mangku Bumi wonten saklebeting wiwitan nyambut gawe ing gaweane dhipun parani saha dhipun priksa kang mas demang ngurawan
Sekedap sembari liwat bekasipun gegetiri atine tasih trataban kang mas brata mangku bumi lajeng dhatengi ibu ngandika raosing wedi saderenge ical sampun wekas ngandika pegat-pegat
Kula dijuluki kakang mas Mangku Bumi/ paduka sami kawula adik demang ajrih wntena ugi adendha marang kadang sepeuh ngandika kakang mas wonten padu sapa wong ngekang wani maring adik demang
Adhi mas ngerusak kembang nora awak bumi adhi lurah meriksani marang penggaweyan bumi ora diduweni semangsa sedih tujune adhi lurah naming tindak bari ngesemi/ raosing bungah bakal diganjar
/Menika kadang sepuh kakang mas mangku bumi sanak sedulur teka yekti pamer langkung ajrih marang kang mas demang kuwi/ andene liwat-liwat derajate ngeluwihi mung wong kang suci ingkang ngelawan micara
Semangkeh boten kedukan yata luwih saking guna sarana bisa Jayaningrat Adipati ngandika lirih-lirih Si Amat menika tiyangipun menawi pikantuk ganjaran kanugrahaning Hyang Widi sampun penguasaning demang ngurawan
Ngandikaipun warni-warni sumbaga dhasar wetu ing Ratu senadyan tiyang boten gatuk semangsa kesrambahan wontening ratu kula namung ngelakoni kewajibane ingkang tuladaning ngabdi kautaman
Supaya dipun anggep kaliyan Ratu ingkang gadhah kaluhuran wau guneman/ peperangan ingkang tanbuk saget ketibanan kalih sinegrangipun demang ngurawan
Ngaturi ratu supados paduka netahaken para ulama bilih boten mejangi marang kaji Mutamangkin/ paduka ngandika para pemimpin sami jaga pratingkahe
Kaji Amat Samat mutamangkin ngadep ing ratu ki Cebolek nyauri inggih menika anak caos wejangan namung kula ngelawan sarak
Saking bodhone paman / namung mulang guru aku tan bisa kuwalat saget damel serat malih/ atinipun kedah manteb kahanane sedih pikiran sengit ora pisan ngurus sifat sarak angger ewahing zaman krasa gumlegaring miyarsi ing raden demang banjur malih dadi guguk ketiban maneb boyo besik iki tenan dadi guyonan Negara
Wong kudu mulang sarak ngeluwihi aja mung nganggur awak labuhe gunung Merapi neng arah Sumbing sundara tumpang ing Lawu Tidhar disangga tangan penggawe iki liwat-liwati saking panggonan iki sewenang-wenang asune djalmi kelawan pengulu Tuban dolkohar asune malih
Angger pramila kawula purun matur marang raja konjuk Sri Nara Nata supados ngentar ngawarti ingkang ngaurus ketek yasa inggih nama ratu nebihna marang penggonan iki kejeng Nabi ingkang ical raosing sastra
Angger kanggo ucapaning kitab inggih Si Amat amirul Salatin ngrenggah ing ratu tetep pangkuning bumi badal dakiling widi apik ganjaran kelawan ngukum mula wonten ratu nimpang Srenguranguru ingkang lampah
Narpati tanpa memanis angrerus marang prawan dadya mesum ing prak anang, amangu pumang la bumi,tumuc pratan ing mawelu, tanpo teko mirbac ramya,ingkang sami rumek satir bumi,ingkang sejatine narpati katine jagat.
Sami lan atine taranya,punika ingkang sakpuweni, sayogya mboten ngagesang, pumeksa ingkang tadan mungtali,pramila ugi, wajib kang rumeksa ing ratu, mobah mosing lijagat pakaryaning karapati obah kang ira ing badan.
Kalepataning narendra sinanandang kang ing wong sabumi, jeng ratu kang panwaming jagat manah rusak,badan sarik yen kang tan enggal, ingkang nelutuh neluh mring ratu radhan demang wurawan siwakep sarwi kang seleh trisa, natdah marang raden dipati dhan urja.
Mapati kula kang saren,ingkang pun kudus bodsan talanni bisa amrep basa, saking sabete depat titis, tan salin dapur runiki, ingkang dara dalem kedhumawah,inggih dhateng sunuwa,kang pun kudus ingkang nageni,nang gulung pram ngajer lelayu daludan.
Wong gagah mboten giyabah, menawi wong trampil datan ngaruwil, kang wani ngamuk boten mamak, tekat kula aningali,ingkang paspati apatiten,kang gitik serute,kang mboten saru,ingkang sudihya ing ngalaga, kang Asasi kituwi atin, kang datan neng wetan dados kunsulupingat.
Iku siwong tina raja, kang sawitis tur solahe marakati, ingkang datan kenging tina raja, kang tan keron den kanan kerin, ingkang rinuwak maremaken, ing ngomberan bindur samabur, ingkang gawat kaliwat liwat, kang amungsuh wong kudus iki, sajek dereng nate kasurang.
Raden walaya kasuma, kang matur sarwi awot sari,kang mas padhuta sok sokan,ingknag pikowon tulakang napi, kang duk lecul tandhing ngupit,temah kang mas den sepuluh,gumujeng prawadhana, kang luwaran saking prihatin,kang prangulama krejet krejet darbe bingar.
Raadyan demang purawan,ingkang angandika sarwo nolih, adimas mlaya kusuma, destun kulato teng ngimpi, ingkang prapto nemu penggali, kang ngendherek mulih ngendhuruk uwopatih kawulo, kang matur srinarapati, kang pan sadaya inggib sami ngentosono.
Kinanthi// kinanthi kang sak kondhuripun, saking dalem kypatih, ingkang sarah adyan demang ngurawan, kang kasusradu ta narpatih, kang supana datan kawarna kang sa praptaning rajapuni.
Ing ngubyan tara sang prabu, kang rahadyan demang wotsari, ingkang matur rehing dinuta, kang mowiti malah ngikasi, ingkang sampun langkung anuwun pun uwa, kang wonten nanggulang toh tati.
Pun ketip banom ing kudus,ingkang saget apudi kawis, kang sebarang pang ngrehkawula, ingkang kasorran praboto prayogi, kang atrang ginas baten ganggas, patitih datan ketwes.
Satunggal sanggul tinipun kalangkung dening prayogi amradinisan danara, ingkang sang nata ngandika aris, kang payoendi atur prana, ingkang dyan demang matur kalian wot sari.
Patih ngalingi pukulun, kang mringpun kaji mutamangkin wunten mang bileng mragagah, ingkang punet danira kumite, kang netra pratopo sang sura, kang kekes lawulaneng ngali.
Tembungipun lajengse paduka geranawajani, ingkang solah nakaten punikag, inggih dipun kaji mutamangkin/lamun emtumek tenna,kang drening sakan nagri.
Mongko wajibe Amiru kang rumeksa saraking Nabi, ingkang nyudamanis Sir wadana kang mesum cahya ning nagari.
Saremah gan dane arus, ingkang narendra tan pamanis, kang kucem netrane pung gawa samya nistha kang wadya lit lan risak pura suraosing sastro ingkang probawati naritner.
Dereng dumugi umatur sampun selak gumujeng sang ngaji, kang angling yen mangkono, ingkang bapang, kang prayogo padha anglakoni, ing sun miyos si jumenggah, kang dawuhna mring siwa patih.
Nata malih ngandika ruheh bang sun wiwit eling sabanjure ingsun prambag, ingkang bapan sira sun kandhani, kang nuli ana ingkang crita,neng purwa lulut sun linggih.
Sijayaning ngrat umatur, kang abrol, ingkang aneng ngasamami, ingkang samepayan dalem punika, inggih ngarsakaken gusti, kang langen paosing kawiryan, ingkang lengen sura langen gandhing
Langgen ringgit langen gambuh, kang sedene langen turanggi, inggih langen aben aben sat, kang puyuh ngerkutut kemiri, tan tur sarwa sarwi prayogo, ingkang Gusti mungkirang satunggal.
Ta prabang tiyang pukulun, kang ing sun gumuyu tanyaras, jayaningrat apa ana kang ta prabang den cara ringgit, inggih sun watara ora kaprah.Ature siadipati
Inggih abdi dalem kudus, ingkang dipunpun arya mantu nyasantri,ingkang sampun kalit banom naman, kangngadega ken mer kang jalmi, menika iku kamangka ingkang nyata,lan tementura sispati.
Matura datan gumuyu, ingkang kang aran ketibmaruni,ingkang dadi dalang ngiras mayang, kang malah-malah asring dad,kang wong menak pepakuning ngrat, lan kang wong egung surayang bumi.
Nuliarsa ingsun ingkang kang pundhut,sicakroning ningrat mambengi, ingkang pangandikhaning ature akarya, kang tarang kelangenan gusmi, ingkang trataning rasullah, kang sayekti ambucal taklim.
ingkang abdi dalem rumuhun, sampun bapak dipun awisi,tamatang lampah kang menak,ingkang madura boten kenging, lan Muhammat lawan mursad, sapingiasma ra supi.
Ingkang menika lelempahanipun, ingkang sampun tapatong madura gusti, ananging namung winaos ingkang kang serat,kewalatan den awisi, dena wonten ing dalem mipun bapak, ingkang pikanthuk wasiyat saking mantawis.
menika wurungipun ingkang kula pundhut, mangkeh si katib saget tiruni, kang pikire sampun memetkanthi bablas, kang dyan demang matur wotsari, inggih ingkang pikiranipun sampun nyrenggarawa, lan bara catur maedoni.
Sang nata ngandika arum, simencal moncoling nuwih, lan ingsun wani mrakara, ukarane mikarani, mawah karingring nganit, kalabu wong satus siji.
Apa dhapure abagus, kang dyan dema matur wot sari, sembada bagus tur gagah, dede gaprakasa prayogi, upami lamun ringgita, arya seta sena pati.
Yen sampuna dados katum, pantesa prawira ing jurit, tetaguling ngadilaga,pamundahing satru sekti,ingkang sampun menggah ing ngelmi wirasat, puniku kang anjang ke papi.
/adi pragal bagul-bagul, ladak lair trusing batin, byangkumo ketakma nah, atan tepurun ingkang prang rai, pontas ingkang amengku watyu aririne keris.
Gelar duruk apunang pun, miwah traja tikos walungit, ingkang sarta mangkaca candrasa, miwah gelar aga pati, wangun makaten punika, setarang byua man nesasi.
Sri narpa ngandika kalian anum, ya si Amat mutamakin, wangune wong kayangapa, dyan demang umatur aris, punca tolek dong uniro, kadicantrik akris ikris.
Toten kelebeting catur, dhapuripun ukur urip, inggih ingkang sawarni rucah, anying kruk kelamun linggih, pasamuaninga kalah, lir tiyang den sepatani.
Sinungajang keping rukun, taslam wrin astana nabi, nayaka dipani jagat, yen sanpuna dados kaji, tiyang makaten punika,kudune pantes namung sade pitik.
Sang Nata gumujeng guguk, iku bapang sampun pinasthi, tinitah dhapure ala, asinungan pikir suci, dadi punggawaning suksma, lan dadi mardika aji.
Dyan demang nembah umatur, pramila mekaten gusti, jamal hyang jalawangaja, sampun tankenging kalian wat ceni, dangu nawa wan wicara, kaji Amat mutamakin.
Tiyang asor menika dhapuripun, akepapipun tudingi, dhateng pun ketarun datan tyaton saged wangsuli, kang dadya kanep saniro, inggih pun katita runi.
Ngantos mekakaken kang dhapur, inggih menika kajimutamakin, sang Nata Mesem ngandika, iku bapang karsa mami, sagung kang dadi parasan, dhawuhan mring siwajatih.
Inggih suhapura iku, aja naden parasani, kang luput aku aksam, kaji Amat mutamangkin, yen den pindha ing pratingkah, kang ora kaprah ing bumi.
ing kono sedeng aku ukum, si Cebolek mutangkin,menika karya pangewanewan, anengaluna len mami, dene mengko karsaning wong, Cebolek sun pundhut miji.
Lawan maneh prentahingsun, kawula jroning nagari, sentana para punggawa, sedene para prajurit, prapteng kawulwng aku samya, dene kang warata undhang mami.
Aja nang wong ang guguru, ngelmu kakjroning nagari,ananging guguru jabaning rangkah, ing kono ingsun lilami, sapa kang nerak parentah, kawasesa akum mami.
Sajrone pepatuhing sun, landhawuhna siwa patih, wupayaha wong ulama, bapang ora sun wang ngeni, antuk kase piro-piro, nuli den pacak kasami.
Panggonana nelungjung, iku desa ingkang becik, sakira kalara ngangkat, ing jumungah aja langit, kedhu bagelen mantaram, ingkang pajang ingsun wangeni.
Ganepe wong patang puluh, dumunung desa kang mukin, sakiwa tengen nagara aja dohing gala prapti, Tunggu Neng Panepening wang, ngulamane kang prayogi.
Dene ingkang tanaliyanipun ingkang sampun adoh lawan negari, ora kudu pepeliyan ananging anggere ing ngrasan mri, wis bapang sira metua, rahadyan demang wotsari.
//1// Sekar Mijil// siji lira ngabdyan maraji, kang radyan demang anjon ing nelawan nitih turonggane, kang punjetha yuwulu janjam kuming, hitik- hitik alit saking kedhung sidhur.
Durung sowel luhur tinang kaki, tuntut maanggemyeng, kuda sruwaka temu ingkang wangngune,dereng matuh lambe kang peing kendali, meksih radi nesih,nginggadhangan jujur.
Kenging kagem watang angladosi, ingkang yata winiraos kumepyar wong kanguninga kabeh,kang dene raden demang wira- wiri, kang nyana ana kardi, ingkang yata tindakipun jraptaka patihan tedhak sangking, turangga sangganom, manjing paregolan age- age,ingkang pinarakan aneng ing pendhasi, kang mudhun sing palinggih,kang dadi dipati metuk.
Ngacarani pinarak pendhapi,kang nuli tata mangnon sipap sang gaya ingkang lenggah gunge, kang jrapta nira dutaning narpati,ingkang dasar nyangajrihi dyan demang puniku.
Wong agung nora reh gegeteri,ananging gelare karyeroh kadya arya banjar sunguk raden dursasana remanung rabuntit, ingkang ngumbar anjrah mring,kanan keringipun.
Sarira lir tembaga sinangling,kang netran dek mencorong yen kumapah ngedap ang asmane nora wiwidadya pramugari, talitina nuri,kang wahdadya wong ngagung.
Sakdereng nyadhu mawuh sabdaj,kang numeter kang anom netra andika mindeng pamandenge, kang dukdumawuh lir kilang wor manis uwoadipati, kang tumbalah sang prabu.
Sagung parasankang kapiyardi kang ing nganon tinon pansedya pinundhut sipape, ingkang lepat ageng alit sami, antukan pamengsih,kang wila sasang prabu
Sedenepunamat mutamangkin kelamun amindho,kang murang langar marang ing sarake, ananging brurusuhi marang srengat nabi,kang weh rurungon bumi. Kang dek sura ing ratu.
Mesthi tampi ukuming narpati, kang dadi pamyating wong,ksng radyan demang anoleh lenggahe, kang mring panggonane sanggyangulami, sendukang panglirih, kang polatane pagu.
Samya gumeter para ngulami,kang ngles bayu lir lolos, ingkang temah arum ing sebda wijile,kang osagunge kang para ngulami lyane mutamangkin tam piya kang dhawuh.
Sri narendra srunari menggalih, ingkang gung pakaryaning wong, kang dene rumeksa pari kramareh,kang padha rumeksa kawonan bumi, katempuh ing batin ngulama sawegung.
Dene kang lir kaji mutamangkin kalwbu aran wong,kang angregoni panjenengan rajeng,kang nora ngimanken tataning nagri, tur angeik anyuk mundhak banting kedhwu.
Nging wus gumantung pari kramengsih,kang apura sang katong,ingkang prangulama srunuwun ature, kalingga murda kapundhi pundhi,kang sih wilasa gusti,kang mring dasihipun.
Nuli tang radyan dipari, ingkang prangulamator, sokuring ywang kabul kamulyane, kang gume gumuruh ing kang ngameni, kang pangulunti ngadek donga sokur.
Luwarsa kang turida prihatin arsaya gunging wong, ingkang sakendele donga kamulyane, marang raden demang ngurawan ing malih, huwandipati, ingkang dhawuh basang prabu.
Kinen kerya terancang jromasjid yen samya rumojong manjing,kang jengandika tuwin prapang gedhe, ingkang nata arsa sembayang jro masjid,ing dumunggah ngarsi, lan wiwit miyosipun.
Dyan dipati sapa amiyasi, kang wuwuh kang mangkono, ingkang supe aneng pasamuwane, ingkang saking trustha saka paninggalih, lan srenggruk sengruk nangis nadyan dres ingkang luh.
Sigra andonga srukulilahi, kang gumereh aminta lir guntur agra lir astarane ingkang pangulu ing ngabanu lyankis donya genti genti, kangngulama sedarum.
Pranaya kakang tansah den kirik tan lyan katibanom denya ngadeg pantes wiramane kang,sarung ugis kembang tetulangking,kang sabuk surat milis binanyumas patut.
Serban bathok lan bapa cikuning, lan ngartiyah tetiron pepet cithak pangadum mancange,kang jubah salmur bangun sanulmani,kang rada cekake dhik pemangkinging dhuwung.
Klatang pipit manarong kalacih, ingkang trembalo mencorot wangun bantes tayuman nedere pendok baleweh suwasasirih, sangron adhamesi, werna kencanabdur.
Kladuk megospe ngadeg kecik paspati yen tinon telapakan ngajeng lan wingkinge, ingkang rong tebah kang kiwaya nengersi, kang tur nora pinuruh,saking suprane nepatut.
Prawaneng kang sami ningali mesem amiraos, ingkang dhasar batete tibanom kuwe, ingkang saksolah nyata kaduk diragi sambat ing warni, kang pideksa abagus.
Ngadek donga ngabate solah nyalir
Ritih isaluon mangsahkake nging prapradurita heda temen lan akeh ngulami,ingkang sampun akeh ngadeg lir doyong tekun ikruh.
Sawusira donga lenggah sami,ingkang mring kautamang gon ratyan demangan sarwi noleh,ingkang adi mlayapaden rasani, kang wus suwe sunlirikeh ngarundelipun.
Ingkang rayi ngumanguwotsari, kang tan pun pangomong, ing awon nganggur lan wajane mratme, kang radyan demang meksa tanyangungkih, kang nora becik yayi, lan dora kadang sepuh.
Radyan mlayaku samawotsari, kang mesem mau alon kangmas inggih- inggih sayekmose ketingbanom kang dipun namosi, kang pengadeking cirri, kang suk andomya wau.
Sanes lawan sagung prangulami,kang pengadeg gamancol pantes dadya punggawane rajong owel dadya ngulama pasisir, ingkang radyan demang angling apan sarwi guguk.
Matur marang radyan adipati, kang yayi mas kalewok, kang orak reluku walik arane, nanging nung ngasane mung gawan napati, kang mungkali wulami, ing laluhuranipun.
Yayi emas sira sun tuturi, kang yen ngulama kang wong, ingkang sidi karung kawruhe, ingkang iku mangka punggawa ywang widi, kang tinbangen pribadi, Allah lawan rahi.
Mung laire baekang ngupati, kang gedhe cucur agrang. lan ngularna tan kewantar laire,ingkang batine luhur yayi nglim sun nander kur mati, ngulama punila.
Pan minongka pitutuh sayekti,kang nenerine katong, aja kan kanglir ketibabo mlewo wus kasusra, kang pratama ingngelmi, ingkang nadyan amung santri, mung bae nganggoake thu.
Lawan sira lemsih luhur santri, kang derajang tingendar iku yayi nungguh ing ngatine, ingkang pra ngulama sadaya miyarsi, kang dadi demang den nyangling, ingkang sampun srupang ngungunipun.
Ana ingkang parasan bibisik nora ana ingmang, ingkang raden demang wus lepas kaliyo memet mutmutur patitis wanguning priyayi, ingkang garethol lemangkung.
Watakane kaya tan ngedohi, ingkang smapun cethek agrobah, kang dadi wong ngagung kawongan duren jabarang ngkhiri nemedeni, kang pinecah jro isi, ingkang rasanipun rasane amumut.
Luwih legi nganggo semu gurih, lan lamu dane momot, kang ngambar terus amuleg gandane, ingkang baya wus srawungan ngulami, kang necep ngelmu suci, kepareng pamuwus.
Yata dyan demang dhawuh ken malih, kang timbalan sang kajong, ingkang reh paguron sajrone rangkahe,lan adeging dumungah pinaring, kang pepinthaning sabin punika kang dhawuh.
Matur sandika radyan dipati, marang jumrung karsa katong, kang kicabole kyus tampi dhawuhe, kang yen ing mangke dadya wong piniji neng dadi demang nenggih, ingkang santika atur.
1// Sekar Pocung//
Sekar pocung wus sampurna dhawuh prabu kangradyan tipat, kang ngejepi panekar mantra, kang ngladosaken pupunjutan panganan..
Praptase lorkong ambangan kalih atus tan nanabinedo, kang pangremate amani, ingkang anijeni binajeng pranatan nira.
Sapang maju kerdong kalajeng tinembung, ingkang sampun ririh jejawilan mung calempung kang pinendi, kang pabab gambang suling swara pepuletan.
Saron demung nikatiba tumalawung, ingkang Gambang namecalang, kang gleken anunjang wira sisuling ngeleng, kang sumlenthir ngedhasih mun.
Kang calempung pepancer ranametan duk wilet ngetimang, kang tibanongkine renwanti, kang gegambyak lan selaning kenong tuminbal.
Angles laput sabak angangkang tumanduk ingkang ngamlening talingan tekeman geter tan miwil awen laras dadya lempeng lelembaran.
Gumarumung gender kalumak gumulung, ingkang amegol sandalan cemenak panedya ranwintir, kang kendhangan lan larase rarawit lonan.
Gong gemandul tingeng dhadhabi mangguyu, kang den demang ngurawan tetadya marang rengari, kang yayim rasa kusuma kugending ngapa.
Kang sigang wuma tur gending rum arumyang, kang nglira adyag demang, kang asalakar apalami, inggih radyan mlaya kusuma manembah aturna.
Pan puniku mila gendir kinabaku anggiduk mantaran, inngh menika Jeng Sultan alur ing suni, ingkang nalikane yasapan jianeng lulang.
Saranipun kalale kasekar gadhung, kang mundur sarayuda, kang bemara lagu myang sinir, kang menamenjung galekan ranumenggal.
Kadinamung punika sapanganipun ngandika dyan demang, ingkang bangete mening Sun iki, kang nora weli mring gending saturdaltung nalya.
Nembah matur dadya nyam layaku bumawi nyumnya pramila pasuka, ingkang toten pisan pamen gendhi,igkang minarsana mung nendhir ngudungilah.
Asru guguk radya demang gujengipun Dipati janingrat, kang sumambung tetan, aris angger mlaya kusuma sinten punika.
Ingkang natuhna embang prayogi kelaku.


E. Terjemahan
Menurut terhadap apa yang dicontohkan ertindak bersama-sama kamu di buku yang menjadi panutan temanny Kartasura yang terlebih dahulu ada cerita yang menjadi berita, ulama di Tanah Jawa, ketika di Jawa, kanjrng Sunan Pakubuwana, awalnya menjadi pembicaraan yang membahayakan, oleh para ulama
Semuanya satu ilmu, dari patuh terhadap kodrat irodat,yang menjadi awal panutan, meneriakkkan berita, tanpa berakhir adanya tekad, sehingga saling mencela, malah menjadi bahan tertawaan,pesisir timur gempar, tanah Tuban Kaji Amad Mutamangkin, walupun lawannnya banyak
Tidak sopan terhadap sari’at nabi,dusun Cebolek dibawah kekuasaan Tuban, yang menjadi perhatian tingkah lakunya,menjadi tidak jadi/agar urung, oleh para alim pasisir,angan merusak persaudaraan, durhaka terhadap raja, sri Baginda berhak menghukum, jika tidak dipatuhi tuntunan terhadap bumi, sangatlah berbahaya.
Namun dia kaji Mutamangkin,tetap teguh dan kuat,tidak merasa tidak enak, berani melawan hokum, banyak yang menyalahi hukum dan tidak sesuai, banyak ulama dating, memberi nasehat, malah melukai hati, tidak mau bersatu, dia yang bernama Dul Kahar.
Perkataan yang sedikit-sedikit, penghharapan kecil yang menyatu, ialah lama dan din namanya, lebnih dan berlebihan, kaji Amad Mutamangkin, sudah dahulu para ulama, pasti perkataannya, kepada Kanjeng Sri Naranata, sudah terlihat dan tidak bias dinasehati, meremehkan Negara.
Begitulah watak ulama pesisir, mengirimkan surat, kepada para ulama semua, pajang Mataram Kedu, di Bagelan manca Negara, serta yang satu bagian, pada anggapannya,keinginannya untuk diakui, Ki Cebolek mengaku sebagai Muhammad, berani mendatangkan masalah.
Ketika itu menggemparkan Negara, gemparlah para ulama, semua pergi mendatangi, sebelah timur kyai Bungsu, berakhir di Surawesthi, dan Masida sarma, menuju ke Kudus, pengiring para ulama,datang di pasisir Kartasura, belum sampai bicara.
Malah disertai dengan sakitnya sang aji, prabu Mangkurat meninggal di situ, yang digantikan anaknya, raden Mas Prabayeksa, bergelar kanjeng Pangrami Pati,nantinya berdiri sebagi raja, yang disebut Kasusra, kanjeng Sunan meninggal di Nglawiyan, ketika baru berdiri mendapat masalah, berkatalah pada sang raja.
Gemparlah semua ulama pesisir, tak ada yang terlewati, pajang Mataram Pegelan, manca Negara Kedu, sedikit berdoa, tidak bias disingkiri,disruruh supaya berkumpul, diKadanurejan, segera diutarakan pada Kanjeng Sri Bupati, bersepakatlah para pemimpin.
Dipesisir dan manca Negara, serta pemimpin bangsawan di Kartasura, bertindak tidak sesuai hokum, para ulama semua sudah sampai, kayu besar digeladag, bertumpuk-tumpuk, tertata jembangan dan jun, hamper terbasmi Kaji Amad mutamangkin,ketika itu.
Bangsawan dalam yang menyambut, yang bernama Raden Demang Nguarawan, ialah ipar dari sang raja, yang diambil bok ayu, rajen Ajeng Supiyah, kanjeng ratu kencana, yaitu Raden Demang, sehingga sangat dikasihi, berkata pada sang raja, di keraton datang kehadapan raja.
Sri Narpati berbicara, bagaimana raden demang Ngurawan, perkataan sang patih apa sudah dibantu, yang mencari ilmu, yaitu sudah semua, malah sudah ketemu.
Ilmu yang dirasakan, menjadi abdi dalem ulama semua, yang bingung pemahamanya,
Hanya seratus empat puluh, selebihnya ialah dua, itulah yang dipilih, yang lain sudah, yang memperoleh adalah yang dipilih, seratus empat puluh.
Empat puluh yang dipilih lagi, memperoleh dua puluh dua pilihan, yang dipilih kebaikannya, hanya sebelas orang, lima dari pesisir, ulama tanah tengah, dapat empat, manca Negara Satu, di pagelen inilah yang Satu, majasem dan pajang.
Pengging di kedung Srenggi, dan juga ulama manca Negara, hanya para pejabat Negara, pagelen ngadilangu, di pesisir dan juga manca, kedua Surabaya, selanjutnya Gresik, demak Kudus yang ketiga, yang terpilih, empat orang Bupatinya.
Lima bangsawan Jadipati, di pesisir dua bangsawan, adipati Jayaningrat, citrasoma juga, abdi dalem bupati, yaitu diraguna, dan aku sendiri, sawus menyampaikan perintah.
Ilmu yang telah disepakati oleh dua raja yangsangat tinggi tekadnya di ngulamajang. Perkataan Ki Mutamangkin.
Menyuruh kembali pada ajaran Muhammad haqiqi kehendak sinuwun Sri narapati yang berkata sambil tersenyum, dimanakah guru yang telah menyebarkan ajaran sesar di Cebolek.
Abdi dalem memanggil Kaji Amat yang dari Cebolek berkata bagaimana keadaanya, Jawaban den demang.
Ajaranyya menghukum mati, di depan rajanya menghadap di alun-alun seperti nyalanya api.
Sri narapati berkata sambil tersenyum bahwa Ki mutamangkin ada dirumahnya Cebolek, sekarang sudah waktunya sembayang. Terlihat sangat indah dengan sang bima suci gemebyar di laut.
Maduretna melangkah dua belas, sedangkan kombang melangkah sebelas, tetapi bawonta melangkah sebelas.
Sri Narapati berkata tertawa keras, ada orang berbicara tentang ilmunya, apa tidak tersesat, raden demang menyembah, itu namanya ilmu kakya.
Mulanya mengambil dari ajaran yang suci, jadi tidak terus di tekat. Namun mengambil ajaran dari para wali seperti gemebyarnya di samudra, sang guru memberi perintah.
Jika mendapat ilmu yang nyata, sampai pada samudranya, werkudara saja sampai setengah mati bertemu dengan dewa bajang, yang telah membawa ajaran seperti cahaya, perkataan dewa bajang.
Masuk kedalam diri Karna, sepertinya tidak muat sampai dunia. Kaji amat berpamitan kepada Mutamangkin yang sedang wiridan.
Sri Narapati berkata sambil tersenyum, para ngulama bersama para punggawa berkumpul untuk berembug bagaimana menghukum kaji mutamangkin di alun-alun, smeua itu hanya usulku untuk enghukum mutamangkin yang telah melawan ajaran para ulama.
Karena kaji mutamangkin ngajak banyak orang menggunakan ilmu yang dianutnya itu, yang telah melawan ajaran para ulama, hal seperti itu tidak pantas diampuni.
Serta terlihat muridnya sudah banyak, semuanaya harus dihukum sang ngaji berkata lagi, kerjakanlah perintahku, lengkapi semua keperluan untuk besok pagi di kepatiahan, sembah Demang Ngurawan.
Dari byantara dan memangil punakawan, besuk pagi semua harus dipersiapkan dan semua ulama besarada di danurjan mengemban perintah sang Ngaji.
Sampai di kepatihan, perintahnya dilaksanakan raden demang dan semua prajurit beserta para ulama dan para prajurit berkumpul, dan pada bagi harinya para wadana dan ulama berdiri menghadap kea rah timur, sedangkan para wadana disebelah timur, sedangkan raden dipati di tengah. untuk sementara air tidak bisa mengalir kebarat yag mati pada jam.9
menyambut datangnya rahaden demang atas perintah Sang Maha Esa yang kemudian duduk dengan sang bya dalam pasinggahanya dibawah gelapnya pandawa.
Prajurit rahaden demang mendengarkan perintah beliau yang kemudian membuat hati prajurit menjadi bergetar melihat kemarahan nribupati manupaja yang menyiramkan air melupakan kemarahannya.
Prabu pati ekmuadian menghadap untuk berbicara dengan wajah pucat dan duduk nya pun dengan menunduk, para ulamapun miris dengan kemarahannya dan cahaya malam hari sepertid etik-detik orang yang akan emninggal.
Dengan menangis dan berlumur darah para prajurit menoleh ke kanan dan menunduk melihat seorang wanitasekarat seperti menjangan yangs edang ditawan dihutan.
Mastibanom bangun dengan segenap hati yang berani karena para prajuritnya yang sudah menetapkan surban dan jubahnya, ketibanom sangat suci dengan kelakuannya seperti benih dan banyak karya yang dihasilkannya.
Mastibanom berbicara bahwa para kaum muda hanya bisa marah-marah meluapkan emosinya.
Mastibanom memikirkan dan melihatr secara seksama apa yang menjadi ketakutan hati dyan demang ngurawan.
Pembicaraan yang terjadi secara kaku.
Para ulama, para priyayai, yang sama-sama merasa kaget mendengar pembicaraan (percakapan) mastibanom.
Masketib membicarakan kesucian dan dnegan bengis dan marah raden demang ngurawan menanyakan darimana dia bisa mengira ini semua salah.
Kemarahan ratu yang dilampiaskan kepada patih, membuat mastibanom memberitahu apa yang menajdi kekurangan dari perkara dan wiladyan dipati berbicara menurut para ulama yang menjadi keyakinan kukuh hanyalah Allah.
Sebenarnya dalam hal ini yang menjadi perkara utama bukan dari ratu kepada ulama namun rahaden adipati berbicara bahwa kesalahan ini semua merupakan kemarahan ratu kepada para ulama.
Rahaden demang tertawa meperoleh musuh dari kaum lanji.
Ratu berbicara bahwa akan lahir sang aji yang akan merusak negara yanng kemudian membuat para ulama bertapa.
Kemarahan sang ratu yang kemudian selesai karena ucapan ketibanom.
Suatu saat lepas dari lahir batin srurmeksa akan terlihat yang menjadi niyat dan kejelekan Ratu kepada tanah jawi.
Seandainya terlanjur melakukan tingkah laku jelek maka akan turun derajatnya dan tidak akan bertemu kemudahan dan akan dipakai untuk diri sendiri serta akan menjauhkan dari sunnah Rasul.
Adipati Jayaningrat berlari cepat dan mengajak ki Arya keluar serta berani mengungkap pembicaraan. Demang ngurawan
Dimana banyak orang yang tidak peduli maka tidak bisa menjerit lihatlah demang ngurawan yang tidak memeperdulikan badannya sambil tersenyum yang mana saudaranya sama dengan pemimpin.
Ketika bertemu kaget dengan datangnya seekor macan. Datangnya ratu pada hari senin kamis dimana ratu yang agung kakang mas dengan jalan menggantikan posisi ratu dengan memberitahukan kepada prajuritnya. pikirannya selalu kawatir kepada oarng-orang yang memandang sebelah mata derajatnya yang melebihi kang mas mangku bumi dalam pekerjaanya yang telah diperiksa olah demang ngurawan
berjalan sebentar dengan meninggalkan beks yang mengerikan dan mengkagetkan kang mas brata mangku bumi manadatangi ibunya berbicara tentang petuah-petuah yang dirasakan sebelum kehilangan yang sebelumya udah dibertahu tentang perceraian.
saya dijuluki kakang mas mangku bumi seperti aku denga adik demang merasa takut dengannya adanya denda terhadap oaring tuwa bilang terhadap kakang mas adanay pertengkaran, sapa yang berani mengekang terhadap adik demang.
adhi mas berharap terhadap bumi ini, yang mana adhi lurah memeriksa terhadap buatan bumi yang tidak dipunyai sewaktu merasakan kesediahan namun adhi lurah Cuma jlan sambil tersenyum dengan rasa riang mendapatklan ganjaran.
inilah parang tuwa, kakang mas mangkubumi datang dengan keadaan terjatuh memperlihatkan dengan takutnya kakang mas demang itu terlihat lajan-lajan yang ,mana derajanya melebuhi namun orang yang suci yang bisa melawan bicaranya.
sewaktu tidak marah yang mana lebih berguna sarana bisa jayangningrat adipati berbicara denga lirih-lirih Si Amat adalah orang yang menadapatkan ganjaran dari keanugrahan Hyang Widi yang sudah mengusai demang ngurawan.
Dia berbicara macam-macam dengan dasarrnya wahya ing ratu meskipun orang-orang tidak cocok terhadapnya sewaktu kedatanghannya ratu saya Cuma melakukan kewajiban dengan mengabdi kepada kautaman.
Supaya dianggap ada dimata Raja, mempunyai keluhuran itu watak sang raja.
Mengundang ratu supaya Raja menciptakan para ulama yang mana tidak memberikan wejangan terhadap Kaji Mutamangkin, raja berbicara pada pemimpin untuk mendatangi untuk mencegah pola tingkah laku yang tidak baik.
Kaji Amat Mutamangkin berhadapan dengan Ratu tentang kematian, Ki Cebolek menJawab ini adalah anak kami yang memeberikan petuah dimana saya melawan kebatilan.
Sangat bodohnya paman dia hanya mengajar guru, yang akan merugikan membuat kebatilan lagi hatinya harus mentap dengan kesedihan yang menimpanya, rasa iri, tidak Cuma sekali sifat itu tidak baik.
Dimana dengan datangnya perubahan zaman mendengar suara gumleger raden demang lekas berubah menjadi anjing seperti seakan-akan menjadi peluconan Negara.
Orang harusmengajarkan kelebihannya jangan Cuma menganggurkan badan, tempatnya Gunung Merapi disampingnya Gunung Sumbing Gunung Sindara menumpang gunung Tidhar disangga tangan pembuatnya meliwati tempat ini.
Anjinnya berbuat sewenang-wenang
Dimana mau berbicara dengan Raja Sri Narapati supaya mengantarkan mengurus Ratu, akan menjatuhkan dari tempat ini Nabi merasakan hilangnya rasa.
Dengan ucapan kitab adalah Si Amat Amirul Salatin tetap menjunjung tinggi bumi, lebih baik ganjaran daripada menghukum orang. Ratu nimpang Sri
Tidak baik wanita yang belum menikah membuka jalannya ratu karena menyebabkan kemalasan.
Antara sama dan hatinya adalah suatu perasaan yang tidak panas. Maka dari itu wajib untuk menjaga ratu dan gerakan suatu bumi adalah karyanya.
Kesalahan yang dilakukan oleh raja kepada orang-orang bumi dan juga rusaknya ratu bumi yang dilakukan setiap hari.
Orang yang gagah tidak gegabah orang yang terampil tidak rewel dan tekat saya sudah bulat.
Seorang raja yang perilakunya memasyarekat tidak boleh pilih kasih karena akan brmusuhan dengan orang kudus.
Raden walaya kusuma mengatakan kepada awot sari, bahwa mas pandhita berlebihan dan tidak mendapatkan hasil apa-apa yang diterima sebab sudah menjadi takdir kelakuan kakak ke sepuluh dan para ulama semua sangat bercahaya pada wajahnya mendengar itu semua.
Kinanthi.
kinanthi pulang dari rumah kipathi, menjadi demang bersama patih.
Sang prabu membawa demang utuk diajak berbicara. Dan memulai pembicaraan terlebih dahulu.
Dan ketip bonang dari kudus bisa karang benda raksasa merupakan prabotan yang ada dan tidak pernah memikirkannya.
Salah satu sanggulnya terlewatkan oleh semua Amradini Sang Nata berbicara laras dan Dyan demang berkata kepada Wot sari ,kepada kaji mutamangkin.Patih memberi kepada kaji Mutamangkin dan matanya sambil melihatnya.
Permintaaannya dikabulkan oleh paduka demikian pula kaji Mutamangkin.
Maka kewajiban Amiru menjaga nabi dan mengurangi arahan golongannya prijati dan cahaya di negara kelihatan muram.
Jika raja tidak baik maka dimatanya akan menganggap remeh prajurit dan rusaknya kedhaton kang lajang.
Belum sampai berkata terlanjur memegang sang aji sambil demikian semua menjalani dan saya berjalan menyuru kepada patih.
Aku menata kembali perkataan dan mulai mengingat setelah aku pramag semua telah menjalankan dan ada cerita tentang purwa yang sangat dekat dengan aku.
Jayaningrat berkata jika kamu ikut merasakan keluhuran Gusti dilenganmu.
Suka wajang suka keseringan suka
Tidak ada orang seperti aku, aku tanpa tertawa, Jayaningrat tidak ada, seperti pagelaran wayang, dan menurutku tidak pantas.Perkataan Adipati
Ya abdi dalem kudus, Arya datang menyantri denagn, kalit banom naman, berdirilah kamu, itu kenyataannya, perkataan adipati.
Berbicara denagn tersenyum, yang dinamakan katibmaruni, menjadi dalang sekaligus memeinkan wayang, syukur-syukur menjadi oarang ningrat, oarang Agung Surayang bumi.
Saya dipanggil tadi malam, perkataannya sudah terlaksana, menjadi kerinduan Tuhan dalam lindungan Rosullulloh,kenyataannya tidak hormat.
Namun abdi dalem didahulukan, dan bapak dihormati kelakuan menak tidak boleh dimadura, Muhammat melawan keutamaan hidup.
Didalam rumah Bapak terdapat wasiat dari matawis yang isinya menentang perintah Gusti.
Dyan Demang berbicara dengan intinya bahwa wasiat dari metawis tidak jadi diambil karena nantinya si ketib akan meniru dan pikirannya akan melayang-layang.
Sang nata berbicara baik, dan berani bertanggung Jawab atas pembicaraannya, itu termasuk orang yang langka dan hanya seratus satu.
Dyan demang berbicara apabila wajahnya bagus dan gagah sehingga sembada bernama arya senapati.
Apabila sempurna maka ia pantas menjadi perwira dijurit.
Orang yang tidak sama pengucapannya dengan yang dihatinya akan kelihatan ajahnya, pantesnya begitu.
Sri narpa berbicara baik dengan Amat Mutamangkin yaitu pantasnya orang yang seperti itu.
Yaitu ukuran wujud kehidupan hanya satu warna, rendah hati dalam kedudukannya, apabila tidak akan disumpahi.
Kinarya kaji dalam keyakinanya tidak sampai,hanya satu titipan.
Haji yang baik tidak bias rukun didunia pantasnya hanya menjadi penjual politik.
Sang nata memegang anjing, itu sudah menjadi nasibnaya karena rupanya jelek. Untuk menjadi pikiran suci harus didasari dari bawaan hati akan menjadi oaring yang baik dan dihormati.
Demang menambah pembicaraannya, yang seharusnya demikian gusti.
Orang yang rendah jelak rupanya menunjuk oaring yang bias menJawab yang menjadi kemarahannya.
Kaji Mutamangkin kelihatan kasihan rupanya, sang nata tersenyum dangan berkata : itu yang menjadi keinginanku, apa yang menjadi keinginan, tinggal menyuruh saja kepada siwajatih.
Saya sudah memaafkan itu, jangan menjadi perasaan, yang salah suduh saya maafkan, dan yang kedua tingkah laku yang tidak pantas didunia.
Disitu Cebolek Mutamangkin sedang dihukum dan saya yang menasehati.
Para pennguna dan para prajurit menentang perintah saya dalam Negara.
Jangan belajar ilmu dalam Negara.
Jangan berguru diluar disitu saya ikhlaskan, siapa yang menentang perintah saya hokum mati.
Didalam perkataanku dan perintah patih usahakan orang ulama, tidak saya batasi waktu, mendapat berapapun saya terima.
Tempat berjalannya dengan waktu yang sama, terserah menurut beratnya bumi sesuai dengan oaring yang pantas yang diharapkan lebih baik.
Dibawahnya ada desa yang bagus, dikiranya bias mangkal sampai langit yaitu mataram yang saya inginkan.
Genapnya orang empat puluh sampai desa yang bagus dikiri kanannya Negara jangan. Jauh dari keselamatan.
Menunggu seoarang ulama yang baik.
Sedang yang lain jauh dari negara tidak harus memilih tapi harus dipikirkan dihati.
Mijil
Demang anjan menaiki kuda kuning dari kedhung sindur
Belum pas dikaki dan bibir pring kendali, masih sedikit bergeser.
Dapat untuk menyediakan berbagai rasa.
Sedangkan Raden Demang mondir mandir, tidak mengira ada pekerjaan dan datangnya dari kuda sang anom,Buru-buru masuk pintu gerbang yang singgih dipendapo, turun dari duduknya dan dipati menjemput.
Mengajak singgih dipendapa untuk beristirahat.
Orang amgung tidak merasakan pahit.
Tembaga seperti emas, matanya melihat menuju namanya dan jadilah orang agung.
Sebelum berbicara, dia melihat penglihatannya.
Dengan perasaannya ditenangkan, yang salah besar kecil sama, mendapatkan maaf dari sang prabu.
Sebelum mutamangkin mengetahu yang kedua, ia melanggar syaratnya,dan meninggalkan sarat Nabi.
Pasti mendapatkan hukuman mati, menjadi sejatinya orang, meski Demang melihat kedudukannya sang ulama direndahkan dan kelakuannya aneh.
Sambil gemetar para ulama, menerima perintahnya selain mutamanglain dengan airnya yang mengalir harum.
Raja srunari berfikir, besar pekerjaan oarang sana menjaga kejeleken bumi dijalani dihati ulama.
Sedangkan kaji mutamangkin termasuk orang yang tidak mengutamakan peraturan negara tetapi sudah bergantung pada keyakianan.
Selanjutnya berdiri untuk berdoa dan bersyukur.
Sesudah doa kemuliayaan, Raden Demang merintah Sang Prabu
Pekerjaannya rerancang didalam masjid dan sambil sembahyang dimasjid.
Lalu Dipati tidur, ketika itu lupa dengan perkumpulannya, dari itu kemudian menagis tersedu-sedu.
Segera berdoa syukurilah, kemudian meminta air mengalir dan berdoa dengan bergonta-ganti
Kakanya dan anak anjing segera berdiri dan mengikuti jalannya.
Sorban tempurung dan bare cikuning saling meniru.
Kelebihan bersisi lan mendorong belakangnya.
Semua melihat senyum yang merasa
Berdiri berdoa.
Berdiri berdoa merintih diprapadurita rajin dan banyak para ulama yang banyak berdiri.
Setelah berdoa mereka semua duduk, meminta keutamaan hidup sambil menoleh, apa yang dirasakan, sudah lama mengandalkannya.
Adiknya termenung tapa berbicara, lebih baik diam diri dan demang memaksa.
Raden mlayuku semawon sari tersenyum.
Tidak lawannya sang ulama, pengadek menjadi penggawane ulama pesisir dan demang angling bersama anjing.
Dik dinasehati, jika menjadi orang ulama, yang sempurna ajarannya, itu bawaan yang pilihan Allah.
Hanya lahirnya ajaran yang diajarkan, besarnya seorang ulama tidak terlihat dilahirkannya tetapi pada luhur adik, jika mati ulama itu menunduk.
Namun, sebagai ajaran yang baik menawari kalau pun hanya sebagi santri
Melawan santri yang luhur menerjang adikn naik dihati, semua para ulama mendengar raden demang melamun.
Ada yang mengangan-angan, raden Demang menjadi priyayi.
Sifatnya seperti menjauh, dangkal, menjadi orang agung dihormati, rasanya empuk.
Lebih manis memakai rasa semua gurih, bauknya kemana-mana sudah berteman ulama, menggali ilmu suci, diperbolehkan.
Raden demang menyuruh lagi, penggalian sang kajang.
Sekar Pocung
Sekar pocung setelah sempurna, prabu menyuruh menyediakan permntaan pasugatan.
Bersama kerjang maju terus meminta , rebab dan suling yang suaranya pepuletan.
Saron, demang jatuh tumalawang, gambang namecalang menabrak suling ngelang.
Diselanya kenong terdengar gender dan kendangan menyeleraskan gendhing.
Gong berbunyi dan den demang bermain gendhing dengan rasa indah.
Tidak seperti itu maka jeng Sultan mengambil lulang dari Mantaram.
Bersamaan tembang tersebut diiringi gendhing.
Dengan demikian den demang berkata bahwa ia sangat suka dengan gendhing.
Seres dan rebannya sebenarnya mendengar itu bahwa dia raden Malaya kusuma.
Dia berkata sudah tua, yang namanya gordu, kemudian bernama rawit.
Dan eterusnya tidak berubah, tersenyum raden jayaningrat, disela ratu kasalastri, dating meminjam kembang onda, itu wujud pengabdian.
Sepertinya akan baik juga, sudah mennjadi tradisi didesa, terlanjur tua untuk tanda, apabila dieman akan hilang, ada yang pulang.
Turun meski Malaya kusuma berbcara, prayana tetap turun,demang paman ini, seperti barang ini, pekerjaan yang dijalani, seperti sudah suci hidupnya, dengan sembahyang.
Ikut-ikutan Malaya kusuma, kegemaranya setan, gamel dan bias gendhing, kemudian suka tertawa, orang nganing tina.
Raden berkata kepada paduka rumantar, memppunyai pandangan, dari yang sudah ada, tetapi apabila diminta untuk rebab.
Demang pelan berbicara, kepada adiknya, hanya tingggal seperempat, yang banyak sudah diambil, yang kuasa untuk rebab.
Seperti cukup untuk dicabut, hasil nari mamonthang, besok didatangi adik, terima kasih Malaya kusuma.
Mereka jadi menikah, Adipati jayaningrat, menyuguhkan acar timun
Dari kuwulan adda sisanya, setiap jam sepulu pagi, sampai dipondok jayaning pratan
Kadang pukul sebelas datangnya, bersama pergantian makanan, sesaji yang terdiri ayam lirik.
Dengan acar yang pedas, sudah diharapkan oleh semua, lalu dengan acar pekalongan.
Dan setelah itu demang berkata, disini sesungguhnya adipati surempel, pasti menyukai hidangannya.
Tersenyumlah adipati terhadap punakawan, memberikan hidangan ayam, untuk raden Malaya kusuma.
Sebutan nama pada waktu itu, dengan tersenyum kepada adipat, saya kangmas dhewungpil katanya.
Makananya berbahaya yang akn diambil, dengan kekejaman, raden demang berkata seperti adik Malaya kusuma.
Tujuan dari selamatan pitikagar gemuk sang sam, hidangan dari jeropuri,dengan belepotan raden Malaya kusuma,mendekat dan berkata, tidak lupa,memberi tau yang menyediakan hidangan.
Dengan tersenyum dia berkata, ini daging enak, buatan orang hebat, banyak keajaiban.
Caranya ditelusuru perut yang makan, dagingnya akan berganti ganti, warna warna dan semuanya.
Diberi tau yang berguna, sudah jelas semua, seperti perkataan para mantra, datanglah punakawan.
Terddengar gaduh dihalaman, dikatakan bahwa adipati meninggal, oleh para ulama.
ASMARADANA
Bapak mendatangi resin prapancah, dengan diantar merpati, yang membawa surat, yang menuliskan tentang kejadian tersebut, diminta semua bias hadir.
Sesungguhnya adipati, kelihatan beda, kelihatan dari luar dan dalam, dan ulama yang ada, hingga mendekati akhir terus begitu, sebenarnya itu adalah tanda.
Dengan menyuguhkan makanan dan minuman manisan, disertai dengan berbincang bincang,berkatalah demang, sesungguhnya ini adalah pertanda, dari sang prabu, setelah selesai perkara.
Raja mengambil makanan, dimakanlah makanan itu, dengan sopan duduknya
dan luwes tutur katanya, mengambil makanan dengan patut.
Demang berkata, aris yaitu paman kojah, Jawa apa dari luar, masalah yang kuna kuna, menengok kerajaan mataram, orang yang saling berebut ilmu, masketeb barum katanya.
Yang melihat semuanya, ada juga yang satu kali, macam-macam pendapatnya, seh siti jenar ,hinggga demak, dan lagi.

F. Isi Teks Serat Cebolek Hal 1-27
1. Segala masalah dapat diselesaikan secara bersama dan musyawarah. Dapat dilihat pada tembang Dhandanggula pupuh 21
// Mésém ngandika Sri Narapati / bapang atué siwa danurja / lan para punggawa gunge / rêmbug anuli ngukum / marang kaji simutamangkin / néng naglun alun ningwang / mung sijiné iku / durung dadi karasa ningwang / anuruti aturé wadana tuwin lawan para ngulama //
Musyawarah adalah cara yang baik dalam menyelesaikan masalah. Ajaran Islam selalu mengajarkan agar kita selalu berusaha dan berdoa serta berserah diri kepada Tuhan. Dalam bermusyawarah kita harus menghargai pendapat orang lain kita tidak boleh memotong pembicaraan orang lain berbicara atau ketika mengeluarkan pendapat. Segala perbedaan yang ada dalam menanggapi dan menyikapi masalah dapat kita rundingkan dan kita cari pemecahan masalahnya tanpa merugikan pihak lain.
2. Bahwa seorang raja harus bersikap adil dan tidak pilih kasih karena raja yang tidak baik akan menganggap remeh prajuritnya.seperti dalam tembang Kinanti pupuh 8
//Satemah gan dane arus/ ingkang narendra tan pamanis/ kang kucem netrane pung gawa samya nistha kang wadya lit lan risak pura suraosing sastro ingkang probawati naritner//
Bahwa seorang raja tidak boleh pilih kasih sebab raja itu merupakan panutan bagi rakyatnya. Maka dari itu raja dalam memimpin suatu kerajaan harus bersifat netral atau adil. Dimana raja tidak boleh pilih kasih dalam memberikan tugas, tidak memandang kasta, jabatan, dan kedudukan. Maka seorang raja harus memiliki kedudukan. Dan raja yaang tidak baik akan selalu menganggap remeh prajurit atau bawahannya.

3. // Langgen ringgit langen gambuh/sedene langen turanggi/ langen aben aben sat/puyuh ngerkutut kemiri/tur sarwa sarwi prayogo/Gusti mungkirang satunggal//
4. Di mana kita sebagai manusia yang mempunyai kelebihan harus mengajarkannya. Tidak hanya berpangku tangan. Dalam pupuh 14 sebagai berikut :
// Pikirê sami was-uwas/ lirang ngeman nawanga lirik/ dênê taboten kéjamak/ Delajate ngaluluwihi/ kakang mas mangku bumi/ duk wontén ing purwa lulut/ nambut karya jropura/ bubuhane dén parani/ pinariksa mring kang mas dêmang ngurawan//
Ki Amat Mutamangkin berada didesa Cebolek yang sedang membicarakan tentang kematian ratu. Sebagai berikut: dalam pupuh 3// Nêdha dikasumatura/ kaji Amat samat mutamangkin/ mumpung neng ngarsa bentara/ puniki gonentoh pati/ki Cebolek nauri/ layab-layab anganga lentuk/ inggih yektos pun anak// andhatengi mituturi/ nanging kula tekeng bila itane.
Menurut kitab kita sebagai penerus harus menjunjung tinggi bumi kita. Dalam pupuh 22 sebagai berikut: // Angger kanggo kocaping kitab/ inggih Si Amat amirul salatin/ ngrenggah ing Nara Nata/ tetep pepangkuning bumi/ badal dakiling widi/ wenang ganjar lawan ngukum/ mila lamun wontena/
5. Sang Nata berbicara baik, dan berani bertanggung Jawab atas pembicaraannya, itu termasuk orang yang langka dan hanya seratus satu.Terdapat pada tembang Kinanti pupuh 20 :
// Sang Nata ngendika arum/ simencal moncoling luwih/ lan ingsun wani mrakara/ ukarane mikarani/ maweh karingring nganit/ kalebu wong satus siji//
Orang yang berbicara baik, maka orang tersebut berani mempertangungJawabkan perkataannya dan orang tersebut tidak banyak dijumpai. Kepribadian sesorang dapat kita lihat dari tiga hal, seperti pepetah dalam bahasa Jawa, yaitu ajining dhirin saka lathi, ajining raga saka busana, ajining awak saka tumindak. Membiasakan diri berkata baik, dapat menunjukan kepribadian seseorang.
6. Bila seseorang berbohong maka dari tingkah laku sehari- harinya akan terlihat. Terdapat dalam tembang Kinanti pupuh 24
//Adi pragal bagul- bagul/ ladak lair trusing batin/ byangkume ketakmanah/ atan tepurun prang rai/ pantes ingkang amengku watyu aririnening karis//
Seseorang yang sering berkata tidak jujur, hidupnya tidak akan tenang. Sering dihantui rasa takut, dan tidak dipercaya orang. Islam mengajarkan agar kita selalu berkata baik dan jujur.
7. Dalam kehidupan kita harus bersikap rendah hati apabila tidak maka kita akan mendapatkan laknat. Terdapat pada tembang Kinanti pupuh 27
// Toten kelebeting catur/ dapuripun ukur urip/ inggih kong sawarni rucah/ anyingkruk kelamun linggih/ pasamuaninga kalah/ lir tiyang den sepatani//
Sikap rendah hati pada diri seseorang dapat terlihat dari tingkah laku orang itu.
8. Dalam kehidupan sebagai seorang haji harus bertingkah laku baik. Terdapat dalam tembang Kinanti pupuh 29
//Sinunganjang keping rukun/ taslamwrin astana nabi/ nayaka dian jagat/ yen sampuna dados kaji/ tiyang amkaten punika/ pantes namung sade pitik//
9. Orang yang memiliki hati yang baik maka ia akan memiliki pikiran yang positif pula. Terdapat pada tembang Kinanti pupuh 30
// Sang Nata gumujeng guguk/ ikubapang wus pinasthi/ tinitah dhapure ala/ asinungan pikir suci/ dadi purnggawaning suksma/ lan dadi mardika aji/
Dalam kehidupan sehari- hari orang yang memiliki pikiran positif maka ia akan dihormati oleh orang lain dan keberadaannya juga akan diakui oleh masyarakat.
10. Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Kita dapat belajar dari masa lalu karena kesalahan masa lalu itu dapat dijadikan sebagai cermin dalam melakukan sesuatu terdapat pada tembang kinanthi 33
// Iya sun apura iku/ aja naden rerasani/ kang luput wus sun aksam/ kaji Amat Mutamangkin/ yen den pindho ing pratingkah/ kang ora kaprah ing bumi//
Kesalahan pada masa lalu dapat kita jadikan sebagai acuan untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Kesalahan yang dibuat, jangan diulangi lagi karena akan membuat kita terjatuh pada lubang yang sama. Islam selalu mengajarkan gar kita tidak boleh berputus asa setelah apa yang kita lakukan mengalami kegagalan. Kita tidak boleh berputus asa dan dengan mencobanya lagi dengan maksmimal, maka akan mendorong kita untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
11. Sebagai orang Islam kita tidak boleh melanggar ajaran Tuhan. Terdapat dalam tembang Mijil pupuh 14
// Dene kang lir kaji mutamangkin kalebu aran wong / angregoni panjenengan rajeng / nora ngimanaken tataning nageri / tur ancik-ancik mundhak banting kengwu//
Siapa yang akan menanam akan menuai, dimana seseorang yang akan melakukan perbuatan baik akan mendapatkan kebaikan sedangkan yang menanamkan keburukan akan mendapatkan keburukan juga. Serta akan merugikan diri sendiri dan oarang lain.
12. Ulama menjadi tauladan yang baik dan menjadi pilihan Allah.Terdapat dalam Tembang Mijil pupuh 42
// nyanyi emas sita sun tuturi / yen ngulama kang wong, ingkang sidi karang kawruhe / iku mangka punggowo wong widi / timbangen pribadi / Allah lawan ratu //
Para ulama merupakan orang pilihan Allah yang mana menjadi suri tauladan yang baik dan menjadi pembimbing masyrakat yang membawa kebaikan.
Sebisa mungin kita menjadi orang yang baik seperti ulama dan mengajarkan serta menjalankan ajaran agama yang baik pula, sehingga kita termasuk orang pilihan allah.
13. Besarnya seorang ulama tidak terlihat dilahirnya tetap pada keluhurannya dan seorang ulama jika mati akan menunduk terdapat pada Tembang Mijil pupuh 33
// mung laire baekang kang ngupati/ gedhe cucur agrong/ ngulama tan kawantar laire/ ing batine luhur yayi ngalim sunanderkur mati/ ngulama puniki//
Seorang ulama yang baik dapat dilihat dari keluhurannya bukannya dari ciri fisikya, sikap abik buruknya seseorang akan terlihat pada saat orang terssebut meningga, jika orang tersebut perbuatannya baik akan diberi kemudahan dan jika perbuatannya jelek akan menapat kesulitan.

14. Sebagai orang yang beriman kita harus menaati peraturan negara dalam ajaran agama kita juga diajarkan untuk mencintai tanah air. Wujud dari cinta tanah air salah satunya adalah memetaati peraturan negara. Terdapat pada tembang Mijil pupuh 10
// Sedeneun amat Mutamangkin kelamun amindho/ murang langgar marang ing sarake/ brrusuhi marang srengat nabi/ weh rurungon bumi/ dek sura ing ratu.
Sebagai warga negara yang baik, kita harus mentaati aturan hukum yang telah diberlakukan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang biasa kita sebut konvensi. Kita harus mementingkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi kita.



BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dari paparan di atas diatas menunjukan bahwa pada dasarnya Islam mengajarkan kita untuk selalu menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi semua larangan Tuhan, menghormati orang lain, menghargai perbedaan, selalu berusaha dan tidak boleh berputus asa. Naskah Serat Cebolek berisi tentang pertentangan ajaran Islam “ortodok” dengan Islam “heterodoks” (menyimpang). Islam ortodoks diwakili oleh ketib Anom, ahli agama dari Kudus, sementara Islam heterodoks diwakili Kiai Mutamakin dari desa Cebolek, Tuban.
Untuk menggali, mengungkapkan dan memaknai pertentangan ajaran Islam “ortodoks” dengan Islam “heterodoks” (menyimpang), hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat ahli tulis dan menganalisis moral dalam Serat Cebolek. Alih tulis berupa trasliterasi ortografi, setelah itu diparafrasekan serta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, pembacaan itu lakukan dengan metode heuristik dan dilanjutkan dengan metode hermeneutik. Sehingga dapat dipahami isi dari naskah itu.
Menjalankan perintah Tuhan dapat diwujudkan dengan cara melaksanakan rukun islam dan rukun iman, selalu bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita dan mencintai tanah air. Hal-hal yang dilarang oleh Tuhan sebaiknya kita jauhi agar hidup kita menjadi tenang.

B. Saran
Dengan menganalisis Serat Cebolek dapat membuka wawasan kita dalam pengkajian naskah. Agar dengan menganalisis naskah ini merupakan salah satu penyelamatan naskah agar tidak punah. Dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Serta penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk makalah kedepannya yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

         Baroroh-Baried, Siti dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
          Barried,Baroroh.1985.Teori Filologi. Jakarta. Depdikbud.
          Mulyani, Hesti. 2009. Diktat Membaca Manuskrip. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
           Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra DJawa. Batavia: J.B. Wolter’s Uitgevers Maatschappij N.V.